Suara.com - Permintaan maaf kembali terucap dari seorang Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam momen kunjungannya di Nusa Tenggara Timur kemarin, Rabu (2/10/24), Jokowi berpamitan sekaligus meminta maaf pada warga sekitar.
Ungkapan permintaan maafnya di berbagai tempat itu sudah bukan sekali dua kali saja, melainkan sudah 8 kali.
Bukan merasa iba dan semacamnya, seorang Rocky Gerung justru menilai bahwa kumpulan permohonan maaf Jokowi itu hanyalah sebuah manipulasi keadaan.
Pasalnya menurut Rocky, di tengah Jokowi yang tiada hentinya meminta maaf, selalu menyelipkan kata ‘maaf’ disegala momen ini justru tidak diimbangi dengan perilaku buzzernya.
“Pak Jokowi udah minta maaf berulang kali, tetapi buzzernya itu masih menjilat berkali-kali. Kan itu konyolnya,” ujar Rocky, dikutip dari Youtube, Kamis (3/10/24).
Rocky mengungkapkan jika kini buzzer-buzzer Jokowi masih terus menggantungkan harapan pada Jokowi.
“Jadi buzzer-buzzer ini itu masih menggantungkan harapan pada Jokowi, seolah-olah Jokowi masih punya kuasa. Padahal dalam hitungan hari itu selesai semua,” ujarnya.
“Nah itu mungkin yang menjadi refleksi pak Jokowi untuk mulai meminta maaf,” tambahnya.
Rocky menyebut permohonan maaf itu tidak akan bisa secara instan menghilangkan persoalan-persoalan sebelumnya yang telah terjadi.
Baca Juga: MAKI Somasi Jokowi Soal Pansel KPK, Istana Buka Suara
“Orang akan tetap ingat bahwa soal dinasti anak-anaknya itu jalan terus. Jadi apa yang hendak dimaafkan?” sebut Rocky.
“Kemungkinan-kemungkinan ini yang membuat orang berpikir bahwa Jokowi sedang memanipulasi keadaan seolah-olah dengan minta maaf orang lupa proses Gibran dicalonkan jadi wakil presiden, proses Kaesang diduga kuat memperoleh gratifkasi,” tambahnya.
Rocky bahkan mengatakan bahwa apa yang diungkapkan oleh Jokowi itu sudah tidak setara dengan apa yang sedang dipikirkan.
“Jadi gerak otaknya tidak setara dengan gerak bibirnya,” sebutnya.
“Kondisi politik kita memang ada di dalam kecemasan, atau kegelisahan. Kita harus pikirkan, dimana kita letakkan Pak Jokowi nanti, tentu kita ingin supaya beliau dihormati, tetapi kita tidak punya semacam point of view untuk menerangkan dimana yang bisa kita anggap sudut paling mulia supaya kita hargai pak Jokowi. Kelihatannya susah itu,” urainya.
Kontributor : Kanita
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Konflik Lahan di Lebak Memanas, DPR Panggil Perusahaan dan KLHK
-
Di Hadapan Buruh, Aher Usul Kontrak Kerja Cukup Setahun dan Outsourcing Dibatasi
-
Aher Terima Curhat Buruh: RUU Ketenagakerjaan Jadi Sorotan, PHK Sepihak Jadi Ancaman
-
Tips Akhir Tahun Ga Bikin Boncos: Maksimalkan Aplikasi ShopeePay 11.11 Serba Hemat
-
Deolipa Tegaskan Adam Damiri Tidak Perkaya Diri Sendiri dalam Kasus Korupsi Asabri
-
Tak Hadir Lagi di Sidang Sengketa Tambang Nikel Haltim, Dirut PT WKS Pura-pura Sakit?
-
Gubernur Pramono Lanjutkan Uji Coba RDF Rorotan Meski Diprotes: Tidak Kapasitas Maksimum
-
Hasto: PDIP Dorong Rote Ndao Jadi Pusat Riset Komoditas Rakyat, Kagum pada Tradisi Kuda Hus
-
Di Rote Ndao, Hasto PDIP Soroti Potensi Wilayah Terluar RI
-
Belajar Asuransi Jadi Seru! Chubb Life Luncurkan Komik Edukasi Polistory