Suara.com - Presiden Prabowo Subianto menyoroti persoalan kekurangan dokter di Indonesia dalam Sidang Kabinet Paripurna Perdana pada Rabu (23/10/2024).
Lantaran itu, ia meminta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatasi persoalan tersebut.
"Atasi kekurangan dokter dan tenaga kesehatan," kata Prabowo melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden.
Prabowo juga menyatakan bahwa pemerintahannya telah memiliki program khusus untuk menangani kekurangan dokter tersebut.
Namun dia belum mengungkapkan lebih rinci. Menanggapi hal tersebut, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk fokus memperbanyak jumlah dokter spesialis.
Sebab, jumlah dokter spesialis lebih sedikit dibandingkan dengan dokter umum.
"Kalau kita bicara dokter umum, dengan sekarang ada sekitar 120 fakultas kedokteran, sekarang sudah menghasilkan dokter sekitar 95 fakultas kedokteran. Kita sudah ada, untuk dokter umum, itu mungkin sekitar 12 ribu per tahun," kata dokter Adib saat ditemui di Kantor PB IDI, Jakarta, Kamis (24/10/2024).
Ia mengemukakan bahwa jumlah tersebut bisa menutupi kebutuhan secara nasional. Namun, menurutnya, Indonesia saat ini juga sangat membutuhkan dokter spesialis. Meski jumlahnya juga banyak, namun pendistribusiannya tidak merata di seluruh daerah.
"Jadi kalau kita bicara dokter spesialis, bicara rasio secara nasional, ada spesialis yang sudah cukup sebenarnya. Artinya penyakit dalam, obgin, anestesi, bedah, kemudian anak."
"Kalau kita bicara rasio nasional, cukup. Tapi kalau kemudian kita breakdown rasio perwilayaan provinsi, baru akan terjadi gap-nya. Semuanya masih terpusat di Jawa," ungkap Adib.
Masih banyak daerah yang kekurangan dokter spesialis, terutama di Indonesia Timur. Program pemerintah seperti beasiswa dokter spesialis, dinilai Adib, telah cukup jadi solusi mengatasi persoalan tersebut.
Lebih lanjut, Adib juga menyarankan kepada Pemerintahan Prabowo agar memperhatikan pula kesejahteraan dokter yang bertugas di daerah luar Jawa.
"Sehingga pada saat dia selesai dokter, dia disekolahkan, akan kembali ke daerahnya. Tapi yang paling penting juga pada saat dia kembali ke daerah, pemerintah daerah perlu perhatikan jenjang karir para dokter ini. Kemudian, insentif, kesehatan harus diperhatikan juga," sarannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Dari OTT ke Jejak Dana Gelap Pilkada: Seberapa Mahal Biaya Kampanye Calon Kepala Daerah?
-
Prabowo ke Pengungsi Banjir Aceh: Maaf, Saya Tak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Rumah Kalian Diganti
-
Dasco Unggah Video Prabowo saat Bikin Kaget WWF karena Sumbangkan Tanah di Aceh
-
Borok Penangkapan Dirut Terra Drone Dibongkar, Pengacara Sebut Polisi Langgar Prosedur Berat
-
Pramono Anung Wanti-wanti Warga Jakarta Imbas Gesekan di Kalibata: Tahan Diri!
-
WALHI Sebut Banjir di Jambi sebagai Bencana Ekologis akibat Pembangunan yang Abai Lingkungan
-
Pramono Anung Bahas Peluang Siswa SDN Kalibaru 01 Cilincing Kembali Sekolah Normal Pekan Depan
-
Cuma Boleh Pegang HP 4 Jam, Siswa Sekolah Rakyat: Bosen Banget, Tapi Jadi Fokus Belajar
-
Legislator DPR Minta Perusak Hutan Penyebab Banjir Sumatra Disanksi Pidana
-
Farhan Minta Warga Tak Terprovokasi Ujaran Kebencian Resbob, Polda Jabar Mulai Profiling Akun Pelaku