Suara.com - Sebuah video yang memperlihatkan para komandan tentara Raja Thailand merangkak dan menundukkan kepala di hadapan raja telah muncul di media sosial. Klip pendek tersebut dimulai dengan sedikitnya empat komandan -- dua mengenakan jaket putih, dua mengenakan jaket merah -- mendekati Raja, yang duduk di singgasananya di samping ratu.
Tiga dari empat komandan terlihat merangkak, sementara yang terakhir, berlutut, memegang mahkota. Selanjutnya, mereka meletakkan mahkota di lantai, dan membungkuk ke samping kepada Raja, sebelum menyerahkannya kepadanya. Pada bingkai berikutnya, mereka terlihat merangkak mundur, mungkin sebagai tanda penghormatan lainnya kepada Raja.
Postingan X tersebut diberi judul: "Raja Thailand dan para komandan tentara... Mereka merangkak. Saya bertanya-tanya apakah mereka berjalan mendekat dan memberinya mahkota, apakah itu tidak sopan atau merupakan kejahatan?"
Beberapa penonton memberikan pendapat mereka tentang video tersebut, dengan banyak yang mengatakan itu adalah "tradisi", sementara yang lain menyebutnya "sangat memalukan."
Seseorang berkata, "Ini tradisi mereka. Saya pernah tinggal di Thailand dan rasa hormat kepada Raja sangat tinggi. Mereka akan melakukan apa saja untuk Raja."
Yang lain menambahkan, "Ini adalah hal yang sulit bagi saya... sungguh memalukan. Tapi saya tidak tinggal di sana. Oke. Apakah itu semua emas? Wow."
"Rasa hormat atau ritual, ketika tradisi bertemu dengan otoritas, setiap gerakan berarti!" komentar lainnya berbunyi.
Kebiasaan komandan tentara merangkak merupakan tanda rasa hormat dan pengabdian mereka kepada Raja, membuktikan kesetiaan mereka yang tak tergoyahkan dan mengangkatnya ke posisi yang jauh lebih tinggi.
Personel militer berpangkat tinggi terbiasa merangkak di tanah di depan raja pada upacara resmi. Kebiasaan ini sangat mengakar dalam masyarakat Thailand dan dianggap sebagai ekspresi rasa hormat yang besar terhadap lembaga kerajaan.
Baca Juga: Sinopsis Incantation, Drama Thailand yang Dibintangi Biw Nattapon Raiyawong
Merangkak adalah posisi yang paling patuh, menunjukkan kepatuhan total kepada raja dan pemerintahannya. Kebiasaan ini dikaitkan dengan gagasan "devaraja" (raja ilahi), di mana penguasa dipuja sebagai dewa yang hidup.
Beberapa kritikus menganggap tindakan tersebut merupakan unjuk kewibawaan yang berlebihan dan pelanggaran martabat manusia karena dianggap bersifat ekstrem.
Berita Terkait
-
4 Film Thailand yang Dibintangi Pae Arak, Terbaru Ada Will You Marry Monk?
-
AS Resmi Lakukan Pemisahan Anggota Militer Transgender, Larang Rekrutmen Baru
-
Debut Bersama Ducati di GP Thailand 2025, Marc Marquez Akui Merasa Gugup
-
Sempat Alami Cedera di Tes Pramusim, Diggia Tetap Ikut MotoGP Thailand 2025
-
Sinopsis Incantation, Drama Thailand yang Dibintangi Biw Nattapon Raiyawong
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Umrah Mandiri Jadi Sorotan, Wamenhaj: Itu Keniscayaan Karena Arab Saudi Sudah Buka Gerbang Lebar
-
Penumpang Asal Medan Tewas di Kursi Tunggu Bandara Soetta, Benarkah 'Death on Arrival' Penyebabnya?
-
Tragedi Pohon Tumbang di Pondok Indah: Pemprov Gercep Siapkan Penyangga dan Pemangkasan
-
Ricuh di PN Jaksel: Polisi dan Pendukung Aktivis Khariq Anhar Saling Dorong Rebut Poster
-
Dua Pria Ditangkap Terkait Pencurian Permata Berharga di Museum Louvre
-
Mengenang Johnson Panjaitan: Kritik Keras untuk Polri dan Ingatkan 'Potong Kepalanya'
-
Jaksa Ungkap Detik-detik Kompol Yogi dan Ipda Aris Habisi Brigadir Nurhadi di Gili Trawangan
-
Pramono Anung Pastikan Kasus Sumber Waras Tuntas, Siap Bangun RS Tipe A di Atas Lahan 3,6 Hektar
-
Kasus Kereta Anjlok Terus Berulang, DPR Minta Kemenhub Lakukan Audit Keselamatan Independen
-
Menhut Raja Juli Minta Maaf ke Warga Papua Usai BKSDA Bakar Mahkota Cenderawasih: Ini Jadi Catatan