Penggunaan meriam pertama dalam pertempuran terjadi pada Pertempuran Ain Jalut, ketika pasukan Mesir melawan Mongol di Timur Tengah.
Di Eropa, meriam pertama digunakan dalam perang pada abad ke-13, khususnya selama Reconquista di Semenanjung Iberia. Pada tahun 1346, Inggris menggunakan meriam dalam Pertempuran Crécy, yang menjadi titik awal popularitas senjata ini di medan perang.
Pada masa itu, meriam perang menjadi senjata utama yang efektif dalam menghancurkan benteng pertahanan dan mengalahkan pasukan infanteri lawan.
Seiring berjalannya waktu, desain meriam perang mengalami perubahan besar. Pada masa Perang Dunia I, meriam menjadi penyebab utama banyak korban jiwa di medan pertempuran.
Teknologi persenjataan yang semakin maju memungkinkan pembuatan meriam modern dengan tingkat akurasi dan daya hancur yang lebih tinggi.
Tak hanya dalam pertempuran darat, meriam modern juga memainkan peran penting dalam pertempuran laut.
Angkatan Laut Britania Raya merupakan salah satu kekuatan yang pertama kali mengadopsi penggunaan meriam kapal perang sebagai senjata utama untuk menghadapi musuh di lautan.
Dengan inovasi pada laras dan sistem amunisi, meriam kapal perang menjadi senjata yang semakin mematikan.
Di Nusantara, teknologi meriam diperkirakan masuk pertama kali melalui ekspedisi Mongol pada tahun 1293.
Kerajaan Majapahit kemudian mengembangkan meriam cetbang, yang merupakan varian lokal berbasis teknologi Tiongkok dan Timur Tengah.
Pada abad ke-16 hingga 18, Kesultanan Melayu menggunakan meriam cetbang dalam berbagai pertempuran maritim dan darat.
Desain meriam nusantara berbeda dari Eropa, dengan ornamen khas dan kemampuan yang disesuaikan dengan medan pertempuran lokal.
Hingga saat ini, meriam modern tetap menjadi bagian penting dalam sistem pertahanan militer di berbagai negara.
Teknologi yang semakin canggih memungkinkan penggunaan meriam otomatis, yang dikendalikan dengan sistem digital untuk meningkatkan efisiensi dan daya tembak.
Berita Terkait
-
Bikin Iri! Timnas Vietnam Dapat Hadiah Spesial dari Negara Muslim Terkaya Usai SEA Games 2025
-
Proyek Kereta Cepat Arab Saudi-Qatar Siap Hubungkan Dua Ibu Kota
-
Hanya Selisih 12 Poin dari Norris, Max Verstappen Paksa Penentuan Juara F1 2025 ke Seri Terakhir!
-
Dari Toraja hingga Ethiopia: Tradisi-Tradisi Unik yang Masih Dilestarikan
-
Jelajahi Keindahan Pasar Tradisional Qatar, Souq Waqif
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa
-
BNPT Sebut ada 112 Anak dan Remaja Terpapar Paham Radikal Lewat Sosial Media
-
Lawan Aksi Pencurian Besi, Pramono Anung Resmikan Dua JPO 'Anti Maling' di Jakarta
-
85 Persen Sekolah Terdampak Banjir di Sumatra Sudah Bisa Digunakan, Sisanya Masih Dibersihkan
-
BNPT Sebut Ada 27 Perencanaan Aksi Teror yang Dicegah Selama 3 Tahun Terakhir