Suara.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) DKI Jakarta mengkritik tindakan Pemprov Jakarta dalam penanganan pencemaran lingkungan akibat uji coba Refused Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan. Walhi menekankan kalau cara itu salah sasaran.
Hal tersebut didasari pada upaya penanganan Pemprov DKI Jakarta yang berfokus pada hal teknis untuk menghilangkan indikator terjadinya perubahan fisik lingkungan.
Masyarakat di sekitar area RDF Rorotan telah mengeluhkan ujicoba tersebut karena menjmbulkan perubahan fisik lingkungan yang ditandai dengan bau tidak sedap, diduga bersumber dari sampah dan bahan kimia.
Masyarakat juga melaporkan cerobong asap RDF Rorotan yang mengeluarkan asap hitam tebal
ketika uji coba. Akibat dari perubahan fisik lingkungan yang ditimbulkan dari operasi RDF Rorotan tersebut, puluhan masyarakat termasuk anak-anak dan lansia mengalami masalah kesehatan berupa gangguan pernapasan.
Selain itu, berbagai aktivitas masyarakat juga terganggu yang berakibat pada penurunan kualitas hidup, kohesi sosial dan penurunan ekonomi masyarakat setempat.
"Sampai saat ini, penanggulangan pencemaran lingkungan dari operasi RDF Rorotan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta hanya berfokus pada hal teknis, salah satunya untuk menghilangkan bau. Padahal bau hanya indikator terjadinya perubahan fisik lingkungan," kata Koordinator kampanye Walhi Jakarta Muhammad Aminullah dalam keterangannya, Rabu (26/3/2026).
Aminullah menjelaskan kalau keberadaan bau justru menunjukkan adanya cemaran gas atau asap hasil pembakaran yang diduga mengandung senyawa berbahaya. Upaya penghilangan bau yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta tidaklah memperbaiki kualitas lingkungan.
Tindakan tersebut terlihat hanya sebagai upaya mengelabui masyarakat dengan menyembunyikan adanya cemaran yang ditandai dengan bau. Kendati bau berhasil dihilangkan, justru berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar RDF Rorotan.
"Sebab hilangnya bau yang dilakukan dengan intervensi teknologi tidak serta merta menghilangkan cemaran yang muncul. Hilangnya bau tersebut akan menyebabkan masyarakat tidak dapat mendeteksi adanya cemaran di lingkungan mereka," jelas Aminullah.
Baca Juga: Prajurit TNI Penembak Mati 3 Polisi di Lokasi Sabung Ayam Ternyata Kopda Basarsyah, Ini Orangnya!
Itu sebabnya upaya menghilangkan bau justru menimbulkan adanya “pembunuh senyap” di sekitar RDF Rorotan, yaitu cemaran berbahaya yang tidak terdeteksi oleh panca indera manusia.
Meskipun masyarakat sudah seringkali melayangkan protes akibat pencemaran yang muncul, pihak pengelola terus melanjutkan ujicoba dengan dalih perbaikan sistem dari RDF yang belum baik.
WALHI mengkritik hal itu karena pengelola maupun pemerintah dianggap belum siap mengoperasikan RDF Rorotan.
"Perubahan sistem yang dilakukan dalam setiap ujicoba tersebut juga memperlihatkan pemerintah menjadikan masyarakat sekitar RDF Rorotan sebagai kelinci percobaan dari teknologi yang belum diketahui dampaknya," pungkasnya.
KPAI Ungkap Kasus Kesehatan Anak
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan inspeksi mendadak alias sidak ke Perumahan Jakarta Garden City (JGC), Jakarta Timur, untuk melihat kondisi anak-anak yang mengalami gangguan penyakit ISPA akibat produksi pabrik bahan bakar dari sampah (RDF) Rorotan.
Wakil Ketua KPAI Jasra Putra menceritakan, ketika baru sampai di lokasi, pada Selasa (25/3) pagi kemarin, dia langsung mencium bau menyengat yang sehingga perlu memakai masker.
Jasra juga mengaku telah mengunjungi 2 lokasi yang terdampak, Komplek JGC di kluster Shinano, Cakung, Jakarta Timur dan Kampung Karang Tengah Cilincing Jakarta Utara. Kedua lokasi kondisinya mirip.
"Pengaduan warga pada KPAI, anak-anak mengalami batuk, pilek, mata perih, dan demam yang berkepanjangan," ungkap Jasra dalam keterangannya yang disampaikan kepada Suara.com, Rabu.
ISPA Intai Warga
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ani Ruspitawati menyebut pihaknya telah menerima 12 keluhan kesehatan warga Rorotan, Jakarta Utara. Hal ini disebabkan oleh uji coba operasional fasilitas pengolahan sampah berteknologi Refuse Derived Fuel (RDF) pekan lalu.
Ani mengatakan, pihaknya melalui Puskesmas Cakung telah mengirimkan petugas untuk menindaklanjuti keluhan itu. Kebanyakan warga yang melapor itu mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
"Kemarin kan ada 12 case yang terlapor. Kami sudah monitor. Teman-teman dari Puskesmas sudah turun, disamper-in ke rumahnya masing-masing," ujar Ani kepada wartawan, Senin (24/3/2025).
Meski demikian, Ani menyebut ISPA yang dialami warga tak terlalu parah dan hanya tergolong ringan. Tak ada perawatan lebih lanjut dan warga telah mendapatkan pengobatan.
"Sebagian besar diagnosisnya adalah ISPA sebenarnya. ISPA ringan ya, ringan sedang lah, nggak sampai di rawat," ungkapnya.
"Ada memang ada dua orang yang bronkitis, mungkin itu memang kami harus lihat lagi apakah memang dari awal sudah ada gejala asma dan lain-lain. Kemudian ada yang konjuktivitas," lanjutnya.
Berita Terkait
-
Temuan KPAI: Anak-anak di Perumahan JGC Alami Batuk, Mata Merah hingga Demam Imbas RDF Rorotan
-
Atasi Masalah Bau, Dinas LH DKI Pindahkan Sampah di RDF Rorotan ke Bantar Gebang
-
Dikeluhkan Warga, DLH DKI Sebut Kualitas Udara Rorotan Masih Aman Meski Ada RDF
-
Klaim Pakai Teknologi Eropa, Pramono Beberkan Alasan Bau Busuk Keluar dari RDF Rorotan
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Pede Tingkat Dewa atau Cuma Sesumbar? Gaya Kepemimpinan Menkeu Baru Bikin Netizen Penasaran
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
Terkini
-
Siapa Charlie Kirk: Loyalis Donald Trump yang Tewas Ditembak saat Acara Kampus
-
Waspada Cuaca Kamis Ini! BMKG: Hujan Petir Mengintai Jakarta, Mayoritas Kota Besar Basah
-
Kompolnas di Kasus Affan Dikritisi, Alih Lakukan Pengawasan, Malah jadi Jubir dan Pengacara Polisi!
-
IPA Pesanggarahan Resmi Beroperasi, Sambungkan Layanan Air Bersih ke 45 Ribu Pelanggan Baru
-
17+8 Tuntutan Rakyat Jadi Sorotan ISI : Kekecewaaan Masyarakat Memuncak!
-
BNPB Ungkap Dampak Banjir Bali: 9 Meninggal, 2 Hilang, Ratusan Mengungsi
-
Usai Dicopot Prabowo, Benarkah Sri Mulyani Adalah Menteri Keuangan Terlama?
-
Inikah Ucapan yang Bikin Keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati Mundur dari Senayan?
-
Suciwati: Penangkapan Delpedro Bagian dari Pengalihan Isu dan Bukti Rezim Takut Kritik
-
Viral Pagar Beton di Cilincing Halangi Nelayan, Pemprov DKI: Itu Izin Pemerintah Pusat