Kendati pesanannya menurun, tetapi tidak membuat Gloaguen mengeluh, ia justru merasa sebaliknya.
"Saya sangat bangga dengan pelanggan saya. Mereka muda, berpendidikan tinggi, dan sangat demokratis. Itulah kenyataannya bagi Putin... dan bagi Tiongkok. Kita tahu ketika ada kediktatoran yang terjadi di suatu negara," katanya, seraya menyatakan bahwa pembaca Prancisnya mulai memandang Amerika dengan cara yang sama.
"Mereka tidak ingin menghabiskan uang mereka di Amerika Serikat," tambah Gloaguen.
Dia mencatat bahwa penurunan mendadak dalam penjualan di AS diimbangi oleh peningkatan penjualan buku tentang "Kanada dan negara-negara lain."
Hal itu menjadi bukti lain dari industri perjalanan yang mulai mendukung gagasan tentang meningkatnya kekecewaan terhadap Amerika Serikat.
Kebijakan Tarif Trump
Kebijakan tarif dagang yang diterapkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump selama masa jabatannya telah menimbulkan dampak signifikan terhadap perekonomian global.
Trump menerapkan tarif impor dengan tujuan untuk melindungi industri domestik AS, mengurangi defisit perdagangan, dan mendorong negara-negara lain untuk melakukan negosiasi ulang perjanjian perdagangan dengan AS.
Kebijakan ini mencerminkan pendekatan "America First" yang diusung oleh Trump, yang menekankan kepentingan nasional AS di atas kerja sama multilateral.
Baca Juga: Akali Tarif Trump, Apple Kirim 600 Ton iPhone dari India-China ke AS Hanya Dalam 3 Hari
Tarif Baja dan Aluminium:Trump memberlakukan tarif impor sebesar 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium dari berbagai negara, termasuk sekutu tradisional AS.
Kebijakan ini memicu reaksi keras dari negara-negara yang terkena dampak, yang membalas dengan tarif mereka sendiri terhadap produk-produk AS.
Trump melancarkan perang dagang dengan Tiongkok, menerapkan tarif pada berbagai produk impor Tiongkok senilai ratusan miliar dolar AS.
Tiongkok membalas dengan tarif mereka sendiri, menciptakan ketegangan perdagangan yang berkepanjangan antara kedua ekonomi terbesar dunia.
Trump menegosiasikan ulang Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), menghasilkan Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA).
USMCA memperkenalkan perubahan signifikan pada aturan perdagangan regional, termasuk persyaratan konten otomotif yang lebih ketat.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Perkuat Ekosistem Bisnis, BNI dan Anak Usaha Dorong Daya Saing UMKM di wondr JRF Expo
-
Dosen Merapat! Kemenag-LPDP Guyur Dana Riset Rp 2 Miliar, Ini Caranya
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas
-
Atap Arena Padel di Meruya Roboh Saat Final Kompetisi, Yura Yunita Pulang Lebih Awal
-
Hadiri Konferensi Damai di Vatikan, Menag Soroti Warisan Kemanusiaan Paus Fransiskus
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Geger KTT ASEAN: Prabowo Dipanggil Jokowi, TV Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf
-
88 Tas Mewah Sandra Dewi Cuma Akal-akalan Harvey Moeis, Bukan Endorsement?