Suara.com - Keputusan mutasi kerja dokter spesialis anak dr Piprim B Yanuarso, yang juga dikenal Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) jadi perbincangan publik.
Kebijakan itu sebelumnya tercantum dalam edaran yang diteken Direktur Jenderal Kesehatan Kemenkes RI Lanjutan Azhar Jaya.
Mutasi tersebut tuai kontroversi karena dinilai sejumlah rekan dokter Kementerian Kesehatan tidak punya alasan jelas serta kebijakan itu tidak sesuai ketentuan. Diketahui bahwa dr Piprim semula berpraktik sebagai dokter sekaligus pengajar di RSCM, khususnya subspesialiasi kardiologi dalam bidang intervensi jantung anak.
Pemindahan kerja secara sepihak itu dinilai bisa berdampak buruk bagi RSCM sendiri.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi IDAI Rizky Adriansyah menyebutkan, kualitas pendidikan dokter subspesialis kardiologi anak di RSCM berpotensi menurun pasca ditinggal dokter Piprim.
Terlebih, pusat pendidikan dokter subspesialis kardiologi anak sampai saat ini baru hanya ada di RSCM.
"Jumlah kami masih sangat sedikit di Indonesia. Sampai dengan tahun 2025 ini, hanya ada 70 orang dokter subspesialis kardiologi anak di Indonesia. Walaupun sudah ada tiga pusat pendidikan lainnya, tapi produksinya masih sangat rendah. Setiap tahun hanya bertambah empat orang," kata Rizky dalam keterangannya, dikutip Selasa (29/4/2025).
Akibat dipindahtugaskannya Dokter Piprim, lanjut Rizky, maka hanya tersisa satu orang staf pengajar yang berpengalaman dalam intervensi jantung anak dan memiliki sertifikasi dosen, yakni Profesor Mulyadi M Djer. Adapun yang masih junior, Dokter Anisa dan Dokter Sarah, dinilai masih belum berpengalaman dalam mendidik, karena jam terbangnya yang masih kurang dari 5 tahun.
Menurut Rizky, pendidikan dokter subspesialis kardiologi anak sangat berbeda dengan pendidikan dokter subspesialis anak lainnya. Karena untuk menjadi guru diperlukan ‘jam terbang’ yang mumpuni.
Baca Juga: Selamat Jalan Hotma Sitompul: Jejak Karir Sang Advokat Kondang
"Butuh waktu minimal 10 tahun sebagai dokter subspesialis kardiologi anak untuk layak mengajarkan imu intervensi jantung anak. Pengetahuan saja tidak cukup, karena ilmu yang diajarkan adalah ketrampilan yang sangat khusus," kata dia.
Walaupun sudah lulus sebagai dokter subspesialis kardiologi anak, masih diperlukan pendampingan oleh dokter subspesialis kardiologi berpengalaman minimal satu tahun agar dapat menjalankan kompetensi layanan jantung anak di rumah sakit.
Sehingga, keputusan memindahtugaskan dokter Piprim, disebut Rizky, sangat paradoks dengan kebijakan pemerintah yang mentargetkan peningkatan jumlah dokter subspesialis kardiologi anak di Indonesia.
"Dokter Piprim tak bisa lagi mendidik para calon dokter subspesialis kardiologi anak di RSCM. Sedangkan di RSF sendiri, jangankan pendidikan dokter subspesialis kardiologi nya, layanan jantung anak nya juga belum terlaksana paripurna. Saat ini hanya ada satu orang dokter subspesialis kardiologi anak di RSF, yakni dokter Mochammading," kritiknya.
Berdasarkan data UKK Kardiologi IDAI, kegiatan intervensi jantung anak di RSF belum berjalan. Artinya, RSF belum dapat dikategorikan sebagai rumah sakit dengan layanan jantung anak yang paripurna.
Respons Kemenkes
Tag
Berita Terkait
-
Jemaah Haji Wajib Vaksinasi Meningitis dan PolioSebelum ke Tanah Suci, Kemenkes Ungkap Alasannya!
-
Klarifikasi Kemenkes soal Rencana Menkes Budi Tukang Gigi Praktik di Puskesmas: Kesalahan Istilah
-
Skandal Dokter Obgyn di Garut: Kemenkes Minta STR Dicabut! Kasus Pelecehan Pasien Terbongkar
-
Selamat Jalan Hotma Sitompul: Jejak Karir Sang Advokat Kondang
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
Terkini
-
METI: Transisi Energi Berkeadilan Tak Cukup dengan Target, Perlu Aksi Nyata
-
Kejagung Buka Kemungkinan Tersangka Baru Kasus Pemerasan Jaksa, Pimpinan Juga Bisa Terseret
-
Cuan dari Gang Sempit: Kisah PKL Malioboro yang Sukses Ternak Ratusan Tikus Mencit
-
MPR Dukung Kampung Haji, Dinilai Bikin Jemaah Lebih Tenang dan Aman Beribadah
-
KSAD Minta Media Ekspos Kerja Pemerintah Tangani Bencana Sumatra
-
Kejagung Tetapkan 3 Orang Jaksa jadi Tersangka Perkara Pemerasan Penanganan Kasus ITE
-
OTT KPK di Banten: Jaksa Diduga Peras Animator Korsel Rp2,4 M, Ancam Hukuman Berat Jika Tak Bayar
-
Pesan Seskab Teddy: Kalau Niat Bantu Harus Ikhlas, Jangan Menggiring Seolah Pemerintah Tidak Kerja
-
OTT Bupati Bekasi, PDIP Sebut Tanggung Jawab Pribadi: Partai Tak Pernah Ajarkan Kadernya Korupsi
-
Jawab Desakan Status Bencana Nasional, Seskab Teddy: Pemerintah All Out Tangani Bencana Sumatra