Sejak tahun 1900, permukaan laut dunia telah naik lebih dari 20 sentimeter. Setengah dari kenaikan itu terjadi setelah 1990.
Para ilmuwan sepakat: sekalipun pemanasan global dihentikan hari ini, gunung es tetap akan mencair dalam beberapa dekade ke depan. Tapi kita masih bisa memperlambat lajunya.
Jika dunia berhasil menekan emisi dan mencapai target iklim global, hanya sekitar seperempat volume es gunung yang hilang hingga akhir abad ini. Tapi jika pemanasan terus dibiarkan, hampir separuh dari seluruh es gunung dunia bisa lenyap.
Itu bukan sekadar statistik. Itu berarti hilangnya sumber air, menguatnya risiko bencana, dan lenyapnya keseimbangan ekosistem yang telah menopang kehidupan selama ribuan tahun.
Pesan para peneliti jelas: krisis ini bukan tak terhindarkan. Kita punya pilihan. Kita bisa mengurangi emisi, mempercepat transisi energi, dan memperkuat komitmen pada perlindungan lingkungan.
Gunung es mencair diam-diam, tapi dampaknya menggema ke seluruh dunia. Kita tidak bisa menunggu semuanya hilang untuk mulai peduli.
Meski kenyataannya suram, ada harapan. Banyak organisasi dan negara telah mengambil langkah. Perjanjian Beruang Kutub 1973 menyatukan negara-negara Arktik untuk melindungi spesies ini. Saat ini, fokus utama adalah dua hal: mengurangi emisi gas rumah kaca secara global dan mengelola aktivitas manusia di Arktik agar tidak memperburuk situasi.
Beberapa komunitas lokal di wilayah Arktik juga mulai terlibat aktif. Mereka memantau populasi beruang secara langsung, membantu peneliti, dan menyebarkan kesadaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam. Teknologi seperti pelacak satelit kini digunakan untuk mempelajari pola migrasi dan kondisi tubuh beruang kutub secara real-time.
Beruang kutub bukan sekadar korban. Mereka juga simbol ketahanan. Bulu mereka yang memantulkan cahaya, kulit gelap yang menyerap panas, dan kemampuan induk beruang membesarkan anak-anaknya dalam suhu ekstrem adalah bukti bahwa alam selalu mencari cara untuk bertahan.
Baca Juga: Viral Pendaki Booking Lahan Camping Gunung Merbabu, Bareng Yura Yunita cs?
Tetapi kali ini, mereka tidak bisa melakukannya sendiri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Perkuat Ekosistem Bisnis, BNI dan Anak Usaha Dorong Daya Saing UMKM di wondr JRF Expo
-
Dosen Merapat! Kemenag-LPDP Guyur Dana Riset Rp 2 Miliar, Ini Caranya
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas
-
Atap Arena Padel di Meruya Roboh Saat Final Kompetisi, Yura Yunita Pulang Lebih Awal
-
Hadiri Konferensi Damai di Vatikan, Menag Soroti Warisan Kemanusiaan Paus Fransiskus
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Geger KTT ASEAN: Prabowo Dipanggil Jokowi, TV Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf
-
88 Tas Mewah Sandra Dewi Cuma Akal-akalan Harvey Moeis, Bukan Endorsement?