Suara.com - Tahun ini BPJS Kesehatan diwacanakan bakal memberlakukan tiga aturan baru yang kabarnya membuat posisi rumah sakit semakin terjepit. Rincian tiga aturan baru BPJS Kesehatan dan layanan kesehatan tersebut yakni pasien dengan asuransi swasta harus bayar 10% biaya rumah sakit mulai 2026, iDRG bakal jadi skema baru BPJS bayar rumah sakit, serta kelas rawat inap standar (KRIS) ditunda sampai Desember 2025.
Ketiga aturan baru BPJS Kesehatan ini mulai dibahan netizen di Twitter atau X. Akun @cuk***ukuque menyebut aturan baru akan merugikan rumah sakit. Sebagai contoh, KRIS akan menghapus iuran BPJS Kesehatan berdasarkan kelas. Nantinya, iuran akan menjadi satu harga tetapi banyak rumah sakit yang belum siap. Pasalnya, rumah sakit mitra BPJS masih menerapkan sistem kamar berdasarkan kelas dan besarnya iuran.
Kemudian, sistem iDRG atau Individu Diagnosis-Related Groups dianggap lebih adil jika dibandingkan sistem lama yakni INA-CBG atau Indonesia Case Base Groups. Sebagai ilustrasi, INA-CBG menerapkan sistem pascabayar bulanan dengan perhitungan tarif yang sama, terlepas dari kondisi masing – masing individu. Sebagai contoh, pasien usus buntu ringan dan pasien komplikasi usus buntu akan mendapatkan jumlah pembiayaan yang sama.
Sementara sistem baru yakni iDRG dianggap lebih adil karena akan membayar penyakit berdasarkan tingkat keparahannya. Uang yang ditebus untuk usus buntu akan berbeda dengan usus buntu yang disertai komplikasi. Kendati demikian, terkait aturan ini BPJS belum memberikan keterangan resmi.
Benarkah Asuransi Swasta Harus Bayar Biaya Rumah Sakit?
Berdasarkan pelacakan Suara.com, belum ada keterangan resmi yang menyebut bahwa asuransi swasta harus ikut membantu BPJS menyokong biaya rumah sakit. Namun, pada Januari 2025, Menteri Kesehatan Budi Gunadi yang menyarankan masyarakat ikut asuransi swasta. Imbauan itu muncul lantaran BPJS Kesehatan tidak bisa meng-cover semua jenis penyakit.
"Idealnya, jika BPJS tidak bisa menanggung semua, sisanya dapat dikaver oleh asuransi tambahan di atas BPJS,” kata Budi di Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Menanggapi hal ini, Pengamat kebijakan publik, Trubus Rahadiansyah berpendapat bahwa pemerintah inkonsisten dalam menjamin kesehatan publik. "Karena apa? Karena selama ini janji pemerintah kan soal kesehatan adalah urusan negara, pemerintah, makanya dibentuk BPJS. Undang-Undang Jaminan Kesehatan Nasional itu mengamanatkan bahwa persoalan kesehatan menjadi tanggung jawab negara, pemerintah," kata Trubus kepada Suara.com.
Imbas imbauan Menkes Budi agar masyarakat ikut asuransi swasta, Trubus menduga ada dua hal yang kemungkinan terjadi. "Pertama bahwa pemerintah selama ini istilahnya itu ya kurang sungguh-sungguh dalam menanggung mengenai kesehatan publiknya dan ini otomatis kan nggak sesuai juga dengan pernyataan presiden yang membuat kebijakan program cek kesehatan gratis," kata Trubus.
Baca Juga: Mana yang Lebih Menguntungkan? Kenali Perbedaan Dasar Asuransi Syariah dengan Kovensional
Trubus juga menduga adanya kepentingan lain dari Menteri Kesehatan lantaran mendorong masyarakat untuk gunakan asuransi swasta. "Yang kedua, jangan-jangan menterinya punya asuransi kesehatan, terafiliasi asuransi kesehatan swasta barangkali. Jadi brand ambassador dong," ujarnya.
Di sisi lain, Trubus memandang agar ada aturan yang rigid terkait persoalan di atas. Menurutnya bila hanya disampaikam lewat pernyataan seorang menteri, justru menimbulkan banyak pertanyaan.
"Kalau memang mau seperti itu solusinya itu ya undang-undangnya, regulasinya diubah. Kemudian nanti dibuat aturan sehingga nggak usah pernyataan seperti itu. Karena kalau pernyataan seperti itu kan kesannya jadi malah menimbulkan kecurigaan publik. Lebih baik membuat saja aturan keluarin aturan Permenkes," tutur Trubus.
Menurut Trubus, pernyataan Budi juga merupakan sosialisasi kepada masyarakat untuk menambah asuransi swasta. Sosialisasi itu disampaikan imbas adanya perihal penyakit-penyakit baru. "Saya memandang ini memang kebingungan ke depan pemerintah dalam hal menangani kesehatan publik terkait banyaknya isu-isu munculnya penyakit-penyakit baru, jadi itu kekhawatiran lagi kaya pandemi Covid yang kemarin, kita nggak siap," kata Trubus.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
7 Asuransi Rumah Terbaik yang Sudah Terdaftar di OJK, Aman dan Terpercaya!
-
6 Tips Memilih Asuransi Rumah yang Bagus: Teliti Dulu agar Tak Tertipu Modus!
-
Pengamat: Skema Co-Payment Asuransi Kesehatan Tak Akan Rugikan Masyarakat
-
Pengguna Asuransi Kesehatan Bayar 10 Persen saat Berobat Berlaku 1 Januari 2026, Begini Ketentuannya
-
Nasabah Asuransi Tak Lagi Ditanggung 100 Persen, Wajib Bayar 10 Persen Tagihan
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
-
Menkeu Purbaya Klaim Gugatan Tutut Seoharto Sudah Dicabut, Tapi Perkara Masih Aktif
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
Terkini
-
Kejagung Sita Sederet Tanah Zarof Ricar di Riau Senilai Rp35 Miliar, Aset Atas Nama Anak-anaknya!
-
Benteng Terakhir PDIP Runtuh! Prabowo Copot Hendrar Prihadi, Sinyal 'Sapu Bersih' Kabinet?
-
Jadi Menpora, Erick Thohir Wajib Mundur dari PSSI? Pakar: Sah, Asal Penuhi 1 Syarat Ini
-
Di Balik Papan 'Bensin Habis' Ada Kabar Getir Pegawai SPBU Swasta yang Takut Dirumahkan
-
2 Kasus Baru Keracunan Massal MBG Tak Masuk KLB, Publik Murka ke Pemerintah: Tunggu Mati Dulu?
-
Usut Korupsi RSUD Kolaka Timur, KPK Periksa Kasi Pidsus Kejari Kolaka
-
Bantah Kesejahteraan Jadi Pemicu, TNI AD Duga Prajurit Kopassus Terlibat Penculikan Karena Ini
-
Rismon Bongkar Lagi Keganjilan Ijazah Jokowi, Foto Satu-satunya Berkacamata di Indonesia
-
Misteri Keracunan MBG di Garut: Ayam Woku atau Lalapan Mentah Biang Kerok? 194 Pelajar Terkapar
-
Hendrar Prihadi Dicopot dari LKPP, PDIP Terima Tak Ada Lagi Kader Partai di Pemerintahan Prabowo