Anak sebagai individu yang masih dalam masa tumbuh kembang sangat rentan terhadap dampak buruk dari kekerasan, baik secara mental maupun fisik.
Data dari berbagai lembaga perlindungan anak menunjukkan bahwa banyak kasus kekerasan terjadi justru di lingkungan terdekat anak, seperti rumah atau sekolah. Ironisnya, pelaku sering kali adalah orang tua, guru, atau orang dewasa lain yang seharusnya menjadi pelindung dan panutan.
Kekerasan yang dialami anak dapat menyebabkan trauma berkepanjangan, gangguan emosi, prestasi belajar menurun, bahkan kecenderungan untuk melakukan kekerasan di kemudian hari.
Pencegahan kekerasan terhadap anak memerlukan kolaborasi semua pihak, mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat, hingga pemerintah. Edukasi kepada orang tua tentang pola asuh positif dan pengendalian emosi sangat penting dilakukan. Sekolah juga perlu menjadi lingkungan yang aman dan ramah anak, dengan sistem pelaporan dan perlindungan yang efektif.
Pemerintah melalui Undang-Undang Perlindungan Anak telah memberikan dasar hukum untuk melindungi hak-hak anak. Namun, implementasi di lapangan masih membutuhkan pengawasan ketat dan dukungan dari aparat penegak hukum serta lembaga sosial.
Melindungi anak dari kekerasan berarti melindungi masa depan bangsa. Setiap anak berhak tumbuh dalam lingkungan yang aman, penuh kasih sayang, dan bebas dari ketakutan.
Kekerasan terhadap anak dapat meninggalkan trauma mendalam yang tidak selalu terlihat secara fisik. Anak yang mengalami kekerasan, baik secara fisik, verbal, maupun emosional, berisiko mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, rendah diri, hingga gangguan perkembangan.
Trauma ini dapat memengaruhi hubungan sosial, prestasi belajar, dan perilaku anak di masa depan. Penanganan trauma anak membutuhkan pendekatan yang penuh empati dan dukungan profesional seperti konseling atau terapi psikologis.
Penting bagi orang dewasa untuk menciptakan lingkungan aman dan suportif agar anak bisa pulih dan tumbuh optimal tanpa bayang-bayang kekerasan.
Baca Juga: Bukan Budaya Patriarki, Wamen PPPA Veronica Tan Minta Setiap Keluarga Ajarkan Kesetaraan Gender
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Duka Sumut Kian Pekat, Korban Jiwa Bencana Alam Bertambah Jadi 369 Orang
-
Polisi Tantang Balik Roy Suryo dkk di Kasus Ijazah Jokowi: Silakan Ajukan Praperadilan!
-
Besok Diprediksi Jadi Puncak Arus Mudik Nataru ke Jogja, Exit Prambanan Jadi Perhatian
-
Mendagri: Pemerintah Hadir Penuh Tangani Bencana di Sumatera
-
Ancaman Bencana Kedua Sumatra: Saat Wabah Penyakit Mengintai di Tenda Pengungsian
-
METI: Transisi Energi Berkeadilan Tak Cukup dengan Target, Perlu Aksi Nyata
-
Kejagung Buka Kemungkinan Tersangka Baru Kasus Pemerasan Jaksa, Pimpinan Juga Bisa Terseret
-
Cuan dari Gang Sempit: Kisah PKL Malioboro yang Sukses Ternak Ratusan Tikus Mencit
-
MPR Dukung Kampung Haji, Dinilai Bikin Jemaah Lebih Tenang dan Aman Beribadah
-
KSAD Minta Media Ekspos Kerja Pemerintah Tangani Bencana Sumatra