Suara.com - Eskalasi konflik terbuka antara Iran dan Israel yang semakin memanas mengirimkan getaran hebat ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.
Meski terpisah ribuan kilometer, dampak rambatan (spillover effect) dari perang di jantung Timur Tengah ini siap menghantam berbagai sendi vital perekonomian dan stabilitas domestik Tanah Air. Mulai dari lonjakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga potensi pelemahan rupiah, Indonesia kini berada dalam posisi waspada tinggi.
Ancaman paling nyata dan terasa langsung oleh masyarakat adalah lonjakan harga minyak dunia. Konflik yang melibatkan Iran, salah satu produsen minyak terbesar dunia, berpotensi besar mengganggu jalur distribusi utama, terutama di Selat Hormuz yang strategis.
Kenaikan harga minyak mentah global secara otomatis akan menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang selama ini menanggung beban subsidi energi yang besar.
Jika harga minyak terus meroket, pilihan pemerintah menjadi terbatas: menaikkan harga BBM subsidi atau membiarkan subsidi membengkak dan mengorbankan alokasi untuk sektor lain.
Baru-baru ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara terang-terangan telah memperingatkan adanya dua bahaya utama yang mengintai.
"Risiko pertama adalah ketidakpastian, harga cenderung naik, seperti harga minyak," katanya dalam sebuah konferensi pers.
Bahaya kedua, menurutnya, adalah potensi pelemahan ekonomi global yang akan menekan kinerja ekspor Indonesia.
"Di sisi lain, dari sisi perekonomian global akan cenderung melemah... Itu kombinasi yang harus kita waspadai karena tidak baik," ujar Sri Mulyani.
Baca Juga: 10 Negara Adidaya Militer: Siapa Saja Penguasa Langit, Darat dan Laut Selain Iran dan Israel?
Efek domino dari kenaikan harga energi tidak berhenti di situ. Kenaikan biaya logistik akibat mahalnya bahan bakar dan terganggunya rute pelayaran internasional akan memicu inflasi atau kenaikan harga barang secara umum.
"Konflik ini bertahan lama seperti Rusia-Ukraina, maka akan cukup berat bagi dunia, dapat terjadi ketidakstabilan harga. Akhirnya, dunia akan mengalami stagflation, stagnation plus inflation, artinya pertumbuhan ekonomi dunia menurun dan inflasi dunia meningkat," papar Prof Rossanto Dwi Handoyo, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Kenaikan ongkos logistik ke Eropa, misalnya, dapat membuat produk ekspor Indonesia menjadi lebih mahal dan kalah saing.
Di sektor keuangan, ketidakpastian global akan memicu pelarian modal (capital outflow) dari negara-negara berkembang seperti Indonesia menuju aset yang dianggap lebih aman (safe haven) seperti dolar AS dan emas.
Kondisi tersebut akan memberikan tekanan berat bagi nilai tukar Rupiah. Pelemahan Rupiah lebih lanjut akan membuat harga barang-barang impor, termasuk bahan baku industri dan pangan, menjadi semakin mahal.
Selain dampak ekonomi, eskalasi konflik di Timur Tengah juga memiliki implikasi politik dan sosial di dalam negeri.
Berita Terkait
-
10 Negara Adidaya Militer: Siapa Saja Penguasa Langit, Darat dan Laut Selain Iran dan Israel?
-
Adu Kuat di Langit dan Darat, Siapa Paling Perkasa Jika Perang Total Iran vs Israel Terjadi?
-
Terus Matangkan Rencana Evakuasi WNI dari Iran, Begini Strategi Menlu Sugiono
-
SBY Sebut Dunia di Ambang Malapetaka, Nasib Bumi Kini di Tangan 5 'Strong Men' Ini
-
Perisai Tak Terduga: Saat Raja Yordania Keturunan Nabi Tembak Jatuh Drone Iran untuk Israel
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
-
Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Sri Mulyani: Sebut Eks Menkeu 'Terlalu Protektif' ke Pegawai Bermasalah
Terkini
-
Setara Institute Sebut Upaya Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional Sengaja Dilakukan Pemerintah
-
20 Siswa SDN Meruya Selatan 01 Diduga Keracunan MBG di Hari ke-3, Puding Coklat Bau Gosong
-
Luncurkan Dana Abadi ITS, BNI dan ITS Dorong Filantropi Pendidikan Digital
-
Dosen di Jambi Dibunuh Polisi: Pelaku Ditangkap, Bukti Kekerasan dan Dugaan Pemerkosaan Menguat
-
Nasib Charles Sitorus Terpidana Kasus Gula Tom Lembong usai Vonisnya Diperkuat di Tingkat Banding
-
Amnesty: Pencalonan Soeharto Pahlawan Cacat Prosedur dan Sarat Konflik Kepentingan!
-
Pemulihan Cikande: 558 Ton Material Radioaktif Berhasil Diangkut Satgas Cesium-137
-
Waspada Banjir Rob, BPBD DKI Peringatkan 11 Kelurahan di Pesisir Utara
-
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang & Mandiri Agen
-
KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian ke KPK soal Dugaan Mark Up Proyek Whoosh