Suara.com - Tuntutan berat dijatuhkan dalam babak baru skandal korupsi pengamanan situs judi online di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Jaksa penuntut umum meminta hakim menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara bagi Adriana Angela Brigita yang dituduh menjadi salah satu otak pencucian uang dari jaringan ilegal bernilai miliaran rupiah ini.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) secara resmi meminta Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk menjatuhkan hukuman pidana penjara selama 10 tahun kepada Adriana Angela Brigita.
Tuntutan ini menjadi puncak dari perannya dalam kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang terkait dengan jaringan pengelola situs judi online.
Dalam sidang pembacaan tuntutan, jaksa dengan tegas meminta hakim untuk menyatakan Adriana terbukti bersalah.
"Menjatuhkan pidana terhadap saudara Adriana Angela Brigita selama 10 tahun penjara," kata jaksa di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (23/7/2025).
Selain hukuman badan, Adriana juga dituntut membayar pidana denda sebesar Rp 250 juta.
"Dengan ketentuan bila tidak dibayar, maka diganti dengan 3 bulan kurungan," tambah jaksa.
Posisi Adriana dalam kasus ini terbilang sentral. Sebab, ia merupakan istri dari Zulkarnaen Apriliantony alias Tony, yang juga berstatus terdakwa dan masuk dalam klaster koordinator utama dalam jaringan pengamanan situs judi online tersebut.
Baca Juga: Habis Foya-foya, Kini Sengsara: Kisah Darmawati Terdakwa Judol Komdigi Dituntut 12 Tahun Penjara
Membongkar Jaringan Empat Klaster
Kasus korupsi di Komdigi ini terungkap sebagai sebuah operasi besar yang melibatkan setidaknya empat klaster terdakwa dengan peran berbeda.
Empat klaster tersebut meliputi klaster koordinator yang diisi para otak yang mengatur pengamanan, terdiri dari Adhi Kismanto, Zulkarnaen Apriliantony alias Tony, Muhrijan alias Agus, dan Alwin Jabarti Kiemas.
Kemudian klaster eks pegawai Kementerian Kominfo yang merupakan dari kalangan internal diduga membantu melancarkan aksi, termasuk Denden Imadudin Soleh dan delapan rekannya.
Selain itu, klister pengelola agen judi online, yakni eksekutor lapangan yang menjalankan situs ilegal, terdiri dari delapan terdakwa termasuk Muchlis dan Bernard alias Otoy.
Terakhir, klaster pencucian uang, yakni kelompok yang bertugas menyamarkan dan membersihkan aliran dana hasil kejahatan. Klaster ini diisi oleh Adriana Angela Brigita, Rajo Emirsyah, dan Darmawati.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
DPR Usul Presiden Bentuk Kementerian Bencana: Jadi Ada Dirjen Longsor, Dirjen Banjir
-
Pemerintah Pulangkan 2 WN Belanda Terpidana Kasus Narkotika Hukuman Mati dan Seumur Hidup
-
Aksi 4 Ekor Gajah di Pidie Jaya, Jadi 'Kuli Panggul' Sekaligus Penyembuh Trauma
-
Legislator DPR Desak Revisi UU ITE: Sikat Buzzer Destruktif Tanpa Perlu Laporan Publik!
-
Lawatan ke Islamabad, 6 Jet Tempur Sambut Kedatangan Prabowo di Langit Pakistan
-
Kemensos Wisuda 133 Masyarakat yang Dianggap Naik Kelas Ekonomi, Tak Lagi Dapat Bansos Tahun Depan
-
27 Sampel Kayu Jadi Kunci: Bareskrim Sisir Hulu Sungai Garoga, Jejak PT TBS Terendus di Banjir Sumut
-
Kerugian Negara Ditaksir Rp2,1 T, Nadiem Cs Segera Jalani Persidangan
-
Gebrakan KemenHAM di Musrenbang 2025: Pembangunan Wajib Berbasis HAM, Tak Cuma Kejar Angka
-
LBH PBNU 'Sentil' Gus Nadir: Marwah Apa Jika Syuriah Cacat Prosedur dan Abaikan Kiai Sepuh?