Suara.com - Kasus kematian diplomat muda, Arya Daru Pangayunan, yang semula diduga bunuh diri, kini kembali menjadi sorotan tajam. Perbincangan panas dalam podcast Deddy Corbuzier bersama pakar forensik kepolisian, Komjen. Pol. (Purn.) Drs. Ito Sumardi Djunisanyoto, menguliti berbagai kejanggalan yang membuat publik bertanya-tanya: bunuh diri atau pembunuhan berencana?
Ito Sumardi, dengan pengalamannya yang panjang di kepolisian, secara gamblang meragukan kesimpulan awal dan mendorong penyelidikan yang lebih mendalam. Menurutnya, terlalu banyak teka-teki yang belum terpecahkan dalam kasus ini.
Penarikan kasus ke Polda Metro Jaya seolah mengisyaratkan adanya kompleksitas yang lebih dalam dari yang terlihat di permukaan.
Berikut adalah sederet kejanggalan dan analisis tajam yang mengarah pada dugaan pembunuhan berencana, dirangkum dari perbincangan Deddy Corbuzier dan Ito Sumardi.
1. Prosedur Autopsi yang Seharusnya Wajib
Komjen (Purn) Ito Sumardi mengkritik keras penanganan awal kasus yang tidak langsung melakukan autopsi. Baginya, ini adalah pelanggaran prosedur standar untuk setiap kematian yang tidak wajar.
"Kematian Arya adalah kematian tidak wajar, SOP-nya harus dilakukan autopsi," tegas Ito Sumardi.
Ia menjelaskan bahwa autopsi adalah satu-satunya cara untuk menentukan penyebab pasti dan waktu kematian. Tanpa itu, kesimpulan bunuh diri dianggap terlalu sembrono. Ia bahkan menyarankan ekshumasi, merujuk pada kasus besar seperti Vina dan Yosua.
2. Misteri Lakban yang Melilit Kepala
Baca Juga: Terungkap! Misteri Lakban Kuning di Jasad Diplomat Arya Ternyata Dibeli di Toko Merah Jogja
Salah satu bukti fisik paling krusial adalah lakban yang melilit wajah korban. Menurut Ito Sumardi, ini bukan sekadar lakban biasa.
"Jenis lakban ini sulit diperoleh di pasaran, kemungkinan besar dibeli secara online," ujarnya.
Keberadaan lakban spesifik ini mengindikasikan adanya perencanaan. Lebih lanjut, autopsi bisa membuktikan apakah Arya masih hidup atau sudah meninggal saat dilakban.
"Autopsi dapat menentukan apakah korban meninggal sebelum atau sesudah dilakban," jelasnya, yang akan menjadi pembeda vital antara bunuh diri dan pembunuhan.
3. Skenario Pembunuhan: Blind Spot CCTV dan Smart Key
Meski pintu kamar kos ditemukan terkunci dari dalam tanpa kerusakan, Ito Sumardi memaparkan skenario bagaimana pembunuhan tetap bisa terjadi. Pelaku diduga memanfaatkan teknologi dan celah keamanan.
Ia menjelaskan kemungkinan pelaku menggunakan sarung tangan untuk menghindari sidik jari dan mengunci pintu dari dalam menggunakan smart key.
Kejanggalan lain adalah adanya blind spot pada CCTV dan momen rekaman yang "meloncat", yang bisa jadi dimanfaatkan pelaku untuk masuk dan keluar tanpa terdeteksi.
4. Dugaan Keterlibatan Jaringan TPPO
Profesi Arya sebagai diplomat lapangan yang menjadi saksi kunci kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) membuka spekulasi motif yang lebih besar. Deddy Corbuzier mengangkat isu ini secara langsung.
"Ini memunculkan spekulasi kematiannya menguntungkan sindikat," kata Deddy.
Ito Sumardi membenarkan bahwa pekerjaan Arya sangat berisiko tinggi, setara dengan reserse yang menangani kejahatan terorganisir.
Ia bahkan menyebut jaringan TPPO bisa sampai melibatkan jual beli organ manusia, menunjukkan betapa berbahayanya sindikat yang dihadapi Arya.
5. Hilangnya Dokumen Penting dan Jejak Digital
Kecurigaan semakin menguat dengan adanya isu hilangnya dokumen-dokumen penting yang sedang dipegang oleh Arya terkait kasus yang ditanganinya.
Ito Sumardi menekankan pentingnya penyelidikan digital forensik. Menurutnya, penyidik harus memeriksa secara menyeluruh laptop dan jejak digital di ponsel korban, setidaknya dalam sebulan terakhir sebelum kematiannya, untuk mencari petunjuk, ancaman, atau komunikasi yang mencurigakan.
6. Perilaku Janggal Penjaga Kos
Sosok penjaga kos turut menjadi sorotan utama. Ito Sumardi menyoroti beberapa keanehan dalam perilakunya yang terekam CCTV. Penjaga kos terlihat mondar-mandir dan tidak segera mengecek kamar korban meskipun sudah diminta oleh istri Arya.
Kejanggalan lain adalah momen saat lampu sensor di depan kamar mati ketika penjaga kos membawa sapu, serta tindakannya mencongkel pintu padahal seharusnya ada kunci master.
"Penjaga kos bisa saja memiliki motif pribadi atau disuruh orang lain," imbuh Ito, membuka kemungkinan adanya keterlibatan pihak internal.
7. Potensi Skenario 'Perfect Murder'
Ito Sumardi menutup analisisnya dengan kemungkinan adanya perfect murder atau pembunuhan sempurna. Pelaku yang cerdas bisa merancang skenario agar kematian terlihat seperti bunuh diri.
Ia menjelaskan, pelaku bisa saja terlebih dahulu melumpuhkan korban, kemudian membunuhnya, dan merekayasa tempat kejadian perkara. Bahkan, pelaku bisa sengaja meninggalkan sidik jari korban pada alat yang digunakan untuk membuatnya tampak otentik.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
Terkini
-
Kejagung Periksa 7 Saksi Terkait Korupsi Digitalisasi Pendidikan Usai Nadiem Makarim Jadi Tersangka
-
Apresiasi Mendagri Tito untuk Mal Pelayanan Publik Kota Makassar: Ada Gerai PBG dan BPHTB
-
Pendidikan Zita Anjani, Stafsus Presiden Batalkan Ngisi Seminar di Unpad Tapi Malah Ngegym
-
Usut Kuota Khusus hingga Haji Furoda, KPK Sebut Kapusdatin BPH Saksi Penting, Apa Alasannya?
-
Kunjungi Sekolah Rakyat, Prabowo Nostalgia Zaman Akmil: Saya Dulu Satu Kamar 60 Orang
-
Kakak Hary Tanoe Melawan usai Tersangka, Ini Alasan KPK Santai Digugat Rudy Tanoesoedibjo
-
Soroti Public Speaking Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa, Mahfud MD Geleng-Geleng Kepala: Keliru Tuh!
-
KPK Tetapkan Status Rudy Tanoesoedibjo sebagai Tersangka Kasus Korupsi Penyaluran Bansos
-
Aksi Sadis Cucu Pemilik Kios Pecel Lele di Bogor, Nenek dan Pamannya Dibakar Hidup-hidup!
-
Mahfud MD Bongkar Alasan Sri Mulyani Nyaris Mundur: Kecewa Rumah Dijarah, Negara Tak Lindungi