Suara.com - Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau LPSK membunyikan alarm tanda bahaya. Laporan permohonan perlindungan sepanjang tahun 2025 tercatat meledak, dengan kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) menjadi yang paling dominan.
Data ini menunjukkan bahwa kejahatan kerah putih kini menjadi ancaman serius, sementara kasus kekerasan seksual terhadap anak tetap menjadi momok yang tak kunjung usai.
Dalam peringatan HUT LPSK ke-17, Jumat (8/8/2025), Wakil Ketua LPSK Wawan Fahrudin membeberkan data yang sangat mengkhawatirkan. Dari total 8.522 permohonan yang masuk hingga Agustus 2025, mayoritas mutlak berasal dari kasus TPPU.
“Permohonan paling tinggi yang kami terima yakni soal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), sebanyak 5.558 permohonan,” kata Wawan di Jakarta Timur.
Angka ini jauh melampaui jenis kejahatan lainnya, seperti kekerasan seksual anak yang berada di angka 891 permohonan, dan tindak pidana lainnya sebanyak 734 permohonan.
Lonjakan permohonan tahun ini diprediksi akan memecahkan rekor tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, sepanjang tahun 2024, LPSK menerima total 10.217 laporan.
Sementara pada 2025, baru berjalan delapan bulan, angkanya sudah mencapai 8.522 permohonan.
“Tahun 2024 itu sebanyak 10.217. Dan di semester pertama ini, kita kalau menjejak bulan Agustus, kita sudah 8.522 permohonan,” jelas Wawan.
“Nah, estimasi kita kalau di 4 bulan ke depan bisa jadi lebih dari tahun kemarin, melebihi dari 10.217,” imbuhnya.
Baca Juga: Dua Anggota DPR Jadi Tersangka TPPU Dana CSR, KPK: Kita Susuri Sampai ke Partai Politik!
Kekerasan Seksual Tetap Jadi Momok Menakutkan
Meskipun secara angka absolut TPPU mendominasi, Wawan memberikan catatan penting. Secara konsistensi dan frekuensi laporan, kasus kekerasan seksual masih menjadi penyakit kronis yang paling sering ditangani oleh LPSK.
“Kekerasan seksual yang paling tinggi (secara frekuensi kasus), tapi sebetulnya untuk pendanaan restitusi, untuk tindak pidana pencucian uang yang paling tinggi sebenarnya," jelas Wawan.
"Tapi dalam realisasinya, yang kasus paling tinggi permohonannya itu, permohonan perlindungannya masih kami, itu di kekerasan seksual,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
BPJS Kesehatan Angkat Duta Muda: Perkuat Literasi JKN di Kalangan Generasi Penerus
-
Kondisi Gunung Semeru Meningkat ke Level Awas, 300 Warga Dievakuasi
-
Soal Pelimpahan Kasus Petral: Kejagung Belum Ungkap Alasan, KPK Bantah Isu Tukar Guling Perkara
-
Semeru Status Awas! Jalur Krusial Malang-Lumajang Ditutup Total, Polisi Siapkan Rute Alternatif
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Resmi Limpahkan Kasus ke Tangan KPK, Ada Apa?
-
DPR-Kemdiktisaintek Kolaborasi Ciptakan Kampus Aman, Beradab dan Bebas Kekerasan di Sulteng
-
Fakta Baru Sengketa Tambang Nikel: Hutan Perawan Dibabat, IUP Ternyata Tak Berdempetan
-
Survei RPI Sebut Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Polri Tinggi, Ini Penjelasannya
-
Momen Roy Suryo Walk Out dari Audiensi Reformasi Polri, Sentil Otto Hasibuan: Harusnya Tahu Diri
-
Deteksi Dini Bahaya Tersembunyi, Cek Kesehatan Gratis Tekan Ledakan Kasus Gagal Ginjal