News / Nasional
Kamis, 04 September 2025 | 13:43 WIB
ARSIP - Sebagai Ilustrasi - Sejumlah anggota Polri menghalau pengunjuk rasa di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/8/2025). [ANTARA FOTO/Didik Suhartono/rwa]
Baca 10 detik
  • Demo yang meluas di Indonesia berlanjut, dipicu oleh beragam isu
  • Aksi massa hari ini melibatkan berbagai elemen masyarakat
  • Demo tidak hanya berfokus pada isu ekonomi, tetapi juga menuntut reformasi aparat dan DPR
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Gelombang demo  yang melanda berbagai wilayah di Indonesia berlanjut pada Kamis, 4 September 2025.

Aksi massa kali ini diwarnai oleh beragam isu, mulai dari kenaikan tunjangan DPR dan gaji pejabat, kontroversi penulisan ulang sejarah, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan tingginya biaya pendidikan.

Ketegangan makin memuncak menyusul dugaan tindakan represif aparat dalam unjuk rasa pekan lalu yang menyebabkan korban jiwa.

Nama Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, dan Rheza Sendy Pratama, mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta, menjadi simbol duka kolektif.

Affan (21) meninggal setelah terlindas kendaraan taktis Brimob di Pejompongan, Jakarta Pusat, pada 28 Agustus 2025.

Ia diketahui tidak ikut serta dalam unjuk rasa, melainkan sedang mengantar pesanan makanan. Sementara itu, Rheza, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2023, meninggal dalam bentrokan aparat dengan demonstran.

Selain dua korban, setidaknya ada 8 (delapan) korban lainnya yang meninggal dunia dalam rentetan aksi demo yang beberapa diantaranya berakhir kerusuhan di berbagai lokasi di Indonesia.

Berikut adalah daftar demo yang diagendakan pada hari ini, Kamis 4 September 2024:

Gerakan Buruh dan Mahasiswa Bergerak

Baca Juga: Rusdi Masse Resmi Gantikan Ahmad Sahroni, Ini Susunan Lengkap Pimpinan Komisi III DPR Terbaru

Pada hari ini, dua kelompok besar menggelar aksi di Jakarta:

1. Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak)

Gebrak berencana menggelar unjuk rasa di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jakarta Pusat. Aliansi ini membawa 14 tuntutan, dengan lima di antaranya menjadi prioritas:

  • Mendesak penghentian tindakan represif aparat dan menuntut pembebasan demonstran yang ditahan.
  • Menuntut penurunan nilai tarif pajak rakyat.
  • Menuntut penurunan harga kebutuhan pokok yang melambung.
  • Mendesak pengesahan Rancangan Undang-Undang tentang Perampasan Aset.
  • Meminta negara mengambil alih minimal 51% kepemilikan saham di sektor pertambangan dan perkebunan.
  • Menuntut pemotongan 50% gaji dan tunjangan semua pejabat negara.

2. Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI)

BEM SI menggelar aksi damai bertajuk 'Selamatkan Indonesia' di depan Gedung DPR RI, Jakarta. Ratusan personel kepolisian disiagakan untuk mengamankan aksi yang dimulai pukul 13.00 WIB ini.

Dalam aksinya, BEM SI menyuarakan protes terhadap korupsi, politisasi hukum, dugaan pemelintiran sejarah, dan kebijakan negara yang dinilai abai terhadap rakyat. 

3. Aksi Kamisan dan Tuntutan 17+8 Tuntutan Rakyat

Di tengah gejolak ini, Aksi Kamisan di Jakarta dan Palu juga turut menyuarakan tuntutan publik. Aksi Kamisan Jakarta kali ini mengusung tema #AksiKamisan876 dengan lima tuntutan utama:

  • Menghentikan brutalitas aparat.
  • Membebaskan seluruh peserta aksi dan aktivis demokrasi yang ditahan.
  • Mengusut tuntas kasus pembunuhan dan penghilangan paksa.
  • Mencabut kebijakan yang dianggap merugikan rakyat dan pajak yang mencekik.
  • Memotong anggaran pejabat dan Polri untuk dialokasikan pada kesejahteraan rakyat.

4. Aksi Kamisan Palu

Sementara itu, di Palu, aksi Kamisan memasuki gelaran ke-67 dengan tema “September Hitam” yang berlangsung di depan DPRD Sulawesi Tengah.

Unjuk rasa yang meluas ini juga dilandasi oleh seruan 17+8 Tuntutan Rakyat yang ramai di media sosial sejak 31 Agustus 2025, dengan tenggat waktu yang ditetapkan pada Jumat, 5 September 2025.

Tuntutan ini mencakup reformasi TNI dan Polri, pembatalan pasal kontroversial di RUU Polri dan KUHAP, hingga desakan pembubaran DPR dan pengunduran diri sejumlah pejabat tinggi.

Aksi massa ini terjadi di saat Presiden Prabowo Subianto sedang berada di China untuk kunjungan kenegaraan.

Load More