News / Nasional
Senin, 22 Desember 2025 | 20:05 WIB
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India [Istimewa]
Baca 10 detik
  • Menteri Kehutanan menanggapi serius kematian Gajah Sumatera Laila akibat infeksi virus EEHV di Riau.
  • Pemerintah menggandeng Fauna Land Indonesia untuk mendatangkan dokter spesialis gajah dari Vantara India.
  • Tim gabungan mengevaluasi gajah di penangkaran untuk pencegahan penyebaran virus EEHV dan peningkatan kapasitas pawang.

Suara.com - Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni memberi perhatian serius terhadap kematian seekor Gajah Sumatera bernama Laila di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga, Bengkalis, Riau.

Anak gajah betina berusia 1 tahun 6 bulan itu dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV), penyakit mematikan yang kerap menyerang gajah muda.

Sebagai langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang, Raja Juli Antoni menggandeng Fauna Land Indonesia untuk menghadirkan dokter spesialis gajah dari Vantara, India.

Vantara merupakan pusat penyelamatan, rehabilitasi, dan konservasi satwa liar raksasa yang berlokasi di Jamnagar, Gujarat, dan dikenal memiliki salah satu rumah sakit gajah tercanggih di dunia.

“Saya sudah kontak teman di India, mereka bisa menemukan antivirusnya. Tinggal studi apakah cocok atau tidak dengan gajah kita. Saat ini sudah ada progres. Bahkan mereka mau memberikan gratis jika cocok dengan gajah kita, tinggal satu langkah riset lagi,” ujar Raja Juli Antoni saat meninjau PKG Sebanga.

Menindaklanjuti arahan tersebut, pada Senin (22/12/2025), Fauna Land Indonesia bersama tim medis dari Vantara India tiba di Riau.

Kedatangan mereka bertujuan melakukan analisis medis serta tindakan preventif untuk mencegah penyebaran virus EEHV pada populasi gajah di wilayah tersebut.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Prof. Satyawan Pudyatmoko, menjelaskan bahwa tim gabungan melakukan evaluasi langsung terhadap kondisi gajah yang berada dalam penangkaran, termasuk di Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina.

“Kami bersama tim dari Vantara India mengevaluasi kondisi gajah di captivity. Kita tahu beberapa waktu lalu ada anak gajah yang meninggal karena virus EEHV, dan itu yang ingin kita cegah,” kata Satyawan di Riau.

Baca Juga: Kemenhut Mulai Verifikasi Kayu Gelondongan Bencana Sumatera

Menurutnya, pencegahan kematian gajah akibat EEHV membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus, terutama dalam mendeteksi gejala sejak dini.

Kolaborasi internasional ini diharapkan dapat membantu menyelamatkan populasi Gajah Sumatera yang saat ini terancam tidak hanya oleh hilangnya habitat, tetapi juga oleh penyakit mematikan.

“Untuk mencegah itu, kita perlu pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Kita bekerja sama dengan mitra luar negeri untuk membuat baseline data gajah yang ada di sini, sekaligus melakukan capacity building bagi mahut atau pawang gajah,” jelasnya.

Meski program ini diawali di TWA Buluh Cina, upaya preventif serupa akan diperluas ke seluruh kantong gajah lainnya, seperti Taman Nasional Tesso Nilo, PKG Sebanga, Taman Nasional Way Kambas, dan lokasi konservasi gajah lainnya di Indonesia.

Sementara itu, CEO Fauna Land Indonesia, Danny Gunalen, menegaskan kesiapan pihaknya mendukung penuh pemerintah dalam survei dan penanganan kesehatan gajah.

Sebagai mitra resmi Vantara di Indonesia, Fauna Land berperan menjembatani kerja sama teknis dan medis.

Load More