Suara.com - Sampai akhir pekan lalu (9/6/2019), Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire berada di Jepang untuk membicarakan kesepakatan bersama Nissan tentang kelangsungan kemitraan yang akan dijalin bersama Fiat Chrysler Automobiles (FCA). Sebagaimana dikutip dari Fox News Business, dibutuhkan sekitar lima hari untuk pertemuan ini, yang diawali pada Kamis (7/6/2019).
Pertemuan ini, adalah kelanjutan dari putusan mengejutkan Fiat Chrysler yang menarik tawaran kemitraan dengan Renault akibat nama Nissan rencananya akan dibawa masuk dalam wadah merger itu. Sementara pihak Nissan sendiri, diberitakan telah menyatakan keberatan untuk ikut serta.
Padahal awalnya, rencana kemitraan ini dibuat dengan tujuan menciptakan produsen terbesar ketiga di dunia, dan dipandang sebagai hal positif sejak diumumkan sekitar awal Juni 2019. Kemudian pada pekan pertama (6/6/2019) Renault mengadakan pertemuan untuk membahas kelanjutannya.
Namun, John Elkann, Chairman Fiat Chrysler menarik kesepakatan setelah pemerintah Perancis, yang menjadi pemegang saham utama Renault, sebesar 15 persen, meminta waktu untuk memasukkan nama Nissan dalam aliansi.
Disebutkan bahwa Fiat Chrysler kemudian memberikan pernyataan bahwa penarikan kesepakatan tadi disebabkan kondisi politik di Perancis. Sementara Pemerintah Perancis menyatakan bahwa perilaku Fiat Chrysler ini adalah sebuah tekanan agar putusan berlangsung cepat: ya atau tidak untuk membangun kemitraan. Karena itu, perlu upaya negosiasi baru.
Berita ketidakberhasilan menjalin kemitraan itu membuat saham renault jatuh sekitar tujuh persen.
Menurut catatan pemerintah Perancis, telah dibicarakan empat syarat saat melakukan negosiasi dengan FCA atau Fiat Chrysler, yaitu setiap merger diselesaikan sebagai bagian dari aliansi yang ada antara Renault - Nissan, mempertahankan pekerjaan dan pabrik Prancis, menghormati keseimbangan tata kelola antara Renault - Fiat Chrysler, serta memastikan partisipasi dalam inisiatif baterai listrik dengan Jerman.
Padahal, bila sukses, aliansi ini akan siap menelurkan sekitar 8,7 juta kendaraan per tahun, lebih banyak dari General Motors dan bisa bersaing dengan Volkswagen serta Toyota.
Baca Juga: Kebijakan Tarif Baru Amerika Serikat Berdampak pada Industri Otomotif
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Kompetisi Teknisi Chery Tunjukkan Keseriusan Chery Dalam Membangun Layanan Purna Jual
-
Pertamina Enduro VR46 Padukan Livery Batik Sambut MotoGP Mandalika
-
Polytron Fox 200 vs Fox S: Mana yang Lebih Worth It?
-
Rahasia Terbongkar: Cara Ampuh Deteksi Mobil Bekas Banjir dan Tabrakan sebelum Beli!
-
Viral Rombongan Klub Motor Stop Bus di Turunan, Pahami Aturan Touring Ini atau Siap-Siap Dipidana
-
Pegadaian Syariah vs BSI OTO: Simulasi Kredit Kendaraan Syariah, Pilih Mana yang Lebih Murah?
-
Penjualan Mobil Baru 2025 Terus Alami Penurunan Dibandingkan Tahun Lalu
-
Rekomendasi Mobil Bekas Rp50 Jutaan di Surabaya, Nomor 2 Bikin Tergoda
-
5 Motor Listrik yang Bikin Kamu Jadi Pusat Perhatian: Pilihan Anak Muda, Siap Gaspol
-
Cari Mobil Bekas Murah? Ini Rekomendasi Rp50 Jutaan di Semarang