Budaya pemujaan lingga atau phallus di Bhutan dikaitkan dengan seorang guru Buddha bernama Drukpa Kuenley. Berjuluk "Devine Madman" yang datang dari Tibet pada abad ke-15. Dikenal karena cara-caranya yang tidak sopan, sama sekali tidak peduli akan hukum sosial dan keramahan, ajarannya penuh dengan nuansa seksual.
Mungkin dialah satu-satunya guru bagi penganut Buddha yang hampir secara eksklusif disimbolkan dengan lingga. Ia menggunakan phallus untuk menaklukkan roh jahat dan mengubah mereka menjadi dewa pelindung. Sehingga, muncul pemahaman bahwa Mr P adalah bersifat melindungi, membantu kesuburan, dan menantang ego manusia.
Dari pemahaman itu, Mr P atau lingga secara tradisional menyatu dalam kehidupan masyarakat Bhutan. Ada banyak cara menggunakan simbol lingga, seperti dilukis, dipahat, dan dijadikan patung, berdasarkan situasi dan nilai simbolis yang ingin dicapai.
Misalnya, lukisan lingga di pintu masuk rumah bertujuan untuk mnengenyahkan semua energi negatif yang masuk ke dalam rumah, serta membersihkan tamu yang datang dari manapun dan membawa energi jahat. Sekaligus emberkati keluarga dengan kesuburan dan kesehatan sehingga generasi mereka bisa langgeng.
Patung Mr P dalam bentuk diberdirikan dimaksudkan untuk mengusir mata yang jahat serta gosip. Bisa dipasang di depan rumah baru, atau properti yang menjadi penyebab kecemburuan sosial. Proses pendirian lingga dilakukan setelah ritual malam hari, tanpa sepengetahuan tetangga. Dipercayai bahwa ornamen ini mampu memblokir dan melindungi energi negatif yang bisa membahayakan keluarga si pemilik rumah atau properti.
Sementara di beberapa desa, perayaan pembuatan konstruksi rumah dilakukan dengan menggantung lingga di atapnya. Mereka akan mengadakan upacara dengan mengarak Mr P keliling desa sebelum ditempatkan di atas rumah yang baru, sehingga tetangga tahu ada sebuah bangunan baru berdiri.
Dengan melakukan ritual itu, diyakini bahwa lingga akan menjaga dan melindungi seluruh anggota keluarga. Masyarakat pedesaan juga mengatakan bahwa upacara semacam ini juga diperlukan untuk menyenangkan dewa setempat dan untuk mencari perlindungan bagi keluarga yang tinggal di rumah.
Lantas bagaimana dengan perlindungan bagi warga yang bepergian dengan mobil? Ikuti pemaparannya di laman berikut ini.
Baca Juga: Otomotif Serap Teknologi Robotik, Gantikan Sumber Daya Manusia?
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Mengupas MDIS: Kampus Singapura Tempat Gibran Raih Gelar Sarjana, Ijazahnya Ternyata dari Inggris!
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
Terkini
-
Layanan Asisten Darurat Saat Mobil Mogok Sekarang Tersedia 24 Jam
-
5 Rekomendasi Motor Trail Bekas Murah, Siap Temani Petualanganmu
-
Mana Lebih Irit? Xpander Cross atau Destinator, Ini Data Lengkapnya
-
Desain Logo Suzuki Akhirnya Berubah Setelah 22 Tahun
-
Honda Bikers Day 2025 Siap Guncang 4 Pulau, Cek Jadwal dan Lokasi Resminya
-
VF 3 Tegaskan Posisi VinFast Sebagai Salah Satu Pemain Penting Era Kendaraan Listrik
-
Toyota Dorong Industrialisasi di Indonesia, Tak Dijadikan Sekedar Pasar Mobil
-
Honda Bikers Day 2025 Jadi Wadah Persaudaraan Pecinta Sepeda Motor Honda
-
5 Fakta RON 95 Malaysia vs Pertalite Indonesia, Selisih Harganya Mengejutkan
-
3 Fakta Suzuki Madura: Cruiser Gahar ala Harley Davidson, Senama Pulau di Nusantara