Suara.com - Upaya menurunkan kadar emisi kendaraan bermotor diberlakukan di berbagai kota di dunia.
Contohnya adalah London, ibu kota England sekaligus Britania Raya. Selain menerapkan zona rendah emisi atau Low Emission Zone, di titik tertentu juga diperkuat dengan Ultra Low Emission Zone (ULEZ) sehingga kawasan bisa menjadi tempat lebih ramah bagi pejalan kaki. Apalagi para wisatawan yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menjelajahi bagian kota sembari berfoto-foto.
Di Jakarta, juga telah diterapkan LEZ yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas udara ibu kota Republik Indonesia.
Dikutip dari kantor berita Antara, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta memperluas kawasan rendah emisi atau LEZ, lewat penjelasan Asep Kuswanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yang menyatakan bahwa perluasan LEZ ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 576 Tahun 2023 tentang Strategi Pengendalian Pencemaran Udara.
"Kepgub ini mengatur kajian terkait kriteria kawasan rendah emisi, penyusunan peraturan terkait kriteria kawasan rendah emisi, dan penetapan lokasi Kawasan Bebas Kendaraan Bermotor (permanen)," papar Asep Kuswanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Saat ini, Jakarta memiliki dua LEZ, yaitu berlokasi di Kawasan Kota Tua Jakarta dan Tebet Eco Park sebagai percontohan.
"Ke depan, gagasan mengenai kawasan rendah emisi akan semakin diperdalam dengan mengedepankan prinsip inklusivitas dan manfaatnya bisa dirasakan secara maksimal oleh warga, " lanjut Asep Kuswanto.
Dalam mewujudkan misi perluasan kawasan rendah emisi itu, DLH DKI bersinergi bersama Dinas Perhubungan DKI Jakarta dengan memperhatikan kebutuhan mobilitas warga sehari-hari, memperhitungkan faktor kenyamanan, kesehatan, dan keamanan pengguna. Juga dibantu berbagai pihak. Salah satunya konsorsium Clean Air Catalyst (Catalyst), yang didukung USAID dan dilaksanakan WRI Indonesia, Vital Strategies, dan ITDP Indonesia.
"Kami berharap, dengan perluasan kawasan rendah emisi, Kota Jakarta naik kelas menuju kota global dengan kualitas udara yang semakin membaik," lanjut Asep Kuswanto.
Satya Utama, Manajer Program Clean Air Catalyst menyatakan antusias diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan DLH dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
"Clean Air Catalyst berperan untuk mengoptimalkan desain dan pelaksanaan kawasan rendah emisi yang lebih inklusif, mengikutsertakan aspirasi, dan kebutuhan masyarakat. Sehingga dapat mewujudkan visi kawasan rendah emisi yang tidak hanya mengurangi dampak polusi udara, juga menyejahterakan warga," kata Satya Utama.
Dipaparkannya seputar masukan dari beberapa anggota masyarakat di sekitar Kawasan Rendah Emisi (KRE) di daerah Kota Tua.
Baca Juga: Prodrive Hunter, Hypercar Unggulan Dakar Rally 2024
"Dari sana kami mempelajari bahwa pembangunan kawasan rendah emisi di satu sisi memiliki dampak yang dapat mempengaruhi tingkat kepadatan kendaraan di dekat permukiman warga, di mana jalan-jalan dijadikan sebagai jalan alternatif untuk menghindari KRE, yang alih-alih memberi manfaat, justru menimbulkan tantangan baru di sektor kesehatan dan keamanan, " tukasnya.
Tantangan baru tentang ruas alternatif atau kerap disebut jalan tikus inilah yang mesti menjadi pemahaman bersama bahwa hadirnya LEZ dan KRE adalah untuk mengurangi emisi gas buang, bukan memindahkannya sementara.
Berita Terkait
-
Libur Paskah, Warga Jakarta Serbu Tebet Eco Park
-
Berlokasi di Wilayah Perumahan, Rano Karno Batal Buka Tebet Eco Park 24 Jam
-
Menghabiskan Libur Lebaran dengan Berwisata ke Lighting Art Kota Tua Jakarta
-
Gratis! Tur Sejarah Kota Tua Jakarta Spesial Ramadan: Ada Rute Pecinan & Kampung Arab
-
Tebet Eco Park, Tempat Jogging dengan View Cantik di Tengah Kota Jakarta
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
-
Dokter Tifa Kena Malu, Kepala SMPN 1 Solo Ungkap Fakta Ijazah Gibran
-
Penyebab Rupiah Loyo Hingga ke Level Rp 16.700 per USD
-
Kapan Timnas Indonesia OTW ke Arab Saudi? Catat Jadwalnya
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
Terkini
-
Terpopuler: Mobil Anti Boros dari Toyota, Kawasaki Bikin Mesin Pesawat
-
Innova Reborn Masih Dipasarkan Meski Ada Innova Zenix, Konsumen Masih Buru Model Ladder Frame Toyota
-
Motor Listrik Yamaha Fokus untuk Transportasi Online Uji Sistem Baterai Tukar
-
Honda di IMOS 2025: Pamer ADV160 Baru hingga Bawa 'Mainan' Buat Anak Muda
-
Bikin Mobil Tak Semudah Bikin HP: Laka Maut Picu Recall 116 Ribu Unit Xiaomi SU7
-
Honda ADV160 Tampil Baru, AHM Optimis Pada Penjualan 2025
-
Lupakan Mobil Boros, Toyota Rilis Jagoan Irit Rp 190 Jutaan dengan Konsumsi Bensin 20,5 Km/Liter
-
Duel Yamaha XMAX Tech MAX vs Honda Forza 250, Perang Fitur Canggih dengan Selisih Harga 15 Jutaan
-
5 Penyebab Ban Mobil Tipis Sebelah, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
SUV Baru Toyota Bikin Honda HR-V Keringat Dingin: Harga Raize, Mesin Setara Innova