Suara.com - Peralihan kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik mesti mengutamakan angkutan umum untuk mengurai kemacetan, demikian dikatakan Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno.
Djoko mengatakan fokus ke angkutan umum penting karena transisi ke kendaraan listrik tidak hanya berorientasi pada pemangkasan emisi, tetapi juga soal mengurangi kemacetan.
"Ini momentum, untuk memperbaiki angkutan umum dengan listrik, sekalian mengatasi kemacetan dan polusi juga. Kalau tetap fokus layani kendaraan pribadi, tetap macet, untuk apa?" kata Djoko, Senin (10/6/2024).
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membeli sebanyak 552 bus listrik dalam program insentif kendaraan listrik' sebesar Rp 12,3 triliun pada dua tahun anggaran, yakni 2023-2024.
Menurutnya, bus-bus tersebut dapat dioperasikan di 1.824 perumahan kelas menengah dan bawah di kawasan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi untuk mengisi kekosongan layanan angkutan umum di kawasan itu hingga kemudian bisa mengatasi kemacetan, termasuk di Jakarta.
"Kalau Jakarta sudah sebagian besar terpenuhi angkutan umumnya, 88,2 persen. Jakarta sudah terjangkau angkutan umum. Makanya 552 bus listrik itu bisa dimanfaatkan untuk 1.824 perumahan kelas menengah yang masih kosong layanan angkutan umumnya di wilayah Bodetabek," ucap Djoko.
Menurutnya, peralihan dari kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik yang tidak berfokus pada angkutan umum, tidak efektif untuk mengatasi masalah kemacetan di Jakarta.
"Peralihan ke kendaraan listrik itu untuk tekan emisi gas buang. Nah, sekarang transportasi publik diganti ke listrik saja, tak hanya Jakarta, termasuk daerah lainnya. Jadi, selain emisi ditekan, kemacetan juga berkurang," ucap Djoko.
Baca Juga: PLN Jakarta Akan Bangun SPKLU di 100 Titik hingga Akhir 2024
Berita Terkait
-
Drama Rebutan Kursi Transjakarta: Hak Penumpang Sakit Dibenturkan Etika Pada Lansia, Siapa Salah?
-
Hyundai Siapkan Dua Mobil Baru Pengganti IONIQ 9 di Awal Tahun
-
PLN Fokus Perkuat Layanan SPKLU di Yogyakarta, Dukung Kenyamanan Pengguna Saat Libur Nataru
-
Cirebon Dipilih Jadi Titik Strategis Siaga SPKLU PLN Saat Nataru
-
Menko Airlangga Tegaskan Syarat Pabrikan Mobil Listrik Dapat Insentif Pemerintah
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
Terkini
-
Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
-
Budget 7 Juta Dapat Honda Vario Bekas Tahun Berapa? Cek Rekomendasinya
-
Mobil Bekas Xpander 2017 Masih Layak Dibeli? Cek Harga dan Spesifikasinya
-
Daya Pikatnya Susah Ditolak, Berapa Pajak Tahunan dan Harga Innova Reborn Diesel?
-
5 SUV Matic 100 Jutaan Gak Ngos-ngosan di Tanjakan, Sekeluarga Nyaman Liburan ke Gunung
-
5 Rekomendasi Motor Bekas Harga Rp7 Jutaan: Bisa Buat Sekolah, Kuliah hingga Sunmori di 2026
-
Pesona Toyota Alphard Harga LCGC Bekas: Cek Taksiran Pajak dan Penyakit yang Sering Muncul
-
Beda Pajak LMPV Avanza vs Xpander: Ada yang Tembus Rp5,2 Juta, Mending Mana?
-
Bak Bumi dan Langit, Adu Pajak Tahunan BYD Atto 1 vs Honda Brio Satya
-
5 Motor Bekas Favorit Ibu-Ibu: Ringan, Lincah, dan Irit BBM