Otomotif / Mobil
Kamis, 02 Oktober 2025 | 17:45 WIB
Ilustrasi Bahan bakar Bio Etanol (Suara x Gemini)
Baca 10 detik
  • Pertalite Naik Kelas: Bioetanol bisa menyulap bensin Pertalite (RON 90) jadi selevel Pertamax (RON 92).
  • Solusi Anti Impor: Program ini jadi andalan Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor bensin yang boros devisa.
  • Lebih Hijau & Bertenaga: Selain ramah lingkungan, campuran etanol meningkatkan oktan, bikin pembakaran lebih sempurna.

Suara.com - Pernah kebayang bensin di motor atau mobilmu dicampur dengan sari tebu? Kedengarannya aneh, tapi ini bukan lagi wacana, melainkan masa depan bahan bakar Indonesia. Teknologi ini bernama bioetanol, sebuah "bensin" yang lahir dari tanaman.

Artikel ini akan mengupas tuntas apa itu bioetanol, kenapa bahan bakar ini jadi primadona di negara sekelas Brazil dan Amerika, dan bagaimana Indonesia bersiap mengadopsinya untuk mengubah peta energi nasional.

Kenalan Dulu, Apa Sih Bioetanol Itu?

Dilansir dari Onesolution Pertamina, bioetanol adalah alkohol (etil alkohol) yang dihasilkan dari fermentasi bahan nabati kaya gula seperti tebu, jagung, atau singkong.

Prosesnya mirip pembuatan tape, tapi hasilnya bukan untuk dimakan, melainkan untuk memberi "minum" mesin kendaraan kita.

Energi yang terkandung di dalamnya sejatinya berasal dari sinar matahari yang diserap tanaman lewat fotosintesis.

Jadi, bisa dibilang, kita akan menjalankan kendaraan dengan tenaga matahari yang terperangkap dalam molekul tanaman. Keren, kan?

Kenapa Jadi Heboh? Ini Keajaiban Bioetanol!

Pemerintah dan para ahli bukan tanpa alasan getol mendorong penggunaan bioetanol. Manfaatnya seabrek, baik untuk mesin, lingkungan, maupun ekonomi negara.

Baca Juga: Menkeu Purbaya Ungkap Harga Asli Pertalite dan Gas LPG 3 Kg Tanpa Subsidi, Anda Cuma Bayar Segini!

  • Bikin Udara Lebih Bersih: Bioetanol menghasilkan emisi karbon jauh lebih rendah dibanding bensin fosil. Ini adalah langkah konkret mengurangi polusi dan gas rumah kaca.
  • Bye-Bye Bensin Impor: Ketergantungan pada impor minyak bikin neraca dagang negara tekor. Bioetanol dari sumber daya lokal adalah kuncinya untuk mandiri energi.
  • Nggak Perlu Modif Mesin: Untuk campuran tahap awal seperti E5 (5% etanol), kamu tidak perlu melakukan modifikasi apa pun pada kendaraan yang ada. Langsung tancap gas!
  • Buka Lapangan Kerja Massal: Dari kebun tebu hingga pabrik pengolahan, industri bioetanol berpotensi menyerap puluhan ribu tenaga kerja baru.
  • Bonus: Performa Mesin Meningkat! Etanol punya nilai oktan (RON) 128! Mencampurnya dengan bensin akan mendongkrak kadar oktan secara signifikan, membuat pembakaran lebih efisien dan mesin lebih bertenaga.

Belajar dari Jagoannya: Brazil & Amerika Serikat

Indonesia tidak sendirian. Brazil dan AS adalah dua raksasa yang sudah puluhan tahun sukses menerapkan program bioetanol.

Kedua negara ini menguasai 88% produksi bioetanol dunia!

Di Brazil, campuran bensin sudah mencapai E25 (25% etanol), bahkan banyak kendaraan flexible-fuel yang bisa menenggak etanol murni (E100). Sementara di beberapa negara bagian AS, campuran bensin etanol 10% sudah menjadi kewajiban.

Roadmap Bioetanol Indonesia: Siap-Siap Isi Bensin Campur Tebu!

Indonesia tak mau ketinggalan. Melalui Kementerian ESDM dan riset dari ITB, roadmap strategis sudah disusun.

Tahap awal dimulai dengan pengenalan bioetanol E5 (5% etanol, 95% bensin) di Jakarta dan Surabaya.

Campuran E5 inilah yang akan ditambahkan ke Pertalite untuk menghasilkan bahan bakar baru setara Pertamax, yang kita kenal sebagai Pertamax Green 92.

Pakar bioenergi ITB, Tatang Hernas Soerawidjaja menyampaikan bahwa "mencampurkan bioetanol bisa menjadi solusi untuk dapat membantu mengurangi tekanan impor BBM yang telah membebani neraca perdagangan Indonesia."

Targetnya ambisius: pada tahun 2025, campuran meningkat menjadi E20 dan pada tahun 2031, penerapan E15 sudah merata di seluruh Indonesia.

Ilustrasi Bio Etanol (Unsplash)

Tantangan yang Menghadang

Meski potensinya luar biasa, jalannya tidak semulus itu.

Tantangan terbesarnya adalah kapasitas produksi. Kebutuhan untuk tahap awal di Jakarta dan Jatim saja mencapai 696.000 kiloliter per tahun, sementara produksi nasional baru di angka 40.000 kiloliter. Ini adalah PR besar yang harus segera dikejar.

Bioetanol bukan sekadar bahan bakar alternatif. Ia adalah solusi komprehensif untuk masalah lingkungan, ketergantungan energi, dan ekonomi.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan kesadaran masyarakat, transisi menuju bensin nabati ini bukan lagi mimpi. Jadi, bersiaplah untuk era baru di mana kendaraanmu ditenagai oleh kekayaan alam Indonesia.

Load More