Suara.com - Ketua Umum Komite Olimpide Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari berharap masyarakat Tanah Air tidak mencela Filipina selaku penyelenggara SEA Games 2019.
Sebagaimana diketahui, Filipina menjadi sorotan lantaran dinilai gagal memberikan pelayanan memuaskan bagi negara-negara peserta SEA Games 2019.
Beberapa kontingen negara-negara peserta yang sudah lebih dulu hadir di Filipina, mengeluhkan fasilitas dan pelayanan yang kurang optimal dari penyelenggara.
Timnas polo air Indonesia turut menjadi korban ketidaksiapan Filipina. Koper milik atlet dan ofisial sempat terpisah dan baru diantarkan ke hotel dalam jangka waktu berjam-jam.
Tak ayal buruknya pelayanan Filipina sebagai tuan rumah memancing amarah dari netizen. Melalui berbagai platform media sosial khususnya Twitter, muncul tagar #SEAGames2019Fail.
Merespons hal itu, Raja Sapta Oktohari mengimbau masyarakat Indonesia untuk lebih bijak bersikap. Hal itu lantaran SEA Games adalah sarana persahabatan antar negara-negara ASEAN.
"Jangan begitu. Kita juga pernah jadi tuan rumah ajang multievent. Dan perlu diingat kita akan menjadi tuan rumah banyak ajang olahraga lainnya pada masa mendatang," ujar Okto di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (26/11/2019).
"Kalau kita ikut-ikutan menghujat, bisa saja nanti orang luar negeri juga bersikap demikian ke kita. Jadi, saya mengimbau kepada semua masyarakat Indonesia untuk tidak ikut-ikutan meramaikan tagar yang mendiskreditkan Filipina," sambungnya.
Lebih jauh, Okto memaparkan bahwa posisi Komite Olimpiade Indonesia saat ini adalah mendukung Filipina selaku tuan rumah untuk bisa menyelenggarakan SEA Games 2019 sebaik mungkin.
Baca Juga: 41 Kali Menang KO dari 43 Laga, Ini Petinju yang Tak Bisa Di-KO Wilder
Hal itu diharapkan bisa mendatangkan dukungan pula dari negara-negara ASEAN saat Indonesia menggelar ajang multievent, baik SEA Games maupun lainnya pada masa mendatang.
"Insya Allah nanti kalau kita jadi tuan rumah pun mereka support kita," pungkas Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari yang juga promotor petinju Indonesia Daud Yordan.
Berita Terkait
-
Ini Daftar Para Penggawa Tim Balap Sepeda Indonesia di SEA Games 2019
-
PB ISSI Lepas Timnas Balap Sepeda Indonesia ke SEA Games 2019
-
Timnas Balap Sepeda Targetkan Tiga Emas di SEA Games 2019
-
Rekam Jejak Prestasi Indonesia di SEA Games: 10 Kali Juara Umum
-
Ridjkie Mulia Dipilih Jadi Pembawa Bendera Indonesia di Pembukaan SEA Games
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Semarang Jadi Tuan Rumah 76 Indonesian Downhill Urban 2025 Seri 2, Adu Nyali Rider di Trek Ekstrem
-
Lantian Juan Juara Umum Trial Game Dirt 2025 Seri Solo
-
Bukan Sekadar Balap: Trial Game Dirt Solo, Panggung Pembuktian Gengsi di Trek Perawan
-
Kronologi Atlet Gimnastik Indonesia Naufal Takdir Meninggal Dunia Usai Kecelakaan Latihan di Rusia
-
Sebelum Meninggal di Rusia, Atlet Gimnastik Naufal Takdir Al Bari Dirawat 12 Hari di Rumah Sakit
-
Innalillahi Atlet Gymnastik Muda Naufal Takdir Al Bari Meninggal Dunia di Rusia
-
Indonesia's Horse Racing Cup II 2025 dan Sarga Festival Hadir di Payakumbuh Sumbar
-
Limbang Tacik Taa 2025: Laut Labuan Bajo Jadi Magnet Atlet Dunia
-
Cabut Permenpora No.14/2024, Ketum KONI Pusat Apresiasi Menpora RI Erick Thohir
-
Mewakili Indonesia, Tim Esports Free Fire Bidik Prestasi di FFWS SEA 2025 Fall Thailand