Suara.com - David Webster, sejarahwan dari Universitas Quebec, Kanada menjelaskan bahwa Soekarno mengungkap kemunafikan IOC yang mengklaim Olimpiade sebagai sebuah acara apolitis. Presiden pertama RI itu lalu menggelar GANEFO, yang secara jujur mengakui dimensi politis dalam olahraga. Berikut ulasan Webster:
Dalam Piagam Olimpiade, salah satu prinsip dasar kompetisi olahraga tersebut adalah “organisasi olahraga dalam Gerakan Olimpiade akan menerapkan netralitas politik.” Nyatanya, Olimpiade dan politik tak terpisahkan. Sebuah gerakan perlawanan di Asia, yang dimotori oleh Presiden Indonesia Sukarno hampir 60 tahun lalu berdampak pada politisasi olimpiade.
Pada 1960-an, sebanyak 36 negara bergabung dalam Olimpiade tandingan: GANEFO, the Games of the New Emerging Forces. GANEFO dibentuk sebagai perlawanan terhadap Komite Internasional Olimpiade (IOC), “sebuah alat imperialisme,” menurut Presiden Sukarno. Sesudah GANEFO, IOC terpaksa menerima bahwa olahraga kerap bersifat politis.
GANEFO menyuguhkan tantangan yang belum pernah dihadapi IOC. “Olahraga memiliki kaitan dengan politik,” Sukarno berseru. Presiden IOC Avery Brundage menyesalkan “tantangan terhadap seluruh organisasi olahraga amatir internasional, yang tidak bisa diabaikan begitu saja.” Ada “yang namanya aturan dan peraturan,” dia membalas.
GANEFO-lah, dan bukan Olimpiade Tokyo 1964, kejuaraan olahraga internasional besar pertama yang diselenggarakan di Asia. Sementara Jepang menggelar pesta besar untuk menandai kembalinya negara tersebut sebagai negara yang patuh hukum di panggung internasional menyusul Perang Dunia Kedua, Indonesia dan sekutu-sekutunya di GANEFO (anggota awalnya adalah Kamboja, Cina, Guinea, Indonesia, Irak, Mali, Pakistan, Vietnam, dan Uni Soviet) menolak aturan main yang berlaku.
GANEFO menghadirkan cara baru untuk mengorganisasi dan memahami olahraga internasional. Sejarahnya berasal dari Asian Games, kompetisi regional yang diselenggarakan empat tahun sekali di sela-sela dua kejuaraan Olimpiade Musim Panas.
Sebelas tim nasional mengikuti Asian Games pertama pada 1951, dengan Jepang mengumpulkan medali terbanyak. Sang tuan rumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, mengidentifikasi tujuan yang sangat politis: olahraga “menyatukan pemuda dari banyak negara sehingga membantu hingga titik tertentu dalam mempromosikan persahatan dan kerja sama internasional.” Asian Games berikutnya di Manila dan Tokyo menggunakan bahasa yang digunakan kejuaraan Olimpiade mengenai persaingan yang bersahabat serta promosi peran global negara tuan rumah.
Pada Asian Games Ketiga yang dibuka di Indonesia pada 1962 hal ini berubah. Menjawab keinginan negara-negara Arab dan Cina, pemerintahan Sukarno menolak keikutsertaan Israel dan Taiwan.
Hasilnya, IOC menolak mengakui kejuaraan tersebut. Meski demikian, dengan atlet dan delegasi nasional telah sampai di Jakarta, kejuaraan tersebut terus berlangsung. Fans dalam negeri gembira dengan prestasi Indonesia meraih peringkat dua sesudah Jepang dalam pengumpulan medali. IOC mendepak Indonesia.
Baca Juga: Panjat Tebing Bisa Jadi Tambang Medali Indonesia di Olimpiade
Brundage sangat marah. “Apakah pemerintahan akan melebarkan Perang Dingin ke lapangan pertandingan?” dia bertanya. Sukarno membalas bahwa IOC sendiri politis, sebuah organisasi Perang Dingin yang melarang keikutsertaan Cina dan Vietnam Utara karena keduanya di bawah pemerintahan Komunis. Dia menyebut IOC “alat imperialisme” yang mengkhianati idealisme pendirian Olimpiade, berlindung di balik klaim palsu memisahkan olahraga dan politik, padahal memaksakan sebuah uji kemurnian anti-Komunis. Jadi dia membuat kegiatan olahraga baru, GANEFO, untuk 1963.
Dia berargumen, GANEFO hanyalah sebuah penerimaan bahwa olahraga memiliki dimensi politik, sebuah cara untuk meratakan arena bertanding bagi para atlet dan aspirasi negara Dunia Ketiga, dan sebuah kesempatan bagi Indonesia untuk menggunakan olahraga untuk membangun infrastruktur dan kebanggaan nasional.
Banyak ragam pendapat tentang kesuksesan GANEFO. Kebanyakan atlet datang secara tidak resmi dan dalam kegiatannya penari serta musikus sama sentralnya seperti para atlet. Cina memimpin dalam pengumpulan medali diikuti Uni Soviet dan Indonesia. Namun, GANEFO sukses dalam mencapai tujuan membangun bangsa melalui olahraga.
Indonesia tidak meneruskan perlawanannya, tapi tidak mengalami kerugian besar juga. Indonesia diterima kembali oleh IOC tepat sebelum Olimpiade Tokyo 1964 - tapi memilih untuk memboikot kejuaraan tersebut setelah IOC menolak mengizinkan para atlet yang bertanding dalam GANEFO ikut serta dalam Olympiade ‘64.
Sementara itu, aturan kompetisi olahraga internasional mulai berubah. Sulit untuk terus berpura-pura bahwa olahraga internasional apolitis sesudah kejadian ini.
IOC melarang Afrika Selatan dalam Olimpiade Tokyo pada 1964 dan boikot kejuaraan-kejuaraan olahraga di Afrika Selatan berperan dalam membangun tekanan global untuk menghentikan apartheid.
Berita Terkait
-
Raih Emas SEA Games 2025, Fany Febriana Alihkan Fokus ke Olimpiade
-
Atlet Peraih Medali Emas SEA Games 2025 Dapat Bonus Rp 1 Miliar
-
Ofisial Malaysia Ikut Selebrasi dengan Atlet Indonesia yang Raih Emas di SEA Games 2025
-
Hadiri Final Soekarno Cup 2025 di Bali, Megawati Sampaikan Pesan Anak Muda Harus Dibina
-
Suporter dan Panitia Soekarno Cup 2025 Bersatu, Donasi Ratusan Juta untuk Korban Bencana Sumatera
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Dominasi Total! Timnas Triathlon Indonesia Borong 3 Emas di Hari Pembuka SEA Games 2025
-
Taklukkan Ombak Chonburi, La Memo Raih Emas Kelima Sepanjang Karier di SEA Games
-
Ricuh SEA Games 2025: Atlet Pencak Silat Malaysia Kejar dan Serang Wasit
-
Breakingnews! Petenis Janice Tjen Mundur dari Semifinal SEA Games 2025
-
Raih Emas SEA Games 2025, Fany Febriana Alihkan Fokus ke Olimpiade
-
Cabor Menembak Tambah Pundi Medali Emas SEA Games 2025, Fany Febriana Koleksi Skor Tertinggi
-
Hasil Voli Putra SEA Games 2025, Indonesia ke Semifinal
-
Sempat Viral, Ini Alasan Pelatih Skateboard Malaysia Ikut Rayakan Medali Emas Basral Graito
-
Rahmat Erwin Abdullah Raih Medali Emas Angkat Besi SEA Games 2025
-
Wushu Indonesia Juara Umum SEA Games 2025, Sabet 9 Medali