Suara.com - Sebuah laporan yang dirilis Science mengungkapkan kalau mesin sensor yang diberlakukan oleh pemerintah Cina tidak seketat yang dipikirkan banyak orang.
Negara komunis itu memang cukup kejam memberangus kebebasan berpendapat 1,3 miliar warganya sejak peristiwa protes dan pembantaian Tianamen awal 1980an, bahkan hingga internet menjamur dewasa ini.
Namun dari sebuah studi terungkap kalau serangan massif dunia ineternet ternyata membuat mesin sensor ineternet beroperasi dengan cara yang lebih halus.
Ketimbang melarang semua kritik ke hidung pemerintah, mesin sensor faktanya masih meloloskan banyak posting negatif.
Posting yang lolos biasanya kritik terhadap para pemimpin politisi di media sosial, hal itu ternyata dilakukan untuk menekan kemungkinan aksi protes dan pemberontakan mirip di Tianamen,
Tapi jangan sekali-kali mencoba memposting dukungan atas pemberontakan atau protes berkaitan dengan kebijakan yang dijamin langsung diendus mesin sensor.
Pemerintah bahkan merespon kritik itu dengan menyingkirkan para politisi itu dari kantor misalnya.
Para peneliti bahkan mampu mendapatkan akses terhadap cara kerja mesin sensor Cina dengan mendirikan jaringan media sosial mereka sendiri.
Mereka kemudian diberi akses langsung ke sensor 'perangkat lunak, dokumentasi dan layanan pelanggan helpdesk, yang memungkinkan mereka untuk menggunakannya.
Pada tahun 2008, USA Today melaporkan bahwa setiap orang Cina mencari kata-kata seperti "penganiayaan", "kemerdekaan Tibet" atau "gerakan demokrasi" hanya akan menemukan halaman kosong.
Sementara banyak "hackivists" Cina senga bekerja untuk melawan "Great Firewall of China", mereka mengakui bahwa mereka harus bergerak cepat karena sensor sangat cerdas.
Sensor juga menggunakan taktik lain, mereka membuat kemacetan dengan menggunakan sejumlah server, menerbitkan propaganda, mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat dan memaksa webmaster untuk diri sensor atau ditutup.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
Pilihan
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
Terkini
-
46 Kode Redeem FF Terbaru 25 September 2025, Bonus Bundle Horor Gentayangan
-
Jadwal Lengkap FIFAe World Cup 2025 dan Link Streaming Rizky Faidan dkk Hari Ini
-
16 Kode Redeem FC Mobile 25 September 2025, Segera Tukar untuk Dapat Gems dan Icon TOTS
-
Xiaomi 15T dan 15T Pro Dipastikan Masuk Indonesia 30 September 2025
-
Infinix GT 30 Resmi ke Indonesia, HP Gaming Murah Harga Rp 3 Jutaan
-
Xiaomi 15T Resmi Meluncur: Usung Dimensity 8400 Ultra dan Layar AMOLED 1.5K
-
57 Kode Redeem FF Terbaru 24 September: Raih Bundle Trouble dan Skin SG2
-
17 Kode Redeem FC Mobile Terupdate 24 September: Dijamin Icon 108+ dan Player 111
-
Samsung Galaxy Tab S10 Lite Masuk Indonesia, Tablet Murah Cocok untuk Pelajar
-
Inspirasi 5 Prompt AI Foto Prewedding: Mirip Editan Fotografer Profesional