Suara.com - Rwanda lebih unggul daripada negara-negara maju soal pemanfaatan drone dalam pengiriman barang. Pemerintah negara yang terletak di Afrika Tengah itu sudah menggunakan drone untuk memenuhi keperluan logistik obat-obatan dan kantung darah di rumah sakit (RS).
Per Jumat (14/10/2016) waktu Rwanda, drone resmi hilir-mudik ke lima RS terlebih dahulu. Ke depannya, mereka berencana memperluas area pengiriman ke separuh RS di negara tersebut yang total berjumlah 45 RS.
Menurut Menteri Informatika dan Telekomunikasi Rwanda Jean Philbert Nsengimana, dengan drone, waktu pengiriman obat-obatan maupun kantung darah bisa dipangkas dari rata-rata empat jam menjadi 15 menit.
"Dalam kasus-kasus tertentu, ini (lalu lintas darat) sangat buruk," kata dia seperti dikutip dari CNN Money. Jika musim hujan, jalan di Rwanda malah seakan tak bisa dilewati sehingga menghambat pengiriman kantung darah ke National Center for Blood Transfusion.
Nsengimana menjelaskan begitu pengiriman barang dengan drone ini berskala nasional, ongkos yang dikeluarkan pemerintah Rwanda bakal sebanding dengan saat mereka memakai kendaraan biasa.
Penggunaan drone untuk logistik RS di Rwanda terjadi berkat kerja sama antara pemerintah mereka dengan sebuah perusahaan rintisan (startup) asal Silicon Valley, Amerika Serikat yang bernama Zipline.
Drone yang digunakan bertipe fixed-wing. Bentuknya menyerupai miniatur pesawat dengan dua sayap yang masing-masingnya terbentang sepanjang 6 kaki (1,8 m).
Fixed-wing drone dapat beroperasi dengan otonom, juga lebih efisien dibanding drone pada umumnya yang bermodel quadcopter. Karena itu, fixed-wing drone dapat menjelajah hingga 93 mil atau hampir 150 km.
Drone itu akan terbang cukup tinggi di Rwanda hingga hampir tak terlihat oleh mata telanjang, serta memiliki parasut. "Dalam skenario terburuk, drone tak akan melukai siapa pun," ujar Nsengimana.
Negara-negara Barat kini tertinggal dari Rwanda dalam hal penggunaan drone karena sangat berhati-hati dalam membuat regulasinya. Sebagai contoh, drone fixed-wing saja belum diperbolehkan dalam undang-undang komersialisasi drone di AS yang baru diberlakukan Agustus kemarin.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
Terkini
-
25 Kode Redeem FF 28 Oktober 2025: Kolaborasi Free Fire x Soul Land Hadirkan Skin MAG7 Gratis!
-
Bodi Super Tipis 5,99 mm, Moto X70 Air Siap Hadir ke Pasar Global
-
25 Kode Redeem FC Mobile 28 Oktober 2025: Klaim Pemain ICON, Gems, dan Pack Footyverse!
-
Halo Resmi Hadir di PlayStation 5, Siap Rilis Tahun 2026
-
Ini Dia Internet Murah Pengganti Starlink yang Disiapkan Prabowo Buat Sekolah Terpencil
-
Ini Dia Internet Murah Pengganti Starlink yang Disiapkan Prabowo Buat Sekolah Terpencil
-
Masa Depan Forza Motorsport di Persimpangan Jalan, Phil Spencer Buka Suara
-
Tanggal Peluncuran iQOO 15 di India Terungkap, Lanjut Masuk ke Indonesia?
-
Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
-
23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 Oktober: Raih Pemain 111-113 dan 7.500 Gems