Suara.com - Peneliti kembali menemukan efek dari kebiasaan minum alkohol dan masuk. Menurut sebuah studi, orang akan menjadi lebih rasis dan homofobia saat mabuk.
Studi tersebut menunjukkan bahwa alkohol dapat bertindak sebagai 'penyangkal' bagi beberapa orang, yang cenderung mengekspresikan prasangka mereka dalam bentuk kejahatan dan kebencian, kata Universitas Cardiff.
Kesimpulan ini didapat setelah peneliti menganalisis pengalaman 124 korban kekerasan di ruang kecelakaan dan gawat darurat di tiga kota di Inggris.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Criminal Behavior and Mental Health dilakukan di Cardiff, Blackburn dan Leicester. Ditemukan bahwa sekitar seperlima dari mereka yang diwawancarai mengatakan telah diserang oleh orang-orang yang memiliki prasangka berlebih.
Mabuk menyumbang 90 persen serangan, sementara tujuh orang mengatakan bahwa penampilan menjadi motif utama yang menciptakan ketegangan rasial di dalam komunitas mereka.
Delapan korban mengatakan mereka mengira diserang karena ras, agama atau orientasi seksualnya.
Profesor John Shepherd, direktur Lembaga Penelitian Kejahatan dan Keamanan Universitas Cardiff mengatakan bahwa hasilnya menemukan sebagian besar serangan tidak didorong oleh kebencian saja, tetapi alkohol juga ternyata memicu hal negatif.
"Temuan kami menunjukkan bahwa mengatasi penyalahgunaan alkohol tidak hanya penting dalam hal kesehatan individu, tetapi juga terhadap kesehatan masyarakat kita. Selain itu, kami telah mengetahui bahwa survei kekerasan di ruang gawat darurat dapat bertindak sebagai sensor ketegangan masyarakat dan sistem peringatan dini," ujar dia.
Kepada indy100.com advokat hak LGBT Edwin Sesange mengaku khawatir penelitian ini dapat digunakan sebagai kambing hitam untuk rasisme dan homofobia. Dia mengatakan pelaku serangan tersebut seharusnya tidak menyalahkan kejahatan mereka terhadap alkohol.
"Saya meminta polisi dan sistem peradilan untuk memaksa orang-orang yang melakukan kejahatan semacam itu. Temuan ini mengkhawatirkan terutama jika Anda berkulit hitam dan LGBT yang tinggal di Inggris," ujar Edwin.
Banyak korban percaya bahwa membatasi konsumsi alkohol akan menjadi strategi yang baik untuk mengurangi risiko serangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
Terkini
-
10 Kode Redeem Mobile Legends 1 Oktober: Skin Epic Valentina, Diamond Gratis, dan Token Mystic Clash
-
Redmi TV X 2026 Rilis dengan Harga Miring, Usung Layar Mini LED 85 Inci
-
25 Kode Redeem FF 1 Oktober 2025: Diamond, Bundle Firefall, dan Skin Langka Bisa Kamu Klaim Gratis!
-
BMKG Ungkap Penyebab Gempa Sumenep M 6.5: Sesar Aktif Bawah Laut, Mekanisme Thrust Fault
-
5 Prompt Gemini AI Foto Pakai Hanbok ala Korea untuk Sendiri dan Pasangan, Hasil Tampak Asli
-
25 Kode Redeem FC Mobile 1 Oktober 2025: Tukarkan Hadiah Golden Goal, Elite Pack, dan Gem Sekarang
-
4 Aplikasi Edit Foto Ini Sedang Tren Sekarang, Hasil Aestetik dan Lebih Smooth dari AI!
-
Meta Rilis Fitur Akun Khusus Remaja ke Indonesia, Biar Anak Makin Aman Main Facebook
-
Facebook-Instagram Buka Suara soal Wacana Satu Orang Satu Akun Medsos di Indonesia
-
Xiaomi Rilis TWS dan Jam Edisi Emas ke Indonesia, Ini Harganya