Suara.com - Sebuah video lama yang berisi ceramah Ustaz Abdul Somad membuat geger warganet belum lama ini. Dalam videonya, dia secara implisit mengatakan orang yang membeli kopi dari Starbucks akan masuk neraka. Video ini sebenarnya sudah muncul sejak 2017, tapi kembali ramai karena banyak sekali orang yang mendiskusikannya di media sosial.
Sebuah video lama yang berisi ceramah Ustaz Abdul Somad membuat geger warganet belum lama ini. Dalam videonya, dia secara implisit mengatakan orang yang membeli kopi dari Starbucks akan masuk neraka. Video ini sebenarnya sudah muncul sejak 2017, tapi kembali ramai karena banyak sekali orang yang mendiskusikannya di media sosial.
Abdul Somad Batubara atau yang lebih dikenal sebagai Ustaz Abdul Somad adalah salah satu pendakwah paling populer di Indonesia saat ini. Kepopuleran dai kelahiran Sumatra Utara 40 tahun silam ini dianggap sudah melebihi dai-dai senior seperti Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dan Zainuddin MZ kala masih berdakwah.
Ceramahnya dinanti-nanti umat Islam Indonesia dari berbagai kalangan baik di dalam maupun di luar negeri. Namanya sempat mencuat di media massa beberapa waktu lalu karena ditolak di Hong Kong ketika akan berceramah di depan warga Indonesia di sana.
Ukuran kepopuleran seorang ustaz bisa dilihat dari besarnya tarif yang dia pasang untuk sekali ceramah. Sampai sekarang, belum ada angka resmi berapa tarif Somad ketika masyarakat hendak mengundangnya ceramah. Menurut Somad, dia tidak mematok tarif. Namun, dalam banyak kasus, ustad-ustad kondang sering kali mematok harga mahal.
Somad sangat populer di media sosial. Jumlah pengikutnya di Facebook mencapai lebih dari 1 juta orang, sementara di Instagram mencapai lebih dari 2 juta orang.
Lewat tampilannya di media sosial, Somad mendapat julukan “Dai Sejuta View”. Akun YouTubenya, Tafaqquh Video, dilihat lebih dari 50 juta kali.
Tidak dapat dibantah bahwa peran media sosial sangat kuat dalam mendongkrak popularitasnya. Namun, saya melihat ada faktor-faktor lain yang membuat nama Somad melejit seperti sekarang ini. Lewat tulisan ini, saya akan mencoba membedah lebih dalam lagi faktor-faktor yang membuat namanya menjadi begitu populer.
Cerdik menggunakan media sosial
Mengikuti jejak pendahulunya, Somad adalah pendakwah yang berhasil memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mendongkrak popularitasnya.
Popularitas pendakwah seperti dia sebenarnya bukanlah hal baru. Pada era 1990-an, ada Zainuddin MZ yang dikenal sebagai “ustaz sejuta umat.” Ceramah-ceramahnya selalu dipadati oleh umat Islam dan rekaman-rekaman ceramahnya dalam bentuk kaset diperdengarkan di radio-radio dan masjid-masjid hampir setiap hari. Pada waktu itu, belum ada ustad yang sepopuler Zainuddin MZ.
Ketika industri televisi mulai berkembang, muncul ustad-ustad populer lainnya seperti Aa Gym, Yusuf Mansur, almarhum Jefri AL Buchori, Arifin Ilham, dan tidak ketinggalan Mamah Dedeh.
Memasuki era digital, Somad mewakili kelompok penceramah yang menggunakan media sosial dalam menyampaikan ceramahnya. Ia tampaknya memahami dengan baik kecenderungan orang dalam mengonsumsi media saat ini yang lebih banyak menggunakan internet.
Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2017 memperlihatkan bahwa 43,89% rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu untuk mengakses internet minimal 1 jam per hari, sisanya mengakses internet di atas 4 jam per hari. Sementara itu, persentasi pengguna internet di atas 7 jam per hari mencapai 26,48%. Dari keseluruhan pengakses internet, media sosial menjadi yang paling banyak digunakan, yakni 87,13%, dan 69,64% pengakses menggunakannya untuk menonton video.
Dengan data ini, tidak mengherankan jika Somad kemudian menggunakan media sosial seperti YouTube untuk membangun popularitasnya sebelum kemudian menjadi terkenal di media massa konvensional dan kehidupan sosial.
Dengan menggunakan media baru, dia yang semula menunjukkan diri sebagai “ustaz pinggiran” mampu menembus batas-batas dan hadir di setiap layar gawai para penggemarnya di mana saja. Fenomena ini hanya mungkin berlangsung dalam media baru karena keberadaannya yang tak lagi mensyaratkan ‘gatekeeper,’ yang menyaring siapa yang layak dan tak layak dipopulerkan. Seandainya tidak ada YouTube, Somad mungkin hanyalah penceramah lokal yang jangkauan siarnya terbatas.
Konteks Sosial
Banyak analis berpendapat bahwa popularitas para pendakwah muda di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial yang lebih luas. Konteks yang dimaksud adalah pandangan masyarakat kelas menengah terhadap nilai-nilai Islam. Ahli sosiologi Ariel Heryanto, dalam buku Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar di Indonesia, melihat adanya ketertarikan masyarakat kelas menengah terhadap apa pun yang berhubungan dengan Islam. Oleh karena itu simbol-simbol yang memperkuat identitas Islam mereka dianggap penting. Kecenderungan ini bisa dilihat dari tren hijab yang marak akhir-akhir ini.
Kenyataan di atas juga menjelaskan mengapa film Ayat-Ayat Cinta mampu menyedot lebih dari 3 juta penonton pada 2008 dan menjadi bagian dari 10 film terlaris sepanjang 2008-2018. Hal ini karena film tersebut mampu memenuhi rasa dahaga kelas menengah baru yang sedang menaruh minat besar terhadap Islam. Begitu pula dengan sinetron-sinetron religi yang merajai rating televisi di Indonesia seperti Para Pencari Tuhan dan Rahasia Ilahi.
Ketertarikan masyarakat terhadap semua hal yang berbau Islam bersifat lintas media, baik media konvensional maupun media sosial. Praktik-praktik keseharian pun tak luput dari incaran. Hampir secara rutin, kita mendapati undangan melalui baliho untuk menghadiri ceramah-ceramah keagamaan yang mendatangkan ustad populer. Dengan kecenderungan masyarakat yang seperti ini, Somad menemukan target pasar yang tepat.
Gaya komunikasi khas
Abdul Somad adalah pembicara yang ulung. Salah satu yang khasnya adalah mengundang tawa. Sisipan humornya membuat ceramah-ceramahnya yang diberi judul “lucu”, “kocak”, dan “ngakak terus” ditonton ratusan ribu penonton. Ini menunjukkan bahwa khalayak tidak semata menginginkan ceramah agama, tapi juga hiburan. Dalam hal ini, dia tidak hanya mempunyai penguasaan yang baik mengenai dalil-dalil agama sebagai hasil belajarnya sejak sekolah dasar, tapi ia juga ahli komunikasi yang andal menggunakan humor untuk menyampaikan pesannya kepada jemaahnya.
Humornya sering kali tidak baru bahkan terkadang terkesan klise. Namun, orang-orang sering kali lebih senang mendengar apa yang ingin mereka dengarkan dibandingkan dengan apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Dalam konteks ini, tampak bahwa Abdul Somad menaati betul ajaran retorika Aristotelian. Menurut Aristoteles, hubungan pembicara dengan khalayak sangat penting, dan karena itu khalayak haruslah menjadi pertimbangan utama jika pembicaraan ingin berhasil. Oleh karena itu, humor Somad selalu berhasil karena selalu dekat dengan khalayak.
Tidak hanya itu, dalam ceramah-ceramahnya, penceramah ini juga sering kali interaktif. Dengan cara demikian, ia mampu membangun kedekatan yang lebih kuat dengan khalayak. Model komunikasi dua arah ini juga mampu meningkatkan kepuasan khalayak.
Sebagai pembicara, Somad tidak hanya menempatkan khalayak pada posisi penting dalam pembicaraan, tapi juga memenuhi tiga teori penting dalam public speaking, yakni ethos, pathos, dan logos.
Ketika ditanya tentang masalah berpacaran, Somad membagi pengalamannya sewaktu menjadi mahasiswa di Mesir. Di sini, dia sedang membangun kredibilitasnya (ethos) sebagai orang yang layak berbicara mengenai “hukum” pacaran, tapi sekaligus membangun kedekatan dan simpati melalui topik yang diangkat (pathos).
Sementara logos, dibangun melalui suatu argumen bahwa pendidikan jauh lebih penting sehingga inilah yang mestinya diurus karena hal itu akan membuka rezeki. Dengan menggunakan pendekatan seperti ini, ceramah Ustaz Abdul Somad bisa diterima dan disukai oleh jemaahnya.
Artikel ini sudah pernah ditayangkan di The Conversation.
Berita Terkait
-
Bukan Sekadar Hadiah, Ini Makna di Balik Peci dan Tasbih Ustaz Abdul Somad untuk Ruben Onsu
-
Ketemu di Mekah, Ruben Onsu Dapat Hadiah Tak Terduga dari UAS
-
Geger Puisi 'AMUK' UAS, Kritik Keras Pemerintah: Orang Lapar, Jangan Disuruh Sabar!
-
Berapa Penghasilan YouTube Ustaz Abdul Somad? Sampai Ditagih Bayar Petugas Pajak
-
Ditagih Bayar Pajak, Ustaz Abdul Somad Langsung Ceramahi Petugas: Neraka Jahanam Tempat Kalian
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
Terkini
-
Makin Mudah, Final Fantasy 7 Remake Hadirkan 'Easy Mode' di Switch 2 serta Konsol
-
HP Murah Vivo Y21d Lolos Sertifikasi di Indonesia, Fitur Tahan Banting
-
NVIDIA Suntik Puluhan Triliun Rupiah, Harga Saham Intel Langsung Meroket
-
Redmi Pad 2 Pro: Bocoran Spesifikasi Gahar, Baterai 12.000 mAh, Siap Meluncur Minggu Depan?
-
Tencent Tuduh Sony Memonopoli Game usai Digugat, Sebut Horizon Tidak Orisinal
-
Telkomsel Pertajam Kepiawaian Generasi Muda Manfaatkan Teknologi AI lewat IndonesiaNEXT Summit 2025
-
55 Kode Redeem FF Terbaru 19 September 2025: Ada Skin Scar, XM8, dan Diamond
-
GoTo Kantongi Rp 4,65 Triliun Siap Ekspansi dan Dorong Pertumbuhan Ekosistem Digital
-
Peluncuran iPhone 17 Picu Penipuan Online di Seluruh Dunia
-
15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 September: Ribuan Gems dan Pemain 111 Menanti