Suara.com - Android menjadi sistem operasi paling banyak digunakan oleh pengguna ponsel di seluruh dunia karena dipakai oleh 2,5 miliar perangkat.
Dengan jumlah pengguna yang begitu banyak, sangat lumrah jika Android menjadi sasaran empuk bagi para peretas yang ingin menyebarkan malware.
Belum lama ini, para peneliti Barracuda Security mencatat setidaknya hampir 200 aplikasi jahat yang berisi adware terpasang bebas di sistem operasi milik Google tersebut.
Sementara perusahaan keamanan siber lainnya, White Ops, mengidentifikasi setidaknya terdapat 116 aplikasi dengan lebih dari 4,6 juta unduhan yang diklaim telah melakukan penipuan iklan (ad-fraud).
Sebagaimana lansiran laman Express, Rabu (25/12/2019), aplikasi-aplikasi berbahaya tersebut menggunakan kode "Soraka" dan "Sogo".
Kode ini menjadi penanda bahwa malware yang disebar diatur untuk menampilkan iklan melalui perangkat Android dalam kondisi tertentu.
Sebelum sampai pada kesimpulan tersebut, White Ops melakukan pengecekan kepada salah satu aplikasi di Google Play Store, yaitu Best Fortune Explorer.
Aplikasi ini lalu dicatat untuk memanfaatkan framework yang disebut AppsFlyer. AppsFlyer digunakan untuk analisis atribusi dan pemasaran seluler.
White Ops mengklaim, jika pengguna mengunduh aplikasi ini, iklan akan terus berdatangan dan mengganggu kenyamanan. Bahkan, Best Fortune Explorer disebut-sebut bisa menampilkan iklan dengan tampilan layar penuh selama 20 detik dan mengganggu pengguna.
Baca Juga: Mengagumkan, Ilmuwan Ubah Suara Ikan Menjadi Lagu Natal
Selain Best Fortune Explorer, aplikasi lainnya juga melakukan hal serupa. Adware ini mampu bersembunyi dan sulit dideteksi oleh antivirus maupun aplikasi pembasmi malware.
"Perilaku sembunyi-sembunyi itu sangat krusial, karena ini menunjukkan bahwa para penipu makin pintar. Mereka mencoba memperlambat proses analisis dengan taktik ini," ujar peneliti White Ops, John Laycock.
Oleh karena itu, Laycock mengimbau kepada para pengguna Android untuk tidak mengunduh aplikasi Best Fortune Explorer, sekaligus melaporkan aplikasi tersebut kepada Google untuk ditindaklanjuti.
Sialnya, Forbes mewartakam bahwa Google sama sekali belum melakukan tindakan tegas kepada 116 aplikasi berbahaya tersebut, mengingat aplikasi-aplikasi itu masih dipajang di toko aplikasi mereka, Play Store.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober: Klaim Pemain 111-113 dan 15 Juta Koin
-
5 Rekomendasi Smartwatch yang Baterainya Tahan 10 Hari, Cocok Dipakai Traveling
-
20 Kode Redeem FC Mobile 22 Oktober: Berhadiah Jersey Langka, XP Booster, dan Elite Player Drop
-
Raisa Trending di X, Begini Komentar Netizen Tanggapi Isu Perceraiannya
-
Komdigi Ungkap Depo Judi Online Tembus Rp 17 Triliun di Semester 1 2025
-
Game Sword of Justice Dirilis 7 November 2025 ke iOS, Android, hingga PC
-
25 Kode Redeem Free Fire 22 Oktober: Berhadiah Bundle Atlet, Skin Timnas dan Pet Eksklusif!
-
Uji Ketahanan Xiaomi 17 Pro: Lapisan Pelindung Setangguh iPhone 17 Pro
-
Axioo Hype R X8 OLED Resmi Meluncur: Laptop OLED dengan Ryzen 7, Super Ringan Seharga Rp 8 Jutaan
-
Menguak Potensi Krisis Air Bersih di Balik Kecanggihan AI