Suara.com - Pandemi virus corona jauh dari kata usai. Sejumlah negara masih bergulat mengatasi pandemi ini. Di sisi lain, negara yang diyakini mampu mengontrol wabah tadi kini khawatir pada kemunculan gelombang kedua.
Gelombang kedua pandemi flu Spanyol satu abad lalu lebih mematikan ketimbang saat muncul pertama kali.
Apakah gelombang kedua pandemi tidak bisa kita hindari? Dan seberapa buruk dampak yang akan dimunculkannya?
Apa yang dimaksud gelombang kedua?
Bayangkan gelombang air laut. Jumlah kasus positif Covid-19 meningkat, lalu turun. Setiap tren itu dikelompokkan menjadi satu gelombang.
Tidak ada definisi formal untuk istilah ini.
"Anda bisa mendefinisikan sendiri terminologi gelombang, ini bukan sesuatu yang sangat ilmiah," kata Mike Tildesley, akademisi di University of Warwick.
Sejumlah kalangan menyebut peningkatan kasus positif sebagai gelombang kedua. Namun kemunculan kasus baru ini kerap naik turun. Tren ini terjadi di beberapa negara bagian Amerika Serikat.
Untuk menyebut sebuah gelombang telah berakhir, penyebaran virus corona harus dikontrol dan jumlah kasusnya harus benar-benar turun.
Baca Juga: Produknya Digemari di Korea Selatan, Volvo Investasi Jangka Panjang
Sementara itu, gelombang kedua bisa dikatakan muncul ketika jumlah kasus positif secara terus-menerus meningkat.
Meski begitu, situasi itu tidak berlaku untuk Selandia Baru yang mengumumkan kasus positif pertama mereka setelah '24 hari tanpa Virus Corona'.
Gelombang kedua juga tak bisa disebut muncul di kota Beijing yang kembali menghadapi wabah usai 50 hari tanpa kasus positif.
Di sisi lain, para ilmuwan berdebat apakah kriteria gelombang kedua tadi cocok dengan situasi yang tengah berlangsung di Iran.
Apa yang memicu gelombang kedua?
Jawabannya adalah pencabutan pembatasan sosial secara menyeluruh.
Berita Terkait
-
Ariana Grande Idap Salah Satu Virus Mematikan, Mendadak Batal Hadiri Acara
-
Kasus TBC di Jakarta Capai 49 Ribu, Wamenkes: Kematian Akibat TBC Lebih Tinggi dari Covid-19
-
Terbukti Tak Langgar Kode Etik DPR, Uya Kuya Bongkar Fakta Nyesek di Balik Rumah yang Dijarah
-
Tragis! Dikeroyok Teman Satu Tongkrongan, Luis Tewas di Depan Masjid usai Pesta Miras
-
Uya Kuya Ternyata Sudah Punya Firasat Beberapa Jam Sebelum Rumahnya Dijarah
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
3 HP Flagship Xiaomi Lolos Sertifikasi di Indonesia: Xiaomi 17 Pakai Chip Terkencang
-
SureColor G6030, Printer Direct-to-Film Pertama Terobosan dari Epson Resmi Hadir
-
Trailer Anyar Resident Evil Requiem Beredar, Leon Kennedy Kembali
-
Update Call of Duty Black Ops 7: Nerf Senjata Zombies, Warzone Justru Dapat Buff Besar
-
55 Kode Redeem FF Terbaru 12 Desember: Ada Item Langka Winterlands dan Arrival Animation
-
Epic Games Store Bagikan Hogwarts Legacy Gratis Hingga 18 Desember 2025
-
Tecno Spark 40 Hadir dengan AI, Baterai 5.200 mAh, dan 45W Fast Charge, Entry-Level Rasa Flagship!
-
Prototipe CS AI Robot Pertama Hadir, Karya Anak Bangsa
-
7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
-
POCO M8 Series Muncul di Situs Resmi, Dukung Fast Charging 100 W