Suara.com - Para ilmuwan tengah meneliti fosil daun dari hutan yang berusia 23 juta tahun. Dari hasil sementara, mereka mengungkapkan bagaimana spesies tumbuhan di Bumi dapat menanggapi peningkatan kadar karbon dioksida atau CO2.
Karbod dioksida sendiri merupakan senyawa yang terdiri dari satu unsur karbon dan dua unsur oksigen. Karbon dioksida atau CO2 merupakan limbah yang diekskresikan ke lingkungan melalui proses respirasi dan kerap dianggap berbahaya bagi kesehatan tubuh
Pasalnya, sumber CO2 berasal dari aktivitas yang membahayakan kesehatan seperti asap pabrik, kendaraan, rokok, hingga pembakaran hutan.
Diterbitkan dalam jurnal Climate of the Past, penelitian baru ini mengamati daun-daun dari Periode Misen awal ketika tingkat CO2 diyakini sangat tinggi, menemukan bahwa tanaman mampu berkembang pesat meski konsentrasi CO2 semakin tinggi.
Ini adalah pertama kalinya karbon atmosfer tingkat tinggi dikaitkan dengan peningkatan perkembangbiakan tanaman, yang menurut para ahli memiliki konsekuensi yang tidak dapat diprediksi.
Para ilmuwan mengambil sampel dari inti bor tahun 2019 yang menembus 100 meter ke dasar danau yang sekarang kering di Dunedin, Selandia Baru.
Dijuduli Foulden Maar, temuan itu berada di dalam kawah vulkanik kecil yang telah lama punah dan diakui sebagai tambang emas ilmiah untuk penelitian Bumi di masa lalu.
Lapisan sedimennya terdiri dari ganggang yang kaya silika dan lapisan kehitaman dari bahan organik yang jatuh selama musim berganti.
Lapisan-lapisan ini mengandung daun yang tak terhitung jumlahnya dari hutan hijau subtopis yang sangat terawat, sehingga para ilmuwan masih dapat melihat detail mikroskopis seperti vena dan stomata pada daun.
Baca Juga: Ilmuwan Warga Temukan 95 Katai Cokelat di Dekat Matahari
Daun sendiri dapat dijadikan sumber informasi dalam hal lingkungan di mana daun itu berada karena mempertahankan komposisi kimiawi aslinya, tidak seperti tulang fosil.
Dilansir dari IFL Science pada Sabtu (22/8/2020), tim ahli menganalisis isotop karbon dalam daun yang diawetkan dari beberapa spesies pohon yang ditemukan di lapisan berbeda di endapan sedimen, yang memberikan indikasi berapa banyak karbon atmosfer yang ada pada saat itu.
Para ahli juga membandingkan fitur anatomi fosil daun dengan daun modern dan menentukan bahwa karbon atmosfer sekitar 450 bagian per juta. Hasil ini cocok untuk data suhu pada Periode Miosen awal, yang diprediksi suhu sekitar 5-6 derajat Celcius lebih hangat daripada kondisi saat ini.
Daun tersebut menunjukkan bahwa pohon-pohon ini sangat efisien dalam menyerap karbon melalui stomata tanpa kehilangan terlalu banyak air dalam proses tersebut, memungkinkan daun tumbuh di daerah yang tadinya terlalu kering untuk hutan.
Para ilmuwan percaya bahwa adaptasi ini kemungkinan besra tercermin di hutan-hutan yang berada di garis lintang utara beriklim sedang. Karbon di atmosfer saat ini berjumlah sekitar 415 bagian per juta dan diperkirakan akan mencapai 450 pada sekitar tahun 2040 karena emisi yang disebabkan oleh manusia.
Ini berarti spesies tumbuhan mungkin mulai berperilaku dengan cara yang sama seperti spesies tumbuhan purba di Foulden Maar, yang berpotensi menunjukkan bahwa peristiwa penghijauan global akan segera terjadi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Komdigi Ungkap Nasib TikTok di Indonesia Usai Izin Dibekukan
-
Oppo A5i Pro 5G Resmi ke RI, HP Murah Punya Durabilitas Standar Militer
-
5 Rekomendasi Kamera Murah Berkualitas: Cocok Buat yang Baru Mulai Ngonten!
-
Ilmuwan Pastikan Kawah Silverpit di Laut Utara Tercipta akibat Asteroid
-
Jumat Berkah, Kode Melimpah: 31 Kode Redeem FF 3 Oktober 2025 Siap Diklaim, Ada Vector Batik
-
15 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 3 Oktober 2025, Peluang Gaet Nedved Gratis Di Depan Mata
-
6 Cara agar Foto Profil WhatsApp Tidak Pecah dan Tetap Jernih
-
Komdigi Mau Transaksi HP Second Bisa Balik Nama, Mirip Jual Beli Motor
-
HP Murah Huawei Nova 14i Resmi Debut: Layar Hampir 7 Inci dan Baterai 7.000 mAh
-
Biznet Gio Kenalkan Layanan AI Murah, Bayarannya Cuma per Jam