Suara.com - Para ilmuwan menemukan cara potensial untuk menghasilkan bahan bakar, udara, dan air di Mars, mengingat NASA berencana untuk mengirim astronot ke Planet Merah di masa mendatang.
Tim ilmuwan dari McKelvey School of Engineering di Washington University, telah menciptakan sistem elektrolisis jenis baru yang dapat mengubah air asin di Mars menjadi produk yang dapat digunakan.
Tim tersebut dipimpin oleh Vijay Ramani dan Raymond H. Wittcoff dari Departemen Energi, Lingkungan, dan Teknik Kimia Washington University itu, membuat instrumen baru yang konsisten dengan komitmen NASA terhadap teknologi In-Situ Resource Utilization (ISRU), memungkinkan misi di masa depan tidak terlalu bergantung pada misi pasokan ulang.
Ini juga sesuai dengan komitmen NASA dan badan antariksa lainnya, untuk mengurangi biaya peluncuran muatan ke luar angkasa karena lebih efisien daripada sistem elektrolisis saat ini.
Elektroliser tradisional mengandalkan listrik dan sel bahan bakar yang terbuat dari elektrolit untuk memecah senyawa kimia dan menggabungkannya kembali untuk membuat yang baru.
Penjelajah Perseverance yang baru akan tiba di Mars pada Februari 2021 membawa eksperimen yang disebut Mars Oxygen ISRU Experiment (MOXIE), yang akan mengandalkan sel elektroliser oksida padat (SOEC) untuk memanen gas oksigen dari karbon dioksida di atmosfer Mars.
Elektroliser air menggunakan proses serupa untuk memisahkan air secara kimiawi dan menghasilkan gas oksigen dan gas hidrogen, yang terakhir dapat digunakan untuk membuat hidrogen cair atau bahan bakar hidrazin (N2H4).
Sayangnya, instrumen tersebut tidak dapat bekerja dengan air asin dan terbatas pada air deionisasi yang dimurnikan. Satu-satunya pilihan lain adalah menghilangkan garam terlebih dahulu, yang membutuhkan penambahan desalinator.
Mengandalkan pendekatan baru, tim ilmuwan mampu menciptakan elektroliser pertama yang dapat bekerja dengan larutan garam, yang umum ditemukan di Mars.
Baca Juga: Alien Disebut Diam-diam Melakukan Eksperimen di Bumi?
Air asin di Mars telah dikonfirmasi dalam beberapa tahun terakhir oleh misi seperti Pheonix Mars Lander, yang mengambil sampel tanah Mars pada 2008 dan mengidentifikasi kadar garam tinggi, setelah mencairkan es yang dikandungnya.
Dalam tes sebelumnya yang dilakukan oleh teknisi di Massachusetts Institute of Technology (MIT), elektroliser MOXIE menunjukkan bahwa itu dapat menghasilkan hingga 10 g/jam gas oksigen dengan menggunakan daya 300 watt.
Sebagai perbandingan, instrumen yang dikembangkan tim ilmuwan ini mampu menghasilkan hingga 250 g/jam gas oksigen dengan menggunakan jumlah daya yang sama. Selain itu, sistem ini berfungsi dalam kondisi simulasi Mars dengan tekanan udara dan suhu sangat rendah hingga minus (-) 36 derajat Celcius serta kondisi mirip Bumi.
"Teknologi ini sama-sama berguna di Bumi, di mana itu membuka lautan sebagai sumber oksigen dan bahan bakar yang layak," kata Ramani, seperti dikutip Science Alert, Rabu (9/12/2020).
Setelah mendemonstrasikan elektroliser ini di bawah kondisi Mars, para ilmuwan juga berencana membuatnya dalam kondisi jauh lebih ringan di Bumi, untuk memanfaatkan umpan air payau atau air asin dalam menghasilkan hidrogen dan oksigen.
Hal tersebut memungkinkan ekspansi yang signifikan dalam industri bahan bakar alternatif, di mana elektroliser dapat membuat sel bahan bakar hidrogen dari air laut.
Berita Terkait
-
NASA akan Beli Debu Bulan Seharga Rp 14.000
-
Pertama Kalinya, NASA Panen Lobak yang Ditanam di Stasiun Luar Angkasa
-
NASA Beli Sampel Bulan, Dihargai Hanya Rp 353,6 Juta
-
Ilmuwan Sebut Mikroba Mungkin Bisa Hidup di Bawah Permukaan Mars
-
Misi Spektakuler Mars 2020, Upaya Peneliti Kumpulkan Tanah dari Planet Mars
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
5 Rekomendasi Laptop untuk AutoCAD dengan Harga Miring, Cocok buat Mahasiswa Teknik
-
53 Kode Redeem FF Terbaru 14 Desember 2025, Ada Skin dan Bundle Winterlands
-
24 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 Desember 2025, Klaim Pemain Juventus 111-115
-
8 HP Snapdragon Termurah Desember 2025 untuk Daily Driver, Mulai Sejutaan!
-
Fokus pada Detail Kecil, MONTRA Siap Jadi Standar Baru Proteksi iPhone
-
6 HP RAM 8 GB Rp1 Jutaan untuk Multitasking dan Produktivitas Sehari-hari
-
Game James Bond 007 First Light Muncul di TGA, Karakter Antagonis Terungkap
-
Hujan Meteor Geminid 2025 Malam Ini 14 Desember, Cek Jam Terbaik untuk Mengamatinya
-
Harga Ponsel 2026 Diprediksi Lebih Mahal, RAM 4 GB Kemungkinan Kembali Populer
-
7 HP Murah RAM Besar untuk Game, Paling Worth It Anti Lag