Suara.com - Para ilmuwan tengah berusaha mencari cara menekan dampak perubahan iklim global, salah satunya menghambat naiknya permukaan laut secara dramatis dengan "meretas" gletser untuk mengurangi jumlah air yang mereka pompakan ke lautan kita.
Dalam sebuah studi terbaru, tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh University College London, menguraikan sembilan teknik yang dapat digunakan untuk memperlambat pencairan glasial di lapisan es Greenland dan Antartika.
Skema tersebut akan menggunakan "rekayasa geo", teknologi kontroversial berskala luas yang secara artifisial mengubah iklim bumi.
Salah satu pendekatan yang dikedepankan oleh tim adalah dengan mencerahkan permukaan es, mengurangi pencairan permukaan.
Cara lainnya adalah memompa karbon dioksida cair ke dasar gletser yang berbatu.
Diterapkan bersamaan untuk mengurangi emisi karbon, intervensi dapat membantu mencegah bencana perubahan iklim, menurut penulis utama studi Andrew Lockley.
"Kenaikan permukaan laut mungkin merupakan ancaman yang paling merugikan dari perubahan iklim," katanya dilansir laman The Sun, Minggu (28/3/2021).
Menurutnya, ini dapat menyebabkan banyak kota besar di dunia serta kerusakan lain seperti banjir badai dan hilangnya lahan pertanian.
"Kami ingin menemukan cara untuk mengontrol proses tersebut," ungkap dia.
Baca Juga: Pakar: Indonesia Berperan Besar Dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim
Suhu global rata-rata sudah 1,2C di atas tingkat pra-industri dan diperkirakan akan melewati patokan 2C antara 2050 dan 2100.
Suhu yang melonjak, menyebabkan lapisan es yang menutupi Antartika dan Greenland menumpahkan triliunan ton air ke lautan kita setiap tahun, yang menyebabkan kenaikan permukaan laut di seluruh planet ini.
Penelitian yang diterbitkan bulan lalu menunjukkan bahwa, pada kecepatan saat ini, permukaan laut global rata-rata bisa naik sebanyak 1,35m (4,1 kaki) pada 2100.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa kenaikan di atas satu meter akan menjadi berita buruk bagi kota-kota pesisir, seperti New York dan Shanghai.
Sekitar 770 juta orang, 10 persen dari populasi dunia, hidup kurang dari lima meter (16 kaki) di atas permukaan laut.
"Sebagian besar kenaikan permukaan laut yang diharapkan berasal dari gletser yang mencair," Lockley menjelaskan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
Terkini
-
Film Live-Action The Legend of Zelda Tayang 2027, Begini Penampakan Pertamanya
-
Strava Rilis Fitur Untuk Sebuah Tujuan: Olahraga Kini Bisa Sekaligus Berbuat Kebaikan
-
Akibat Hubungan Kandas, Wanita Jepang Ini Menikahi Karakter AI ChatGPT
-
24 Kode Redeem FF Hari Ini 18 November 2025, Banjir Hadiah Gratis!
-
15 Kode Redeem FC Mobile 18 November 2025, Manfaatkan Pekan Terakhir Event FootyVerse
-
Viral! Netizen Salfok dengan Peringatan soal Air Hujan Tercemar: Siapa yang Mau Mangap Saat Gerimis?
-
Mengapa Transisi Menuju Energi Terbarukan Berjalan Lambat?
-
Daftar Nominasi The Game Awards 2025 Resmi Diumumkan
-
5 Tablet Baterai Jumbo 6000 hingga 9000 mAh yang Bisa Dipakai Seharian, Harga Cuma Rp1 Jutaan
-
5 Rekomendasi HP Snapdragon 870 5G Enteng Buat Gaming dan Edit Video, Mulai Rp3 Jutaan