Suara.com - Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Anita Wahid menyatakan bahwa polarisasi memunculkan kelompok yang rentan terhadap hoaks dan propaganda.
"Kelompok ini sangat mudah dimanipulasi untuk mendukung atau menolak sesuatu," kata Anita Wahid ketika memberi paparan dalam konferensi daring bertajuk Arah dan Tantangan Demokrasi dan Masyarakat Sipil, Selasa (24/8/2021).
Kelompok-kelompok yang terlibat dalam polarisasi cenderung menutup mata dan telinga pada fakta-fakta yang bertentangan dengan keyakinan dari masing-masing kelompok. Selain itu, mereka juga lebih mudah memercayai apa yang diucapkan oleh pemegang opini kunci (key opinion) di dalam kelompok masing-masing.
Anita menambahkan bahwa masing-masing kelompok melihat perbuatan mereka dilandasi oleh rasa kecintaan terhadap bangsa Indonesia, dan apa yang dilakukan oleh kelompok lain dilandasi oleh kebencian. Pemikiran tersebut mengakibatkan munculnya konsep kami melawan mereka dalam masyarakat yang terpolarisasi.
"Selama narasi yang diusung tidak sesuai dengan our narration (narasi kami), maka you’re part of them (kamu adalah ‘bagian dari mereka’),” tutur putri dari Presiden Keempat Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.
Dalam masyarakat yang telah terpolarisasi, narasi menjadi kekuatan bagi masing-masing kelompok untuk membenarkan pendapat mereka dan memberi serangan kepada kelompok yang bertentangan. Anita membagi fenomena ini menjadi dua, yakni amplifikasi narasi dan serangan terhadap narasi.
"Amplifikasi narasi untuk memperkuat justifikasi masing-masing pihak," ucapnya.
Adapun instrumen yang digunakan dalam amplifikasi narasi adalah bots, buzzer, influencers, microtargeting, manipulasi media, dan hoaks. Instrumen-instrumen tersebut, khususnya bots dan buzzer, digunakan untuk menciptakan suasana seolah terdapat volume dukungan yang tinggi pada isu tertentu.
"Kita perlu menahan diri sedikit untuk tidak menuduh orang lain sebagai buzzer," tutur Anita mengingatkan.
Baca Juga: Kemenkes Ungkap Sulitnya Meluruskan Hoaks di Masa Pandemi
Berdasarkan hasil pengamatan Anita, justru jumlah buzzer tidak terlalu banyak. Justru, lebih banyak orang-orang yang terjebak dalam polarisasi yang melakukan pembelaan maupun mengajukan kritik dalam peperangan di media sosial.
Anita mengatakan, mereka, pengguna media sosial yang aktif dalam mengkritik atau membela pemerintah, melakukan hal tersebut tanpa dibayar oleh pihak manapun, dan murni untuk membela pihak yang mereka anggap benar.
"Mereka berpikir bahwa mereka melakukan sesuatu yang mulia untuk kebaikan bangsa," ucapnya.
Kategori kedua adalah serangan terhadap narasi. Serangan tersebut dapat berada dalam bentuk troll, kampanye hitam, memberi label pada suatu isu sebagai kabar hoaks, mengalihkan isu, doxing, cancelling and punishing, intimidasi, pengambilalihan akun, penyerangan berbasis gender, persekusi, UU ITE, dan lain-lain.
Serangan tersebut bertujuan untuk memadamkan isu yang diangkat oleh kelompok lain, atau membuat kelompok lain tidak berani mengutarakan pendapatnya.
"Khususnya penggunaan hoaks dalam bentuk labelling suatu isu. Ini merupakan senjata agar isu diredam," kata Anita. [Antara]
Berita Terkait
-
Ancaman Hoaks dan Krisis Literasi Digital di Kalangan Pelajar Indonesia
-
Blak-blakan Sebut Soeharto Diktator, Cerita 'Ngeri' Putri Gus Dur Dihantui Teror Orba Sejak SMP
-
Sidang MKD: Ahli Hukum Warning Pelaku Hoaks, Video Uya Kuya Jadi Bukti
-
Phil Foden Jadi Korban Hoaks Manipulasi AI: Sang Anak Disebut Meninggal Dunia
-
Gen Z, Waspada! Begini Hoaks Menyerang dan Cara Menghadapinya
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 HP Memori 512 GB Paling Murah Desember 2025: Ideal untuk Gamer dan Content Creator Pemula
-
Roblox Ditunjuk Jadi Pemungut PPN Baru, Penerimaan Pajak Digital Tembus Rp43,75 T
-
Bank Indonesia Ambil Kendali Awasi Pasar Uang dan Valuta Asing, Ini Fungsinya
-
Geger Isu Patrick Kluivert Dipecat Karena Warna Kulit?
-
Parah! SEA Games 2025 Baru Dimulai, Timnas Vietnam U-22 Sudah Menang Kontroversial
Terkini
-
3 Prompt Gemini AI untuk Buat Kartu Prakiraan Cuaca di Kotamu, Hasil 3D!
-
Saham Hampir 100 Persen, Arab Saudi Bakal Punya Kendali Penuh Atas Electronic Arts
-
Harga iPhone 13 Series Anjlok Parah, Apakah Masih Layak Dipakai Tahun 2026?
-
Update Call of Duty Mobile Season 11: Ada Crossover Street Fighter dan Mode DMZ
-
Cara Buat Spotify Wrapped 2025 di HP Android, Lengkap Bagikan via Instagram
-
50 Kode Redeem FF Terbaru 4 Desember 2025, Klaim Evo Gun dan Arrival Animation Natal
-
19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Desember 2025, Klaim Pemain Glorious Eras 115 dan 100 Ribu Koin
-
5 HP Memori 512 GB Paling Murah Desember 2025: Ideal untuk Gamer dan Content Creator Pemula
-
Spotify Wrapped 2025 Rilis, Ini Cara Membuat dan Tutorial Jika Tidak Muncul
-
4 Tablet Khusus Anak yang Dukung Aktivitas Belajar, Lengkap Fitur Pantau Orang Tua