Suara.com - Gunung berapi Etna di Italia meletus untuk ke-50 kalinya selama akhir pekan lalu pada 2021.
Satelit European Sentinel 2 mengabadikan pemandangan epik letusan gunung tersebut dari luar angkasa.
Gunung Etna mengalami letusan terakhirnya pada 29 Agustus.
Peristiwa tersebut ditangkap satelit Sentinel 2 pada 30 Agustus lalu dan hasil citranya dibagikan Komisi Eropa untuk Direktur Jenderal Industri Pertahanan dan Luar Angkasa melalui Twitter.
Jumlah lava yang dimuntahkan Etna sejak 16 Februari menambah ketinggian 30 meter ke kawah tenggara gunung berapi.
Menurut ahli vulkanologi Boris Behncke dari Institut Nasional untuk Geofisika dan Vulkanologi (INGV), para ilmuwan tahu bahwa Etna akan mengalami peristiwa luar biasa sejak akhir 2020 ketika gunung itu mulai menyemburkan awan abu dan gas.
"Etna sedang membangun sesuatu yang besar dengan aktivitas seismik yang intens, deformasi tanah, dan pelepasan gas," kata Behncke, dikutip dari Space.com, Kamis (2/9/2021).
Satelit Sentinel 2 telah mengawasi Etna sejak saat itu. Studi mengungkapkan pertumbuhan gunung berapi yang belum pernah terjadi sebelumnya,
Platform analisis data lingkungan ADAM memposting gambar di Twitter berdasarkan data dari satelit Copernicus Sentinel 5P pada 30 Agustus, menunjukkan gumpalan sulfur dioksida dari letusan terbaru yang menyebar di Yunani dan Turki.
Baca Juga: Akhir dari Kehidupan Gunung
Gumpalan vulkanik dapat mencapai ketinggian yang sangat tinggi dan berpotensi berdampak pada lalu lintas udara.
Gumpalan serupa yang disemburkan Etna pada awal April terdeteksi di ketinggian 7.000 meter.
Di permukaan tanah, sulfur dioksida dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan manusia dan memicu kondisi kesehatan seperti asma.
Menurut Observatorium Bumi NASA, Gunung Etna dimulai sebagai gunung berapi bawah laut yang perlahan tumbuh di atas permukaan laut saat meletus dan secara bertahap meningkatkan ketinggiannya dengan lava yang mengeras.
Saat ini, sebagian besar permukaan gunung ditutupi dengan aliran lava bersejarah dari letusan yang terjadi hingga 300.000 tahun lalu.
Berita Terkait
-
Gunung Berapi Bawah Laut Baru Ditemukan, Diberi Nama dari The Lord of the Rings
-
Mengenal Arti Vulkanisme, Erupsi Serta Bentuk Gunung Api dalam Pelajaran Geografi
-
Bukan Tanda Kehidupan, Bahan Kimia Aneh di Venus Mungkin Berasal dari Gunung Berapi
-
Gunung Berapi Taal Filipina Meletus, Muntahkan Gas Beracun Paksa Ribuan Orang Mengungsi
-
Gunung Taal Masih Keluarkan Gas Beracun, 2.000 Warga Mengungsi
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
Terkini
-
Telkomsel MAXStream Studios Gebrak JAFF 2025, Hadirkan Program Secinta Itu Sama Indonesia
-
23 Kode Redeem FC Mobile 21 November 2025, Panduan Event Glorious Eras & UEFA PrimeTime
-
6 Smartwatch dengan GPS Paling Murah untuk Pencinta Aktivitas Outdoor
-
5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
-
POCO M8 5G Lolos Sertifikasi di Indonesia, HP Murah Anyar dengan Baterai Jumbo
-
25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 November: Raih Glorious 107-115 dan Ribuan Gems
-
5 Rekomendasi Tablet Gaming Terbaik 2025, Performa Selevel Konsol
-
Honor Watch X5 Rilis sebagai Pesaing Redmi Watch: Harga Terjangkau dengan GPS
-
Rover NASA Temukan Batu Misterius di Mars, Diduga Berasal dari Luar Planet
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel