Suara.com - Kaspersky mendalami seberapa besar kerugian yang ditimbulkan akibat pelanggaran data di Asia Tenggara saat ini.
Laporan ‘IT Security Economics 2021: Managing the trend of growing IT complexity’, dari perusahaan keamanan siber global menunjukkan bahwa meskipun terdapat ancaman baru, kerugian yang ditimbulkan akibat pelanggaran data tidak mengalami peningkatan secara berlebiha pada 2021 di seluruh dunia.
Sebanyak 4.303 wawancara dari bisnis dengan lebih dari 50 karyawan dilakukan di 31 negara pada periode Mei-Juni 2021.
Responden ditanyai tentang keadaan keamanan TI dalam organisasi mereka, jenis ancaman yang mereka hadapi, dan biaya yang harus mereka tanggung saat pulih dari serangan.
Dalam seluruh laporan, bisnis mengacu pada UMKM (usaha kecil dan menengah dengan 50 hingga 999 karyawan), atau perusahaan (bisnis dengan lebih dari 1.000 karyawan).
Dalam penelitian ini, Kaspersky hanya menemukan sedikit peningkatan 4 persen dalam dampak keuangan dari pelanggaran data terhadap UMKM (mencapai 105.000 dolar AS pada 2021, dibandingkan dengan 101.000 dolar AS di tahun 2020).
Selain itu, penurunan signifikan sebesar 15 persen untuk skala perusahaan menjadi 927.000 dolar AS dari 1,09 juta dolar AS pada 2020, angka ini lebih rendah dibandingkan 2017 (992.000 dolar AS).
Untuk Asia Tenggara, kerugian rata-rata yang ditimbulkan akibat pelanggaran data terhadap perusahaan meningkat sedikit di 716.000 dolar AS tahun lalu dari 710.000 dolar AS pada 2020.
Namun, ada penurunan besar untuk UMKM, dari 92.000 dolar AS dua tahun lalu, menjadi hanya 74.000 dolar AS di tahun 2021.
Baca Juga: Microsoft Akui Kena Retas, Data 37GB Dibobol Hacker
“Penurunan signifikan dalam kerugian yang ditimbulkan akibat pelanggaran data terhadap UMKM di Asia Tenggara adalah karena fakta bahwa beberapa bisnis harus tutup sementara selama puncak darurat kesehatan yang terjadi," ujar Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.
Menurutnya, butuh beberapa saat sebelum mereka dapat membuka kembali dan memulai pemulihan.
Dia menambahkan, dampak finansial dari pelanggaran data terhadap skala perusahaan belum meroket karena terus terlihat adanya peningkatan pada kemampuan deteksi bisnis mereka.
“Saat melakukan interaksi terhadap pelanggan kami dan juga karena meningkatnya liputan media tentang serangan siber, banyak perusahaan sekarang lebih menyadari kerugian yang harus dibayar jika mereka lengah," kata Yeo.
Namun, dia menambahkan, setelah serangan diekspos ke pers, akibat yang ditimbulkan selain finansial turut meningkat secara signifikan.
Menurutnya, dampak reputasi ikut bermain dan ini terbukti lebih merusak daripada konsekuensi moneter di depan mata.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Indonesia AI Day: Indosat Percepat Lahirnya Talenta AI dari Perguruan Tinggi
-
BCA Rilis Aplikasi myBCA versi Smartwatch, Bisa Apa Saja?
-
Harga Spotify Premium di Indonesia Makin Mahal Gegara AI, Cek Daftar Harga Barunya
-
15 Kode Redeem FC Mobile 17 November: Dapatkan Ribuan Gems dan Anniversary Pack
-
Garena Rilis Game Baru Choppy Cuts, Ada Karakter Free Fire
-
Cara Mematikan Autocorrect di iPhone dengan Mudah
-
Cara Mematikan Fitur Autocorrect di HP Android agar Mengetik Bebas Gangguan
-
Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2026 Lengkap
-
5 Rekomendasi Tablet Multitasking Terbaik untuk Ilustrator
-
Empat Tim Esports Indonesia Siap Tempur di APAC Predator League 2026