Suara.com - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah meluncurkan roket raksasa terbarunya, Artemis, dari Cape Canaveral di Florida.
Sistem peluncuran antariksa (SLS) sepanjang 100 meter itu memunculkan perpaduan cahaya dan suara yang luar biasa ketika lepas landas dari Bumi.
Misi Artemis adalah mengantarkan kapsul astronaut ke Bulan.
Namun dalam penerbangan khusus kali ini, pesawat ruang angkasa bernama Orion itu tidak berawak.
Astronot manusia baru akan mengawaki Orion untuk misi ke Bulan apabila peluncurannya kali ini berjalan sesuai harapan.
Baca juga:
- NASA siapkan peluncuran perdana roket raksasa ke Bulan
- Seberapa banyak polusi yang disebabkan peluncuran roket?
- Mengapa Elon Musk luncurkan ribuan satelit ke ruang angkasa?
Peluncuran roket pada Rabu (16/11) ini merupakan kelanjutan dari dua upaya pada Agustus dan September lalu yang batal pada detik-detik jelang peluncurannya akibat kendala teknis.
Namun persoalan teknis itu kali ini telah diatasi. SLS pun memulai perjalanannya dari Kennedy Space Center pada pukul 01:47 waktu setempat (13.47 WIB).
Hari ini kita menyaksikan roket terkuat di dunia meninggalkan Bumi dan menyingkirkan kendala-kendalanya, kata manajer misi Artemis NASA, Mike Sarafin.
Baca Juga: NASA Akhirnya Berhasil Luncurkan Roket Artemis I ke Bulan
Kami memiliki satu misi prioritas yang berjalan sekarang.
Administrator NASA, Bill Nelson juga kagum dengan apa yang dia saksikan.
Itu adalah nyala api terbesar yang pernah saya lihat, gelombang kejut paling akustik yang pernah saya alami, kata Nelson.
Yang kami saksikan malam ini menurut saya patut diberi nilai A+, tapi jalan kami masih panjang. Ini baru uji terbang.
Roket ini memiliki sejumlah manuver penting yang harus dilakukan jauh di atas Bumi untuk membawa kapsul Orion ke jalur yang benar menuju Bulan.
Menurut manajer program SLS NASA, John Honeycutt, semuanya berjalan luar biasa.
Orion akan mengandalkan modul propulsi Eropa untuk menggiringnya dengan aman menuju Bulan pada sisa misinya.
Akan ada beberapa manuver penting dari modul layanan kami, juga saat kami menyempurnakan arah penerbangan Orion, kata Direktur penerbangan manusia luar angkasa Badan Antariksa Eropa, David Parker kepada BBC News.
Salah satu momen yang sangat menarik akan terjadi ketika kami menyisipkan orbitnya ke jalur yang sangat menarik di sekitar Bulan, jauh melampaui Bulan untuk pertama kalinya.
Pada Desember ini, NASA akan merayakan peringatan 50 tahun Apollo 17, kali terakhir manusia berjalan di Bulan.
NASA menamai program barunya sebagai Artemis, yang merupakan saudara kembar Apollo dalam mitologi Yunani.
NASA juga merencanakan serangkaian misi yang semakin kompleks pada dekade berikutnya yang hasilnya diharapkan berupa kehadiran berkelanjutan di Bulan, dengan kehadiran habitat pada permukaan Bulan serta pengerahan robot penjelajah, berbarengan dengan stasiun ruang angkasa mini di orbit sekitar Bulan.
Misi ini diharapkan menjadi inspirasi baru untuk era yang baru.
Mereka menjanjikan pelibatan perempuan dan orang dengan kulit berwarna dalam misi ini, yang tidak terjadi 50 tahun lalu.
Saya ingin menjadi astronot sejak saya berusia lima tahun, kata astronaut Jessica Meir.
Bagi siapa pun yang memiliki mimpi, ketika melihat seseorang yang memiliki kesamaan, itu akan membuat mereka berpikir, Orang itu seperti saya dan mereka melakukannya supaya saya juga bisa melakukannya.
Orion akan menjalani misi selama 26 hari yang membawanya ke orbit retrogade jauh di Bulan.
Pada titik terdekatnya dengan Bulan, Orion hanya akan berjarak 100 kilometer dari permukaan Bulan. Sedangkan jarak terjauhnya mencapai 70.000 kilometer.
Ini adalah jarak terjauh dari Bumi yang pernah dijelajahi oleh pesawat ruang angkasa mana pun.
Orion dijadwalkan kembali ke Bumi pada 11 Desember.
Berita Terkait
-
Rover NASA Temukan Batu Misterius di Mars, Diduga Berasal dari Luar Planet
-
Blue Origin Sukses Luncurkan Misi Mars, Gendong 2 Wahana Antariksa NASA
-
Link Live Streaming Supermoon 5 November 2025: Amati 'Fenomena Bulan Besar' Lebih Dekat
-
3 Fakta Supermoon 5 November 2025: Jarak Paling Dekat, Bulan Makin Besar dan Terang
-
ISS Pensiun! NASA Akan Jatuhkan Stasiun Luar Angkasa Raksasa ke 'Kuburan Satelit' pada 2031
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
-
4 Ponsel Xiaomi Dapat Update HyperOS 3 Bulan Ini: Ada HP Murah POCO dan Redmi
-
5 Smartwatch Murah dengan GPS, Harga di Bawah Rp1 Juta Dapat Banyak Fitur
-
27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 November: Klaim Glorious 111-115 dan Ribuan Gems
-
Update Harga POCO X7 Pro: Makin Murah Usai POCO X8 Pro Siap Rilis, Spek Ciamik
-
Xiaomi 67W Power Bank 20000 mAh Rilis di Pasar Global, Harga Terjangkau
-
Pakai Chip Kirin Terkuat, Huawei MatePad Edge Diklaim Dapat Saingi iPad Pro M5
-
Segera Rilis, Hasil Kamera Huawei Mate 80 Series Beredar ke Publik
-
Tanggapi Kasus Predator Anak di Game, CEO Roblox Menuai Sorotan
-
5 Game Terlaris PlayStation di PC: Helldivers 2 Jadi Pemuncak, Horizon Zero Dawn Nomor Dua