Tekno / Sains
Kamis, 18 September 2025 | 11:15 WIB
Ilustrasi kebakaran hutan (Pixabay)

Suara.com - Musim kemarau panjang selalu membawa aroma khawatir, seperti tanah retak, sungai menyusut, dan udara cepat kering sehingga bara kecil yang tak dijaga bisa berubah jadi kobaran besar dalam hitungan menit, oleh karena itu kewaspadaan kolektif dari warga, petugas, dan pemangku kebijakan harus ditingkatkan sejak dini agar potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tidak berubah menjadi bencana yang merenggut lahan produktif, kesehatan masyarakat, dan kualitas udara yang kita hirup setiap hari.

Selain itu, karena banyak kebakaran bermula dari aktivitas sederhana seperti pembakaran sampah, puntung rokok, atau sisa pembukaan lahan, maka perubahan perilaku sehari-hari dan penerapan langkah teknis pencegahan yang konsisten jauh lebih efektif daripada penanganan saat api sudah membesar, sehingga edukasi, patroli, dan sarana deteksi harus berjalan serentak dengan penegakan aturan.

Pencegahan efektif membutuhkan koordinasi. Data cuaca dan hari tanpa hujan harus dipadankan dengan patroli, masyarakat lokal perlu diberdayakan untuk melakukan pengamatan dini dan pelaporan cepat, serta pemerintah dan institusi terkait, termasuk Dinas Lingkungan Hidup Indonesia, wajib menyiapkan infrastruktur respons awal. Jika langkah-langkah ini dilaksanakan secara berkelanjutan, frekuensi dan skala kebakaran dapat berkurang secara signifikan.

Penyebab Kebakaran Lebih Mudah Terjadi Saat Kemarau

1. Kondisi vegetasi dan tanah yang sangat kering
Saat lapisan permukaan tanah dan bahan organik mengering, bara api kecil dari sisa pembakaran atau puntung rokok bisa langsung menyulut api yang meluas, sehingga penting untuk memantau hari tanpa hujan seperti yang dianalisis BMKG untuk mengantisipasi risiko.

2. Aktivitas manusia yang tidak aman
Membuka lahan dengan cara membakar, membakar sisa tebasan, atau membuang puntung rokok sembarangan adalah penyebab yang sering dilaporkan dan bisa dihindari dengan perubahan perilaku sederhana namun disiplin.

3. Angin kencang dan cuaca ekstrem
Angin mempercepat penyebaran percikan dan api sehingga area yang luas bisa terkena dalam waktu singkat, karenanya penting memantau prakiraan cuaca dan memperketat larangan pembakaran saat kondisi angin buruk.

4. Kurangnya patroli dan sistem deteksi dini
Tanpa pengawasan dan menara pantau, titik api kecil bisa terabaikan sampai membesar, pembangunan menara pengawas dan pemanfaatan teknologi deteksi dini sangat dianjurkan.

5. Kebijakan dan koordinasi yang belum optimal
Tanpa arahan instruksi yang tuntas dari pemangku kebijakan dan sinergi antar-institusi, upaya penanggulangan bisa lambat. Pemerintah pusat dan daerah pernah mengeluarkan instruksi antisipasi puncak kemarau yang harus diimplementasikan di lapangan.

Baca Juga: Potensi Transaksi Rp52,5 Miliar Digarap Mitra Binaan Indonesia Eximbank Lewat TEI 2025

6. Kurangnya kesadaran dan edukasi di tingkat komunitas
Masyarakat lokal yang belum menerima informasi memadai lebih rentan melakukan praktik berisiko, sehingga sosialisasi dan penyuluhan terus-menerus sangat penting.

Langkah Pencegahan Utama yang Bisa Dilakukan

1. Tentukan dan patuhi jarak aman untuk membakar sampah
Buat wilayah pembakaran jauh dari bangunan dan hutan (misal aturan jarak aman yang disarankan hingga ratusan meter), selalu periksa arah angin sebelum menyalakan api, dan siapkan pengawas selama pembakaran berlangsung sehingga potensi meluasnya api bisa segera diatasi.

2. Larangan membakar lahan pertanian tanpa izin dan pengamanan
Pembukaan lahan dengan membakar harus dihindari, jika terpaksa menggunakan api terkendali untuk budidaya, koordinasikan dengan dinas terkait dan lakukan saat kondisi aman dengan rekayasa pemadaman siap sedia.

3. Jangan buang puntung rokok sembarangan
Edukasi petani, pekerja lapangan, dan perokok agar selalu matikan puntung rokok di tempat aman. Kesederhanaan ini seringkali mencegah kebakaran besar.

4. Siapkan alat pemadaman sederhana di komunitas
Ember berisi air, pompa manual, cangkul, dan alat pelindung diri harus tersedia di titik rawan sehingga respons awal bisa dilakukan sebelum mobil damkar tiba.

Load More