Tekno / Sains
Rabu, 01 Oktober 2025 | 17:49 WIB
Gempa (Tumisu/Pixabay)

Sedangkan, Gempa Sumenep dikategorikan sebagai gempa tektonik dangkal dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang terjadi di zona sesar aktif di lepas pantai Madura.

Perbedaan jenis sesar dan lokasi tektonik menunjukkan bahwa keduanya berasal dari sumber yang tidak saling terhubung. Filipina berada di pertemuan Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia, sementara Sumenep berada di zona interaksi Lempeng Indo-Australia dengan Eurasia, khususnya di bagian selatan Jawa.

Klarifikasi BMKG: Tidak Saling Berkaitan

Spekulasi bahwa gempa Filipina memicu gempa di Sumenep dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Melalui pernyataannya, BMKG menegaskan bahwa hasil pemodelan seismologi menunjukkan gempa Filipina tidak memengaruhi aktivitas kegempaan di Indonesia.

Energi gempa berskala regional seperti di Filipina tidak serta-merta ditransfer ke zona sesar di Indonesia, terlebih dengan jarak ribuan kilometer dan sistem tektonik yang berbeda.

BMKG menyebutkan tidak ada hubungan fisik antara kedua gempa tersebut. Artinya, meskipun terjadi dalam waktu yang berdekatan, kedua peristiwa ini adalah kebetulan geologis, bukan hubungan sebab-akibat.

Kebetulan waktu antara gempa Filipina dan gempa Sumenep memang membuat publik bertanya-tanya.

Bayangkan, hanya tiga jam setelah Filipina diguncang gempa mematikan, Sumenep pun mengalami guncangan serupa dengan skala besar. Narasi ini cepat menyebar di media sosial dan memunculkan persepsi bahwa keduanya saling berkaitan.

Baca Juga: 28 September: Palu Bangkit dari Luka, Gelar Doa Lintas Agama untuk Korban Gempa

Namun, secara ilmiah, kedekatan waktu tidak bisa dijadikan dasar kesimpulan. Dalam ilmu seismologi, hubungan antar gempa ditentukan oleh mekanisme sumber, lokasi episenter, dan interaksi sesar, bukan oleh jarak waktu semata.

Banyak gempa di dunia yang terjadi berdekatan waktunya, namun tidak memiliki keterkaitan tektonik.

Meski tidak terkait langsung, kedua gempa ini memberi pelajaran penting bagi masyarakat di kawasan rawan gempa seperti Asia Tenggara. Di Filipina, puluhan nyawa melayang dan banyak warga kehilangan tempat tinggal. Sementara di Sumenep, meski korban jiwa relatif kecil, kerusakan bangunan cukup luas dan menimbulkan trauma.

Dua gempa besar yang terjadi hampir bersamaan, yaitu gempa M 6,9 di Filipina (30 September 2025 pukul 19.00 waktu setempat) dan gempa M 6,5 di Sumenep (1 Oktober 2025 pukul 00.09 WIB) memang menimbulkan pertanyaan di masyarakat.

Namun berdasarkan analisis para ahli dan penjelasan BMKG, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan keduanya saling berkaitan. Mekanisme sumber, sistem sesar, serta letak geografis yang berbeda menjadikan keduanya berdiri sebagai peristiwa terpisah.

Dengan demikian, dugaan bahwa gempa Filipina memicu gempa di Sumenep bisa dipastikan tidak benar.

Load More