Tekno / Internet
Jum'at, 31 Oktober 2025 | 22:45 WIB
Peluncuran Laporan State of Scams in Indonesia di Jakarta, Jumat (31/10/2025). [Suara.com/Dythia]
Baca 10 detik
  • Penipuan digital di Indonesia meningkat pesat, menimbulkan kerugian hingga Rp 49 triliun dalam setahun dan memengaruhi mayoritas orang dewasa.

  • Pemulihan kepercayaan digital menuntut kolaborasi antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat, serta penggunaan teknologi canggih seperti AI untuk pencegahan.

  • AI berperan ganda: selain dimanfaatkan penjahat siber, juga digunakan oleh perusahaan seperti Google untuk mendeteksi dan mencegah penipuan secara real-time demi keamanan pengguna

Suara.com - Penipuan online digital di Indonesia terus berkembang dan sebagian besar menyerang orang dewasa, dengan total kerugian dalan kurun satu tahu mencapai Rp 49 triliun.

Data ini terungkap dalam laporan "State of Scams in Indonesia" yang diluncurkan Global Anti Scam Alliance (GASA) bekerja sama dengan Mastercard dan Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH).

Reski Damayanti, Ketua GASA Indonesia Chapter dan Chief Legal & Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison, mengatakan, penipuan digital telah merugikan masyarakat di seluruh Indonesia.

Menurutnya, tidak hanya itu tapi juga mengikis kepercayaan, menguras keuangan, dan mengancam keamanan konsumen sehari-hari.

Laporan GASA Indonesia itu mencatatkan, sebanyak dua dari tiga (66 persen) orang dewasa di Indonesia mengalami penipuan dalam setahun terakhir.

Hal ini setara dengan 55 paparan per orang per tahun yang menyebabkan total kerugian mencapai Rp 49 triliun (setara 3,3 miliar Dolar AS), atau rata-rata Rp 1,7 juta per orang dalam 12 bulan terakhir.

Ilustrasi Scam. [Pixabay/BearyBoo]

Tercatatkan juga sebanyak 35 persen responden menjadi korban penipuan, dan 14 persen mengalami kerugian finansial.

Brian D. Hanley, GASA APAC Director, menegaskan, setiap kasus penipuan di Indonesia memiliki wajah manusia di baliknya.

Dia mencontohkan, seperti orang tua yang kehilangan tabungan, mahasiswa yang takut melaporkan kejahatan, atau pelaku UMKM yang tidak bisa bangkit kembali.

Baca Juga: Awas! Nonton Demon Slayer Gratis Bisa Jadi Jebakan Penjahat Siber!

"Penipuan tidak hanya mengambil uang, tetapi juga kepercayaan antar manusia. Karena itu, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil harus bersatu untuk membangun kembali kepercayaan digital bersama,” ungkapnya.

Reski menambahkan, untuk melindungi publik dan memulihkan kepercayaan, Indonesia perlu memperkuat sistem pencegahan penipuan dengan teknologi canggih seperti AI, didukung kemitraan kuat dan regulasi yang jelas.

"GASA Indonesia dan para anggotanya berkomitmen untuk menciptakan lingkungan digital yang aman, inklusif, dan terpercaya bagi seluruh masyarakat Indonesia, melalui kolaborasi, inovasi, dan tanggung jawab bersama,” jelasnya.

Aileen Goh, Country Manager, Indonesia, Mastercard dan Wakil Ketua GASA Indonesia Chapter, mengungkapkan bahwa pendekatan Mastercard berfokus pada kolaborasi, yakni berbagi intelijen, berinvestasi dalam inovasi, dan membangun hubungan untuk memperkuat ketahanan siber bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Menurutnya, seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital, ancaman penipuan juga meningkat dan menjadi risiko sistemik yang memengaruhi konsumen, bisnis, dan institusi.

"Di Mastercard, kepercayaan adalah fondasi ekonomi digital yang inklusif. Untuk menjaga kepercayaan ini, dibutuhkan lebih dari sekadar teknologi, yaitu aksi kolektif," kata dia.

Load More