Suara.com - Indonesia berada di posisi lima dalam indeks kapitalisme kroni yang disusun oleh The Economist. Posisi pertama masih ditempati Hongkong, diikuti Rusia, Malaysia, Ukraina dan Singapura. Pada 2007, Indonesia masih berada di posisi 18 dalam indeks kapitalisme kroni. Semakin tinggi posisi maka semakin besar kapitalisme kroni di negara tersebut.
Indeks tersebut berupaya mengukur kekayaan sebuah negara yang terkonsentrasi di tangan sejumlah individu yang saling terkait. Indeks tersebut disusun dari data Dana Moneter Internasional, Forum Ekonomi Dunia dan The Economist. Peringkat dibuat berdasarkan kekayaan dari biliuner di negara tersebut dibandingkan Produk Domestik Bruto (PDB).
Di negara berkembang.kekayaan kroni lebih dari 4 persen dari Produk Domestik Bruto. Jumlah itu naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2000 yang hanya 2 persen dari Produk Domestik Bruto. The Economist mengungkapkan, indeks tersebut masih mempunyai kelemahan karena tidak semua kroni mengungkapkan jumlah kekayaannya kepada publik.
“Kelemahan lainnya adalah, indeks itu hanya memasukan kroni yang biliuner dan bukan miliuner,” tulis The Economist.
Yang paling menarik dari indeks kroni tersebut, Cina hanya berada di posisi 19. Salah satu penyebabnya, negara menguasai sebagian besar sumber daya alam dan perbankan. Dua sektor tersebut merupakan sumber utama pemasukan dari para kroni.
“Para kroni di Cina mungkin punya Range Rovers di Singapura tetapi tidak cukup untuk masuk daftar biliuner. Jadi, indeks kapitalisme kroni ini hanya panduan kasar tentang konsentrasi kekayaan dibandingkan dengan yang lebih kompetitif,” tulis The Economist.
Kapitalisme kroni adalah terminologi untuk menggambarkan ekonomi di mana sukses dalam bisnis tergantung kepada hubungan dekat antara pengusaha dengan pejabat pemerintah. Kedekatan itu bisa menghasilkan distribusi izin legal, bantuan dari pemerintah, pajak khusus atau intervensi dari negara. (TheEconomist)
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
Terkini
-
Yu Menglong Diduga Bunuh Diri, Berapa Gaji Aktor China?
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
-
Kucuran Dana Rp 200 Triliun Berpotensi Bikin Kredit Macet, OJK: Tidak Ada yang Dikorbankan
-
Menolak Digusur, Pria 42 Tahun Malah Bangun Rumah 10 Lantai
-
IHSG Menguat di Awal Sesi, Saham Apa Saja yang Jadi Primadona?
-
Ekonom: Jangan Ada Agenda Politis di Demo Ojol 17 September
-
Bank Mandiri Dapat Kucuran Dana Pemerintah Rp55 Triliun, Dipake Buat Apa?
-
Sepi Peminat, Ford Pangkas 1.000 Karyawan di Divisi Mobil Listrik
-
Bansos Beras Lanjut, 18 Juta Keluarga Dapat Beras 10 Kg pada Oktober-November
-
Harapan Buruh pada Menkeu Purbaya: Jangan Naikkan Cukai Rokok!