Suara.com - Untuk kali kedua dalam 13 tahun, Argentina kembali default alias gagal membayar utang. Pembicaraan antara Argentina dengan kreditor dari Amerika gagal mencapai kesepakatan.
Argentina diwakili oleh Menteri Ekonomi Axel Kicillof dan kreditor antara lain diwakili oleh biliuner Paul Singer dari Elliot Management. Tidak tercapainya kesepakatan antara Argentina dengan kreditor untuk membahas utang sebenarnya bukan hal yang mengejutkan.
Lembaga pemeringkat utang Standard & Poor sudah menyatakan Argentina masuk dalam kategori technical default karena tidak bisa membayar bunga 539 juta dolar Amerika dari utang obligasi 13 miliar dolar Amerika.
Argentina mempunyai total utang luar negeri 200 miliar dolar Amerika, termasuk 30 miliar dolar Amerika dalam bentuk obligasi. Kegagalan Argentina membayar utang yang jatuh tempo dipastikan akan mempengaruhi pasar uang di negara itu. Batas waktu bagi Argentina untuk membayar utang yang jatuh tempo itu adalah 31 Juli 2014.
Bulan lalu, Argentina sebenarnya sudah bersedia untuk membayar bunga obligasi yang jatuh tempao. Namun, hakim pengadilan Amerika Serikat Thomas Griesa menolak pembayaran itu dan memerintahkan Argentina untuk juga membayar utang obligasi sebesar 1,5 miliar dolar Amerika. Pengadilan Amerika memberikan waktu selama 30 hari bagi Argentina untuk membayar utangnya itu atau kebangkrutan akan ada di depan mata.
Ada tiga opsi yang mungkin akan terjadi dalam proses negosiasi antara Argentina dengan kreditor. Opsi pertama, Argentina akan mencapai kesepakatan dengan pemegang obligasi, termasuk biliuner Paul Singer dari NML Capital Ltd yang menggugat Argentina ke pengadilan di Amerika. Opsi ini dinilai sebagai skenario terbaik untuk investor.
“Opsi ini akan memberikan Argentina akses ke pasar kredit internasional. Opsi itu juga akan mengurangi tekanan kepada peso dan meningkatkan cadangan devisa internasional,” kata Mauro Roca, ekonom senior dari Goldman Sach Group Inc di New York.
Opsi kedua adalah, pengadilan mengeluarkan perintah untuk melanjutkan negosiasi. Opsi ini akan memberikan waktu tambahan bagi Argentina untuk bernegosiasi dengan pemegang obligasi. Peluang untuk mencapai kesepakatan juga makin besar.
Sedangkan opsi terakhir adalah tidak ada kesepakatan dengan pemegang obligasi dan pengadillan tidak mengeluarkan surat untuk melanjutkan negosiasi. Apabila opsi ini yang terjadi maka Argentina akan mngalami gagal utang atau default. (Bloomberg)
Berita Terkait
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
-
Kabar Duka, Sosok Penemu Lionel Messi Tutup Usia
-
BI Bakal Hati-hati Kelola Utang Indonesia yang Tembus Rp 7.092 Triliun
-
BI: Utang Luar Negeri Indonesia Turun Tembus Rp 7.092 Triliun
-
Panas! Emiliano Martinez dan Gattuso Saling Serang Gegara Format Kualifikasi Piala Dunia
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
-
Hasil Liga Champions: Kalahkan Bayern Muenchen, Arsenal Kokoh di Puncak Klasemen
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
Terkini
-
CEO Danantara Sebut Merger GOTO dan Grab Masih Berjalan: Sinyalnya Positif
-
Forum Ekonomi KB Bank Hadirkan Tokoh Nasional Bahas Arah Ekonomi dan Investasi Jelang 2026
-
Waduh, NIlai Tukar Rupiah Diramal Tembus Rp16.800 di Akhir Tahun
-
Airlangga Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,6 Persen, Kalah Optimistis dari Purbaya
-
IHSG Melempem di Akhir Perdagangan Hari Ini Setelah Cetak Rekor, Apa Pemicunya
-
Purbaya Sebut Ekonomi RI Lambat 8 Bulan Pertama 2025 karena Salah Urus, Sindir Sri Mulyani?
-
Harga Cabai Naik Tajam Jelang Libur Nataru
-
Tiga Bandara di Sumatera Tetap Layani Penerbangan Meski Diterjang Banjir Hingga Gempa
-
Program Masuk Finalisasi, Bahlil Mau Bangun PLTS di Setiap Desa
-
Rupiah Menguat Kamis Sore, Gosip dari Amerika Jadi Pemicu Utama