Suara.com - Direktur utama Garuda, Emirsyah Satar, resmi mundur dari jabatannya, demikian dikabarkan perusahaan penerbangan nasional itu, Kamis (11/12/2014). Pengganti Emirsyah akan dipilih dalam rapat umum pemegang saham pada Jumat (12/12/2014).
Pengunduran diri Emirsyah bukan kejutan karena pada Oktober lalu dia sudah mengatakan akan segera mundur dari jabatan Dirut Garuda. Emirsyah menjabat sebagai Dirut Garuda selama sekitar 10 tahun.
Emirsyah mengajukan pengunduran dirinya pada 8 Desember dan permintaannya itu dikabulkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini Soemarno pada 10 Desember kemarin.
Sementara pada Selasa (9/12/2014), Menteri BUMN mengatakan bahwa seluruh direksi PT Garuda Indonesia Tbk akan dirombak bersamaan dengan penetapan pengganti calon dirut perusahaan itu.
"Semuanya masih dalam proses assesment (penilaian) yang akan selesai 1-2 hari ke depan," kata Rini, di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, proses pencarian calon direksi sudah memasuki tahap finalisasi.
"Hari ini atau besok akan selesai. Kemungkinan untuk Garuda akan mengadakan rapat pada 12 Desember 2014," kata Rini.
Ia menjelaskan, pencarian pengganti direksi Garuda Indonesia juga melibatkan persetujuan Presiden RI Joko Widodo sebagai Ketua Tim Penilai Akhir (TPA).
Kemungkinan dalam dua hari lagi proses tersebut sudah akan selesai dan nama-nama calon direksi maskapai pelat merah itu bakal diserahkan kepada presiden.
Adapun Presiden Jokowi masih berada di Korea Selatan dalam rangka menghadiri pertemuan ASEAN-Korea. Presiden dijadwalkan pulang ke Tanah Air pada Jumat besok.
Emirsyah kelahiran Jakarta, 28 Juni 1959 ini menjabat sebagai direktur utama pada perusahaan penerbangan "plat merah" itu sejak tahun 2005, setelah pada tahun 2003 juga pernah menjabat Direktur Keuangan Garuda.
Hingga September 2014 Garuda membukukan rugi bersih (rugi yang diatribusikan kepada entitas induk) sebesar 219,5 juta dolar AS atau setara dengan Rp2,63 triliun, terperosok 1.362 persen dibanding rugi bersih periode sama 2013 sebesar Rp180 miliar.
Menurut manajemen Garuda, penyebab utama kerugian tersebut lebih karena belum pulihnya kondisi makro ekonomi global, ditambah tingginya harga bahan bakar serta depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar lebih dari 20 persen. (Reuters/Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Ragnar Oratmangoen Ujung Tombak, Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
BREAKING NEWS! Tanpa Calvin Verdonk, Ini Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
-
Ole Romeny Diragukan, Siapa Penyerang Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
-
Wasapada! Trio Mematikan Arab Saudi Siap Uji Ketangguhan Timnas Indonesia
Terkini
-
Perencanaan dan e-RDKK yang Tepat Jadi Kunci Optimalisasi Penyerapan Pupuk Subsidi di Aceh
-
RI Resmi Punya Pembangkit Listrik Paling Canggih Se-Asia Tenggara
-
Bahlil: Permen Minerba akan Prioritaskan UMKM dan Koperasi Lokal, Bukan dari Jakarta
-
Purbaya Minta Tak Perlu Ada Wamenkeu Baru: Dari Pada Saya Pusing
-
Dirut BSI Tunggu Menkeu Purbaya untuk Jelaskan Penyerapan Dana Titipan Pemerintah
-
Investasi Makin Mudah, BNI Tawarkan ORI028 Lewat wondr by BNI
-
Atasi Konflik Tambang, Menkop Usul IUP Timah Dikelola Koperasi Merah Putih
-
Pembiayaan Iklim Jadi Tantangan, Indonesia Butuh USD 28 Miliar untuk Transisi Hijau
-
Pertamina Pastikan Pertalite Tidak Mengandung Etanol
-
Kandungan Etanol di BBM Pertamina Bikin Heboh, Ternyata Sudah jadi Tren Global