Suara.com - Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santoso menilai beras plastik yang beberapa pekan terakhir meresahkan masyarakat, tidak masuk akal. Pasalnya, kata dia, produksi beras berbahan plastik jauh lebih mahal dibandingkan beras asli.
"Bagi saya itu (isu beras plastik) isu yang berlebihan. Bisa dibayangkan beras oplosan itu kan beras campuran plastik dengan karbohidrat lainnya, ngapain bikin beras seperti itu, kan harganya lebih mahal," kata Dwi di Jakarta, Senin (25/5/2015).
Dwi menambahkan dengan mahalnya produksi beras plastik, tentu saja harganya akan lebih mahal dari beras murni di pasaran.
"Ngapain orang menghasilkan beras yang harganya jauh lebih tinggi. Orang, kan pada nyari beras yang murah, kalau pakai plastik kan harga pasti jauh lebih mahal," kata dia.
Itu sebabnya, menurut Dwi, kasus tersebut hanya kabar bohong alias belum ada buktinya.
"Bagi saya itu cuma hoax sajalah," kata dia.
Namun, kata Dwi, semua itu masih menunggu hasil penelitian BPOM terhadap sampel beras yang ditemukan di Kota Bekasi, Jawa Barat, yang sampai sekarang belum diumumkan.
"Tapi kan BPOM sedang melakukan penelitian ditunggu saja coba hasilnya apa," kata dia.
Kendati BPOM belum mengeluarkan hasil penelitian, Pemerintah Kota Bekasi melalui laboratorium swasta Sucofindo telah merilis bahwa sampel beras yang ditemukan warga di Kota Bekasi positif mengandung plastik.
Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh editor Siswanto.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025