Suara.com - Telkomsel mengisyaratkan akan mengakuisisi salah satu operator telekomunikasi di Tanah Air, seiring dengan mendesaknya kebutuhan tambahan frekuensi. Hal itu diperlukan untuk mengantisipasi terus melonjaknya jumlah pengguna layanan Telkomsel yang saat ini diklaim sudah mencapai sekitar 141 juta pelanggan.
"Sejauh ini belum akan pembahasan (akuisisi). Tapi melihat pelanggan yang terus melonjak, maka kita harus menambah spektrum frekuensi," kata Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah, di sela acara "20 Tahun Telkomsel Berkreasi Untuk Indonesia", di Jakarta, Selasa (26/5/2015).
Meski begitu, Ririek tidak bersedia merinci lebih lanjut soal kemungkinan akuisisi itu, termasuk soal operator mana yang akan dibidik. Dia hanya menjelaskan bahwa saat ini, memasuki usia ke-20, Telkomsel terus melakukan transformasi agar dapat terus menjadi operator seluler nomor satu di Indonesia.
Ia menjelaskan, jaringan Telkomsel saat ini didukung lebih dari 90.000 BTS yang mampu menjangkau lebih dari 95 persen populasi di Indonesia, mulai dari kawasan perkotaan, kecamatan, daerah perintis, daerah perbatasan, hingga gugus kepulauan kecil dan hutan pedalaman.
Untuk menghadirkan layanan telekomunikasi di daerah terpencil itu, menurut Ririek pula, memang penuh dengan tantangan. Namun dia memastikan hal itu dapat memberikan efek berganda, yang mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekaligus membuka isolasi komunikasi.
"Inilah yang melandasi semangat Telkomsel untuk terus menghadirkan inovasi layanan seluler, dan sekaligus menjawab dinamika yang terjadi di industri telekomunikasi," ujar Ririek.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan bahwa dirinya mengharapkan, ke depan hanya ada empat operator telekomunikasi di Tanah Air. Selain keterbatasan frekuensi, alasan untuk akuisisi atau merger adalah agar kualitas layanan telekomunikasi yang diberikan akan lebih baik.
Saat ini diketahui, di Indonesia secara total terdapat tujuh operator telekomunikasi, yaitu Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Hutchinson Tri, Telkom, Smartfren, serta Esia. Di satu sisi, jumlah tersebut dipandang baik, karena bisa memberikan lebih banyak pilihan pada pengguna jaringan. Namun di sisi lain, seperti disoroti Rudiantara, perang harga berpotensi membuat para operator mengorbankan kualitas jaringannya. [Antara]
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Harga Perak Mulai 'Dingin' Setelah Penguatan Berturut-turut
-
Perbaikan Jalan Tol Cipularang dan Padaleunyi Diperpanjang Sepekan, Cek Rutenya
-
YES 2025: Ajak Anak Muda Berani Memulai Usaha, Waktu Menjadi Modal Utama
-
YES 2025: Berbagi Tips Investasi Bagi Generasi Muda Termasuk Sandwich Generation
-
Youth Economic Summit 2025 : Pentingnya Manfaat Dana Darurat untuk Generasi Muda
-
Kapan Bansos BPNT Cair? Penyaluran Tahap Akhir Bulan November 2025, Ini Cara Ceknya
-
Youth Economic Summit 2025: Ekonomi Hijau Perlu Diperkuat untuk Buka Investasi di Indonesia
-
Apa Itu Opsen Pajak? Begini Perhitungannya
-
Suara Penumpang Menentukan: Ajang Perdana Penghargaan untuk Operator Bus Tanah Air
-
Youth Economic Summit 2025: Peluang Industri Manufaktur Bisa Jadi Penggerak Motor Ekonomi Indonesia