Suara.com - Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengatakan reshuffle menteri di bidang perekonomian dapat menjadi kunci untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan melemahnya nilai rupiah.
"Kunci mengatasi (permasalahan ekonomi) adalah resuffle dengan mencari orang yang tepat. Menko perekonomian dan menkeu harus orang yang bisa mempengaruhi persepsi pasar," ujar Tony di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan menteri bidang perekonomian di Kabinet Kerja kini dinilai pasar tidak kredibel karena menetapkan target yang terlalu optimistis pada awal masa kerja, tetapi kini saat terjadi pelemahan ekonomi tidak ada aksi konkrit yang dilakukan.
Contohnya, kata dia, peningkatan target penerimaan pajak dari Rp1.072 triliun pada tahun lalu menjadi Rp1.484 triliun tahun ini serta peningkatan ekspor sebesar 300 persen selama lima tahun ke depan.
Untuk meningkatkan kepercayaan pasar kembali kepada pemerintah, ia menuturkan diperlukan sosok menteri yang memiliki "star power", yakni mempengaruhi persepsi pasar.
Sosok tersebut juga diperlukan, ujar dia, karena kepercayaan pasar kepada Presiden Joko Widodo menurun setelah menghadapi komplikasi di bidang politik dan hukum, yakni kontroversi KPK dan Polri.
"Presiden kehilangan momentum kepercayaan publik setelah tiga bulan pertama. Awalnya pasar percaya pemerintah mau kerja keras sehingga pasar menyambut positif. Namun, kejadian KPK-Polri menjadi titik balik, orang mulai meragukan," kata Tony.
Adanya faktor menurunnya kepercayaan pasar kepada pemerintah, tutur dia, Rupiah pun cenderung tidak stabil, melemah dan undervalued dibandingkan semestinya.
Ia menuturkan sesuai perhitungan rear effective exchange rate (REER), Rupiah mestinya cukup di Rp12.500/USD, tidak sampai Rp13.400.
Meski begitu, Tony beranggapan tanpa reshuffle kabinet, ekonomi di semester II tahun ini akan membaik menjadi 5,1 hingga 5,2 persen dan pertumbuhan kredit bank di kisaran 10 hingga 12 persen.
Selain itu, ia menyarankan pemerintah berupaya kuat mendorong absorpsi anggaran agar menjadi stimulus ekonomi. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
5 Aplikasi KPR Digital untuk Keluarga Muda yang Baru Nikah, Simpel dan Banyak Promo
-
Bagaimana Cat Dibuat? Ini Penjelasan dan Mesin yang Digunakan
-
Tanggapi Sengkarut Utang Kereta Cepat, AHY: Saya Tak Mau Ada Polemik!
-
AHY Ungkap PR Prabowo Setelah 1 Tahun Menjabat: 9,9 Juta Keluarga Tidak Punya Rumah
-
AHY Enggan Buru-buru Bangun Tanggul Raksasa Jawa, Khawatir Anggaran Membengkak
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Menteri dan Wamen Dapat Mobil Dinas Maung, Purbaya: Uang Ada, Tergantung Pindad?
-
Disuruh Prabowo Pindahkan Uang Korupsi Rp 13,2 T, Purbaya: LPDP Uangnya Masih Kebanyakan
-
Cara Mendaftarkan Nama ke DTKS Agar Bisa Terima Bansos, KIP, PKH Sampai Prakerja!
-
BSU Rp 600 Ribu Cair Lagi Oktober 2025? Jangan Asal Cek Rekening, Ini Faktanya