Suara.com - Bank Dunia memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 4,7 persen. Angka itu turun dari prediksi beberapa bulan sebelumnya sebesar 5,2 persen.
Salah satu pemicu penurunan pertumbuhan tersebut adalah melemahnya harga komoditas. Selain itu pertumbuhan kredit yang pada akhirnya membatasi pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dalam waktu dekat.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves mengatakan defisit fiskal yang semakin membesar juga akan menambah tantangan bagi pemerintahan baru.
"Dalam waktu dekat, mengatasi tekanan fiskal dan defisit transaksi berjalan sangat penting. Kondisi itu menekan sehingga ekonomi maju secara perlahan," kata Rodrigo di Jakarta, Rabu (8/7/2015).
Selain tekanan mengalami defisit fiskal, Chaves menjelaskan perekonomian Indonesia saat di sedang mengalami banyak masalah. Seperti rendahnya harga komoditas dan pelemahan pertumbuhan investasi terus menekan sehingga ekonomi maju perlahan.
Dia menuturkan, perekonomian Indonesia masih menyesuaikan diri dengan anjloknya harga komoditas dan prospek normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
"Pondasi makro ekonomi yang baik berhasil mencegah merosotnya pertumbuhan secara tajam akibat jatuhnya harga dan permintaan komoditas, seperti yang dialami negara eksportir komoditas lain. Yakni Brazil, Afrika Selatan, Chili dan Peru. Tapi Indonesia tetap tumbuh dengan laju yang lebih cepat dan tinggi dibanding negara tersebut," katanya.
Pada kesempatan yang sama, ekonom utama Bank Dunia, Ndiame Diop juga memprediksi Indonesia akan kesulitan untuk membatasi defisit hingga 2,4 persen dari PDB. Pemerintah Indonesia wajib merealisasikan belanja infrastruktur.
Bila belanja infrastruktur berjalan mulus, maka mampu mendorong nilai investasi dan meningkatkan defisit transaksi berjalan Indonesia dalam jangka pendek.
"Indonesia dapat bertindak dengan meningkatkan belanja infrastruktur yang berkualitas selama tetap menjaga defisit fiskal dalam batasan 3 persen dari PDB. Perbaikan infrastruktur akan mengurangi biaya logistik dan harga berbagai barang dan jasa, mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesetaraan," kata dia.
Oleh sebab itu, Ndiame mengimbau kepada pemerintah untuk terus membangun infrastruktur yang memadai. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah perbaikan infrastruktur pedesaan, perluasan akses pendidikan. Serta peningkatan mobilitas pasar tenaga kerja.
"Juga tentang peningkatan pendapatan keluarga," jelas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
Terkini
-
Apa Itu Metode Pengelolaan Uang 50-30-20? Pahami agar Keuangan Tetap Sehat
-
Butuh Dana Mendesak? Ini Panduan Lengkap Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian
-
BI Sebut Redenominasi Butuh Persiapan Lama
-
BI: Waspadai Inflasi Akhir Tahun, Harga Pangan Mulai Melonjak
-
OJK Temukan 8 Pindar Belum Memenuhi Ekuitas Minum Rp 12,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Siapkan 'Hadiah' Rp300 Miliar untuk Daerah yang Sukses Tangani Stunting
-
KPK Bidik Proyek Whoosh, Menteri ATR/BPN Beberkan Proses Pembebasan Lahan untuk Infrastruktur
-
Kemenperin: Penyeragaman Kemasan Jadi Celah Peredaran Rokok Ilegal
-
Emiten TOBA Siapkan Dana Rp 10 Triliun untuk Fokus Bisnis Energi Terbarukan
-
10 Aplikasi Beli Saham Terbaik untuk Investor Pemula, Biaya Transaksi Murah