Suara.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengklaim Indonesia tidak mengimpor beras pada 2015 karena produksi gabah di Indonesia mengalami surplus empat juta ton meski dalam kondisi el nino.
Amran di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (4/11/2015), mengatakan pada 1998 tingkat anomali suhu sebesar 1,8 derajat celcius, sedangkan 2015 ini sebesar 2,35 derajat celcius.
"El nino 1998 intensitasnya 1,8 (derajat celcius), jumlah impor beras 7,1 juta ton dengan jumlah penduduk 202 juta jiwa, sekarang jumlah penduduk 250 juta jiwa dengan kondisi el nino 2,35 derajat celsius, harusnya kalau kita impor hari ini 8,9 juta ton, tapi hari ini nol impor," katanya disela-sela panen raya jagung di Bulak Giriyono, Sendangsari.
Menurut menteri, melihat kondisi iklim di Indonesia seharusnya impor beras 9.000 ton. Stok beras hingga hari ini mencapai 1,5 juta ton. Pekan lalu stok beras dalam negeri yang masuk ke Cipinang mencapai 5.000 ton. Padahal, biasanya volume beras yang masuk ke Cipinang hanya 3.000 ton.
"Kondisi saat ini masih aman. Hal ini dikarenakan ada peningkatan produksi. Cadangan beras lokal itu pun akan dioptimalkan pemerintah hingga akhir," katanya.
Amran mengatakan pada 2015, Indonesia ekspor beras ketan ke Italia sebanyak 134 ribu ton, jagung 400 ribu ton, kacang hijau 60 ribu ton, dan bawang merah lima ribu ton.
"Persoalan pertanian adalah tataniaga rantai pasokan yang sangat panjang. Harga bawang ditingkat petani Rp6.000, tapi sampai konsumen Rp36.000. Keuntungan hanya dinikmati tengkulak atau pedagang. Hal ini harus kita selesaikan bersama," katanya.
Meski demikian, dirinya bukan orang yang antiimpor, hanya saja dirinya membatasi impor dan untuk melindungi petani.
Pada 2015, pihaknya memperbolehkan buka impor beras sebanyak 4,6 juta ton, tidak boleh melebihi jumlah tersebut. Tetapi berdasarkan laporan, hingga saat ini impor beras hanya mencapai dua juta ton.
"Kami bukan antiimpor, tapi kami menyayangi petani. Kami impor sesuai kebutuhan, bukan karena ada permintaan orang atau sekolompok orang," katanya. (Antara)
Berita Terkait
-
Bukan Cuma Kekeringan, Banjir Ekstrem Ternyata Sama Mematikannya untuk Padi
-
Prabowo Panggil Dasco 2 Kali Sepekan: Urusan Perut Rakyat Jadi Taruhan
-
Prabowo dan Dasco Bertemu di Istana: Bahas Kesejahteraan Ojol hingga Reforma Agraria
-
Bukan Cuma 'Minuman Nenek-nenek', Ini 5 Jamu Wajib Coba buat Cewek Biar Gak Gampang Sakit
-
Solusi Beras Berkelanjutan dari Panggung ISRF 2025: Inovasi, Investasi hingga Insentif
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025