Suara.com - Saham-saham di Wall Street membalikkan keuntungan awal menjadi berakhir sedikit lebih rendah pada Senin (Selasa pagi WIB 24/11/2015), setelah para investor mencerna sejumlah laporan ekonomi suram.
Dow Jones Industrial Average turun 31,13 poin atau 0,17 persen, menjadi ditutup pada 17.792,68. Indeks S&P 500 kehilangan 2,58 poin atau 0,12 persen, menjadi berakhir di 2.086,59. Indeks komposit Nasdaq turun tipis 2,44 poin atau 0,05 persen, menjadi 5.102,48.
Total penjualan "existing-home" atau penjualan rumah tangan kedua atau rumah yang sebelumnya sudah dimiliki di AS jatuh 3,4 persen ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 5,36 juta unit pada Oktober, turun dari 5,55 juta unit pada September dan gagal memenuhi konsensus pasar, Asosiasi Makelar Perumahan Nasional AS mengatakan Senin.
"Penjualan 'existing home' melemah pada Oktober setelah naik ke level tertinggi kedua sejak 2007 pada September. Pasar perumahan telah memulihkan banyak kehilangan momentumnya tahun ini, dan kemungkinan akan mengakhiri tahun ini pada catatan kuat, meskipun biasa-biasa saja, di bulan-bulan mendatang," kata Sophia Kearney-Lederman, seorang analis ekonomi di FTN Financial.
Angka sementara Indeks Pembelian Manajer (PMI) sektor manufaktur AS dari lembaga riset ekonomi Markit datang di 52,6, turun dari 54,1 pada Oktober. Angka tersebut menunjukkan peningkatan paling lambat dalam kondisi bisnis secara keseluruhan sejak Oktober 2013.
Sementara itu, Wall Street terus mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga pada Desember oleh bank sentral AS. Harapan untuk kenaikan suku bunga pada Desember menguat setelah rilis risalah dari pertemuan kebijakan Federal Reserve pada Oktober.
Ekspektasi pasar juga didukung lebih lanjut ketika Kepala Cabang The Fed San Francisco, John Williams, pada akhir pekan yang mengatakan ada kasus kuat untuk The Fed mulai menaikkan suku bunga jangka pendeknya pada akhir tahun ini.
Dalam berita perusahaan, raksasa obat AS Pfizer Inc. dan Allergan PLC yang berbasis di Irlandia pada Senin mengumumkan kesepakatan penggabungan senilai sekitar 160 miliar dolar AS yang akan menciptakan perusahaan farmasi terbesar di dunia.
Pengambilalihan akan menjadi kesepakatan inversi pajak terbesar selama ini, menggeser salah satu perusahaan ternama di Amerika Serikat ke negara asing, Wall Street Journal melaporkan.
Namun demikian, saham sebelumnya, jatuh 2,64 persen menjadi 31,33 dolar AS per saham pada Senin setelah pengumuman tersebut, sementara saham yang kedua atau yang terakhir juga turun 3,44 persen menjadi 301,72 dolar AS per saham. (Antara)
Berita Terkait
-
Minim Sentimen, IHSG Berakhir Merosot ke Level 8.618 Hari Ini
-
Target Harga DEWA, Sahamnya Masih Bisa Menguat Drastis Tahun 2026?
-
Tolak Paramount, Warner Bros. Discovery Tegas Ingin Dibeli Netflix
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
IHSG Berbalik Perkasa di Kamis Pagi ke Level 8.700
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Menaker Mau Tekan Kesenjangan Upah Lewat Rentang Alpha, Solusi atau Masalah Baru?
-
Pati Singkong Bisa Jadi Solusi Penumpukan Sampah di TPA
-
BRI Terus Salurkan Bantuan Bencana di Sumatra, Jangkau Lebih dari 70.000 Masyarakat Terdampak
-
Laporan CPI: Transisi Energi Berpotensi Tingkatkan Pendapatan Nelayan di Maluku
-
SPBU di Aceh Beroperasi Normal, BPH Migas: Tidak Ada Antrean BBM
-
Purbaya Gelar Sidang Debottlenecking Perdana Senin Depan, Selesaikan 4 Aduan Bisnis
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Menaker Yassierli Klaim PP Pengupahan Baru Hasil Kompromi Terbaik: Belum Ada Penolakan Langsung
-
Purbaya Sentil Balik Bank Dunia soal Defisit APBN: Jangan Terlalu Percaya World Bank!
-
Bank Mandiri Dorong Akselerasi Inklusivitas, Perkuat Ekosistem Kerja dan Usaha Ramah Disabilitas