Suara.com - Ekonom Institute For Development Of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati meyakini turunnya suku bunga acuan (BI Rate) akan segera diikuti turunnya suku bunga kredit perbankan. Dengan demikian, sektor riil dalam perekonomian Indonesia akan kembali bergerak lebih cepat.
"Dengan menurunkan BI Rate 25 basis poin, menunjukkan Indonesia tidak mengalami masalah meskipun Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menaikkan suku bunga acuannya. Ini sebuah sinyal pada dunia bahwa ekonomi Indonesia tidak mengalami tekanan likuiditas," kata Enny saat dihubungi Suara.com, Sabtu (16/1/2016).
Dengan demikian, investor asing akan semakin yakin atau tidak ragu-ragu lagi untuk menanamkan investasinya di Indonesia. "Semakin banyak investasi masuk Indonesia, maka aliran dana akan semakin banyak membanjiri pasar uang di Indonesia, termasuk simpanan perbankan," ujar Enny.
Jika kondisi likuiditas perbankan berlebih, industri perbankan tak akan mematok suku bunga simpanan yang tinggi. Jika suku bunga simpanan turun, maka suku bunga kredit perbankan juga akan segera turun. "Ini akan membuat dunia usaha kembali lebih bergairah karena pertumbuhan penyaluran kredit perbankan pada dunia usaha akan meningkat. Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik kedepannya," jelas Enny.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur BI pada Kamis (14/1/2016) memutuskan untuk menurunkan BI Rate dari 7,5 persen menjadi 7,25 persen.
Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per November 2015, kredit yang disalurkan perbankan nasional mencapai Rp3.950,61 triliun atau tumbuh hanya 9,84 persen dibanding November 2014.
Sementara dana simpanan nasabah di perbankan atau disebut juga Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional di November 3015 mencapai Rp4.367,01 triliun atau tumbuh hanya 7,70 persen dibanding November 2014.
Berita Terkait
-
Uang Primer Tumbuh 18,6 Persen, Apa Penyebabnya?
-
Cadangan Devisa Indonesia Makin Menipis Tembus Rp 2.469 Triliun
-
Gubernur Bank Indonesia Sebut Tiga Pilar Bangun Ekonomi Syariah, Apa Saja?
-
Bank Indonesia Buka Suara Disebut Jual Cadangan Emas 11 Ton
-
Bank Indonesia Dikabarkan Jual Cadangan Emas Batangan 11 Ton, Buat Apa?
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Pertamina Klaim Masih Negosiasi dengan SPBU Swasta soal Pembelian BBM
-
Bahlil: BBM Wajib Dicampur Etanol 10 Persen
-
Didesak Beli BBM Pertamina, BP-AKR: Yang Terpenting Kualitas
-
BPKH Buka Lowongan Kerja Asisten Manajer, Gajinya Capai Rp 10 Jutaan?
-
Menkeu Purbaya: Jangan Sampai, Saya Kasih Duit Malah Panik!
-
Purbaya Kasih Deadline Serap Anggaran MBG Oktober: Enggak Terpakai Saya Ambil Uangnya
-
BKPM Dorong Danantara Garap Proyek Carbon Capture and Storage
-
Mengenal Kalla Group: Warisan Ayah Jusuf Kalla yang Menjadi Raksasa Bisnis Keluarga dan Nasional
-
Uang Primer Tumbuh 18,6 Persen, Apa Penyebabnya?
-
IHSG Sempat Cetak Rekor Level Tertinggi 8.200, Ternyata Ini Sentimennya