Suara.com - Dunia pendidikan identik dengan pengabdian tanpa pamrih demi mencerdaskan generasi muda bangsa. Tapi jika anda kreatif, bukan tak mungkin dunia pendidikan bisa disulap jadi lahan bisnis yang menjanjikan.
Inilah yang dilakukan oleh Heru Kurniawan, pendiri Rumah Kreatif Wadas Kelir. Pada awal berdinya sejak tahun 2012, Rumah Kreatif Wadas Kelir menjadi pusat pendidikan kreativitas gratis untuk anak-anak di pedesaan di Kabupaten Purwokerto, Jawa Tengah. Dengan menawarkan konsep pendidikan kreativitas yang gratis dan berkualitas, anak-anak di lingkungan sekitar pun berbondong-bondong menjadi anak didik.
“Anak-anak, selepas pulang sekolah, tepatnya pukul 16.00 – 18.00 WIB setiap Rabu dan Minggu mengikuti kegiatan pendidikan kreativitas. Mulai dari kreativitas film, musik, bahasa, warna, drama, pantomim, dan sebagainya. Pendidikan kreativitas ini dilakukan secara intensif dengan tujuan untuk mewujudkan anak-anak Indonesia yang kreatif, cerdas, dan berkarakter,” kata Heru saat diwawancarai oleh Suara.com via email, Kamis (4/2/2016).
Namun persoalan kemudian muncul pada tahun 2013 akhir, saat kegiatan pendidikan kreativitas di Rumah Kreatif Wadas Kelir ini mulai membutuhkan dana banyak dan banyak diisi tenaga pengajar profesional. Heru lantas menyadari lembaganya ini tidak bisa selamanya mengandalkan donatur untuk berkembang. Kebutuhan guru juga perlu diperhatikan kesejahteraannya. “Saat itulah, saya sebagai pimpinan Rumah Kreatif Wadas Kelir, mulai berpikir untuk mengembangkan lini Indusri Kreatif yang bisa dijadikan mesin penggerak dalam bisnis yang berbasis pendidikan kreativitas anak-anak,” ujar Heru.
Pilihannya kemudian jatuh pada industri buku bacaan dan aktivitas anak-anak. Ia melihat peluang industri kreatif ini sangat menjanjikan. “Paling tidak, berdasarkan hasil survey, penjualan buku anak-anak menempati posisi teritinggi dari buku-buku lain,” tambah pria yang sehari-hari berprofesi sebagai Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Purwokerto, Jawa Tengah tersebut.
Saat itu, ia lantas mengumpulkan para guru Rumah Kreatif Wadas Kelir yang berjumlah sepuluh orang yang masih berstatus mahasiswa. Mereka membahas tentang lini industri kreatif yang harus di kembangkan untuk mendukung kegiatan pendidikan. Setelah berdiskusi, Heru dan kawan-kawan akhirnya mendirikan Wadas Kelir Studio sebagai pusat industri kreatif yag berherak dibidang pendidikan kreativitas anak-anak.
“Dari situlah kami kemudian mengkonsep ide, membuat outline, dan menawarkan ide-ide gagasan pada penerbit mayor: Penerbit Gramedia Group, Penebar Swadaya, Diva Press, Rosda Karya, Adi Bintang, Agromedia Group, dan sebagainya,” jelas Heru.
Di luar dugaan, konsep-konsep ide kreatif buku-buku bacaan dan aktivitas anak diterima dan diterbitkan oleh para penerbit buku besar tersebut. Untuk sampai saat ini 15 buku sudah terbit, sedangkan 25 akan terbit ditahun 2016. Heru dan kawan-kawan menjual ide dan konsep buku ini dengan dua model: jual lepas dan royalti.
“Untuk jual lepas satu ide dan konsep naskah buku dihargai 1,5-2,5 juta Rupiah. Sedangkan untuk model royalti kami mendapat 5-10 persen dari harga jual buku. Untuk tahun 2015 kami mendaptkan omzet awal per semester 10-20 juta Rupiah. Angka ini tentu akan terus meningkat karena ditahun 2016 royalti akan terus diterima dengan ditambah terbit 25 buku”, urai Heru.
Untuk tahun 2016-2017, Heru telah mengkalkulasi Rumah Kreatif Wadas Kelir bisa meraih 30-50 juta Rupiah untuk tiap semesternya. Omzet ini kemudian digunakan untuk membayar para guru dan membiayai kegiatan Rumah Kreatif Wadas Kelir. Dari sirkulasi omzet ini, lima guru kemudian bisa melanjutkan sekolah S-2 dengan biaya sendiri.
“Ini sungguh di luar dugaan saya. Semula saya mendirikan Rumah Kreatif Wadas Kelir hanya sekedar sebagai tempat bermain dan belajar anak-anak kini mulai berkembang menjadi pusat pendidikan dan industri kreatif,” tutup Heru.
Berita Terkait
-
Ideafest 2025 Digelar 3 Hari, Gerakan Kolektif Dorong Inovasi Industri Kreatif dan Wariskan Budaya
-
Pasar Seni Bermain 2025: Ruang Kolaborasi Seni, Game Lokal, dan Inovasi Industri Kreatif
-
Dari Tugas Kuliah Jadi Bisnis Nyata, Begini Cara Es Jeruk Naik Kelas Jadi Minuman Premium
-
Kisah Inspiratif Wook Lee, Pemimpin Visioner di Balik Tokenisasi Global
-
Genjot Penjualan, ASGR Incar Pelaku Bisnis Skala Kecil
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Neo Pinjam: Bunga, Biaya Admin, Syarat, Tenor, Kelebihan dan Kekurangan
-
Sertifikat Tanah Ganda Paling Banyak Keluaran 1961 Hingga 1997, Apa Solusinya?
-
Optimalkan Nilai Tambah dan Manfaat, MIND ID Perkuat Tata Kelola Produksi serta Penjualan
-
Kasus Sertifikat Tanah Ganda Merajalela, Menteri Nusron Ungkap Penyebabnya
-
3 Altcoin Diprediksi Bakal Meroket Pasca Penguatan Harga Bitcoin US$ 105.000
-
MEDC Mau Ekspor Listrik ke Singapura
-
BRI Peduli Salurkan 637 Ambulans Lewat Program TJSL
-
Tidak Semua Honorer, Hanya Tiga Kriteria Ini Berhak Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu
-
Prediksi Harga Emas Pekan Depan: Was-was RUU Trump, Emas Lokal Bakal Ikut Melemah?
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal